Chapter 26

9.3K 456 0
                                    

Note: SEMUA DIALOG yang diucapkan BASTIAN anggap saja dia berbicara BAHASA INGGRIS dan siapapun yang berbicara dengan bastian, anggap mereka juga menggunakan bahasa inggris.

Kalau semua diinggriskan, takut beberapa ada yg komen "DIDIKITIN AJA" sprt yg lalu lalu.

Oiya liat dulu video diatas dong, ga promosi soalnya itu video orang. Rencana mau buat MINI TRAILER masih nyari orang buat bantuin bikin 😂 emmm fokus ke lagunya ya, lagunya cocok bgt buat soundtrack chapter ini.
--

Ting

Tanda pesan masuk berasal dari nomor yang tidak kukenal.

From: 0822xxxxxxxx
Good evening Pandu. Sedang apa kau ?
Leonita.

--//--

Queen PoV

Aku masih menatap Pandu, Tapi aku melongo seketika. Emm lebih tepatnya, aku speechless. Pandu berdiri dan pergi melewatiku dan Bastian berdiri, dia pergi menjauh.

Aku memandang punggung Pandu yang kian menjauh dari pandanganku. Bastian menoleh kearah Pandu dan dia menyeringai, seringaian licik. Aku mengerucutkan bibirku spontan, kebiasaanku dari kecil. "Look your fiance Abi, dia tidak perduli terhadapmu." Bastian bangga sekali sepertinya bisa mengatakan hal itu. Aku menghembuskan nafas kasar. "Pergilah Bast, terimakasih sudah mau datang dan menyaksikan acara pertunangan kami." Setelahnya aku pergi kemeja dimana Kyla berada.

Air mata sudah berhasil lolos dari mataku. Aku terisak kecil, sesenggukan. Aku menundukkan wajahku, takut tamu-tamu melihatnya. Aku mendekati Kyla yang masih tertawa karena candaan Xean juga teman-temanku yang lain. Aku memegang pundak kanan Kyla, lantas Kyla menoleh. "Can you help me?" Satu bulir air mata berhasil lolos lagi dari mataku dan teman-temanku yang juga ada diset meja tersebut pasti tau. "Kenapa Queen?" Timpal Xean yang lebih tanggap daripada yang lainnya. Aku duduk di kursi samping Davon yang masih kosong, aku menceritakan hal yang barusaja terjadi dengan sesekali terisak.

"Beautifull, kamu tidak harus menangisi laki-laki brengsek itu" kalian tau, Bastian menyusulku di set meja teman-temanku. Sepertinya Bastian sudah gila. Aku menatap tajam tangan Bastian yang memegang pundakku dengan mulut masih mengatup, aku tidak tahu lagi harus berkata apa pada dia supaya dia menjauhiku. "Hey bro! Can you stay away from her!" Suara Davon nyaring membuat beberapa tamu didekat set meja kami menoleh. Xean yang tau situasi tersebut lalu berdiri mendekat ke Bastian "Bisakah anda menjauhi tunangan teman saya dan anda harus tahu, Pandu tidak sebrengsek anda tuan." Ucapan Xean padat, singkat dan tajam menurutku. Setelahnya Bastian menyingkirkan tangannya dari pundakku, mengepalkan tangannya lalu menatap Xean serta Davon tajam, setelahnya dia berjalan menjauh atau lebih tepatnya keparkiran.

Aku masih duduk disitu, diam menutup wajahku menggunakan kedua telapak tanganku. Kyla mengelus pundakku lembut, Gita juga berusaha menenangkanku. Sekitaran 30 menit berlalu, aku sudah menyeka air mataku dan minum 1 gelas air es. Aku juga tak kunjung melihat hadirnya Pandu dalam pesta ini.

Aku bangkit berdiri dan berniat kekamar saja, untuk apa aku bertahan sementara tunanganku malah menghilang. Aku berjalan pelan meninggalkan teman-temanku yang sengaja memberikanku akses untuk menenangkan diri. Dalam perjalanan masuk villa, aku melewati meja set dimana Raquel duduk. Dia melirik tajam kearahku, bak mak lampir yang ingin memangsa korbannya. Aku terus berjalan masuk ke villa, aku melewati ruang tamu dan aku baru tahu bahwa Pandu sedang duduk disana memainkan ponselnya. Ada perasaan lega ketika aku tau Pandu tidak benar-benar meninggalkanku diacara pesta pertunangan kami.

Aku sengaja lewat tepat didepan sofa yang Pandu duduki, aku menunduk dan tidak menoleh kearahnya. Aku tau pasti Pandu sibuk dengan ponselnya, aku tidak mau mengganggunya meskipun ya sedikit sakit merasakan hal seperti ini. "Queen." suara Pandu membuat hatiku bersorak-sorai, ku kira ia tidak tau jika aku sedang lewat didepannya. Aku berhenti dan menoleh kearahnya, aku melihat Pandu tersenyum memperlihatkan deretan gigi putih yang bersih dan rapi dan aku baru sadar Pandu memakai tuxedo yang sangat pas di badannya. He's so damn hot, i love him so much.

Ku lihat Pandu berdiri menghampiriku, berdiri menyejajariku. Dia memandangku dari bawah ke atas, aku merasa salah tingkah dilihat seperti ini. Dia memegang kedua tanganku, memposisikan kedua tanganku dipinggannya. Dia mendekat hingga aku bisa mencium baunya yang sangat kusukai itu. Jarak kami sekarang tidak lebih dari satu jengkal tanganku. Aku menunduk malu, aku rasa wajahku sudah memerah karena perlukaanya. Dan tiba-tiba saja aku merasakan tangan kirinya memegang daguku lembut diarahkannya keatas menghadapnya. Aku memandang mata biru Pandu, dia juga melakukan hal yang sama denganku.

Dia tersenyum singkat lalu menempelkan bibirnya ke bibirku. Rasanya hangat, lembut, tidak menuntut.

Dosakah kita meskipun masih berumur belasan tahun dan melakukan hal ini ? Tapi kami sudah bertunangan, kuharap ini tidak dosa.

Aku kembali memfokuskan diriku, menikmati lumatan lembut bibir Pandu dibibirku. Aku membuka mulutku seketika saat Pandu mengigit bibir bawahku. Dan ternyata Pandu mulai melakukannya lebih dalam lagi, dia bahkan mengabsen gigiku. Sekarang, bahkan ciuman Pandu menjadi sedikit menuntut menurutku.
Damn! He's a good kisser.

"Ekhm" suara dehaman yang tiba-tiba tersebut membuat jantungku bertambah lebih cepat lagi. Aku merasakan Pandu melepaskan ciumannya dan menoleh kearah suara tersebut. Aku mengikutinya dan menemukan Bunda, Dad dan Kak Pranda disana, diujung pintu utama masuk villa.

❤️💛💚
TBC

✅️ 2. VOLUM II: HyggeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang