Bab 7 : Ponsel yang tertinggal

3.8K 242 1
                                    

Ihsani duduk di ruang tamu menunggu kepulangan Hardi. Sepanjang malam Ihsani menangis dan berdoa atas keselamatan Hardi yang pergi meninggalkannya dan tak pulang-pulang.  Tak terasa tubuhnya letih dan matanya tertutup.. Ihsani pun tertidur lelap.

Hardi membuka pintu pelan-pelan, berharap Ihsani tidak mengetahui kepulangannya. Namun dia terkejut ketika melihat tubuh Ihsani yang terkulai lemas di sofa. Didekatinya tubuh gadis itu, lalu dia sentuh wajahnya dengan lembut. Tampak matanya masih basah di kedua sudut matanya. Hardi merasa bersalah, dia jongkok dan mencium kening Ihsani dengan lembut. Tak terasa ponselnya terjatuh keatas karpet dan Hardi pun pergi ke kamarnya untuk menyegarkan diri.

Tiba-tiba ponsel Hardi berbunyi dua kali. Dan ihsani terbangun, dia menatap ke sekeliling ruangan yang ternyata sudah terang, dipenuhi oleh cahaya matahari pagi yang cerah. Ihsani menurunkan kakinya dari sofa dan kakinya menyentuh ponsel Hardi.  Ihsani segera mengambil ponsel Hardi dan tiba-tiba berbunyi. "Panggilan dari Dina ... " guman Ihsani ragu... akhirnya Ihsani memutuskan untuk mengangkatnya.
" Har, aku tak tahu makna ciumanmu kepadaku semalam, yang jelas aku sangat mengharapkanmu dan kau tahu kalau aku mencintaimu selama ini. Har, aku tahu bagaimana perasaanmu padaku, dari cara kau membalas ciumanku tadi pagi.. aku.."  Ihsani menutup telepon dari Dina. Tubuhnya terasa lemas, air matanya mulai mengalir deras. Ihsani pun menangis sejadi-jadinya.  Apa Ihsani juga mulai menyukai Hardi? kenapa hatinya terasa begitu sakit...

Hardi keluar dari kamar mandi dan segera mengenakan kaos biru favoritnya. Namun dia merasa mendengar seseorang menangis, dan Hardi pun mengikuti arah suara tersebut. Hardi terkejut melihat Ihsani yang sedang menangis.  Hardi segera mendekatinya dan memeluknya. Namun Ihsani segera menepisnya. " Jangan pernah kau menyentuhku" ucap Ihsani sambil berlari ke kamarnya. Hardi terpanah dan tak mengerti apa yang sedang terjadi. Ihsani menutup pintu kamarnya rapat-rapat, dan dia baru sadar bahwa ponsel Hardi masih di tangannya. Dilihatnya ada sms dari Dina, dengan mengumpulkan kekuatan Ihsani membuka sms itu.

Har, telpon aku please....

Har, aku mencintaimu dan aku tahu kau pun mencintaiku...

Ihsani kembali menangis, merasa telah di khianati. Hardi mengetuk ngetuk pintu kamar Ihsani. " Ihsani, apa yang terjadi?" tanya Hardi cemas. " Harusnya aku tak mencemaskanmu, harusnya aku tak perlu menunggumu semalaman dan tertidur di sofa, andai aku tahu apa yang kamu lakukan semalam. Aku takkan menunggumu!" isak Ihsani. " Apa maksudmu?" tanya Hardi terkejut. Ihsani membuka pintu kamarnya. " Walaupun kita tidak saling mencintai, setidaknya kau hargai perjodohan ini. Setidaknya hargai aku sebagai calon istrimu. Tunggu sampai aku pergi meninggalkanmu atau sampai aku menggagalkan pernikahan ini.... " ucap Ihsani lirih. Hardi tak mengerti lalu menatap mata Ihsani dalam-dalam. Ihsani menyodorkan ponsel Hardi. " Aku sudah tahu apa yang telah terjadi semalam. Aku sekarang akan lebih tahu diri lagi." ucap Ihsani sambil memberikan ponsel Hardi dan segera pergi ke kamar mandi dan menguncinya rapar-rapat. Hardi hanya bisa tertegun melihat ponselnya.

My Pieces (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang