Chapter 29

8.5K 420 0
                                    

QUEEN POV

Malam harinya, aku mempelajari beberapa pelajaran yang aku terima disekolah tadi pagi. Mulai hari ini, aku menyetop kegiatanku untuk berkunjung ke Abigail Company. Dad dan Bunda sudah menyetujuinya dengan alasan membiarkanku fokus ke  sekolah. Satu setengah jam berlalu dengan khidmat, aku bahkan sudah bisa memghafal rumus aljabar sekarang.

Aku memasukkan peralatan sekolahku kedalam tas, lalu menyiapkan jadwal untuk hari esok. Setelah selesai, Aku berguling diatas ranjang dan menikmati sensasinya. Aku mengarahkan tangan kiriku keatas, memandangi cincin emas perak yang melingkar dijari manis kiriku. Berbackgroundkan langit-langit kamar, aku mulai menerawang, pikiranku berjalan jauh. Membayangkan aku menikah dengan Pandu dan memiliki sepasang anak kembar diusia muda, sepertinya menyenangkan.

Tidak ada hal yang lebih membahagiakan, selain bisa menjalani sisa hidup bersama dengan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita.

Ting Ting

Bunyi pesan masuk membuatku menunduk, menoleh kekanan, keponsel yang sedang menyala layarnya. Menampilkan notifikasi pesan masuk. Aku meraihnya dan mengernyit heran, nama Lando tertera disana.

From: Lando
Queen besok bisa nggak lo bawa hoodie couple yang gue kado buat lo. Gimana kalau besok kita makenya barengan gitu, kan so sweet.

Aku membaca dengan perasaan campur aduk. Aku bingung dengan jalan pikiran Lando. Aku kira dia sedang tidak bermain dengan api, namun aku salah. Justru Lando sedang menyulut bara api yang lebih besar. Oke fine, besok aku akan membawa hoodie yang dimaksut dan mengembalikkannya. Aku sama sekali tidak menyentuhnya selama 4 minggu berlalu. Aku tidak berniat membalas pesannya, maka aku menaruh kembali ponselku dan memandangi cincinku, lagi.

20 menit berlalu, Suara ringtone memecah keheningan kamarku selama beberapa detik. Aku sudah sedikit terlelap saat ponsel ku berbunyi. Tanpa melihat siapa yang menelfon, aku mengangkatnya.

"Iya." Hanya satu kata yang berhasil kuucapkan.

"Hai Bee, kok lesu bee ?" suara berat Pandu membuatku menjauhkan ponsel dari telinga dan memandangi layarnya sesaat. Beloved Pandu calling.

"Hai Bee. Maaf aku tidak tau kamu yang menelfon. Ada apa Bee?"

"Nothing. Telfon tunangan sendiri harus ada alesannya gitu?" Aku menelan ludah saat Pandu mengatakan demikian. Benar juga sih apa yang dikatakan Pandu barusan.

"Bukan begitu Bee."

"Ah sudahlah. Sudah makan ?" Aku menghela nafas dan akhirnya "belum Bee. Aku baru saja selesai belajar dan lagian ini sudah jam sembilan kurang, kalau aku makan bisa melar badanku." Aku mendengar suara dehaman setelah mengatakan seperti itu. Setelahnya, Pandu tidak menjawab apapun dan menutup telfonnya.

Apa-apaan coba dia. Saben hari ada aja yang membuatku heran dengan sikapnya.

❤️💛💚
TBC

✅️ 2. VOLUM II: HyggeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang