Chapter 5

18.1K 820 3
                                    

"Ndu, i know you, but not so well. Gimana mungkin lo yang nggak tau gue sama sekali bisa sayang ke gue? Impossible you know." Queen menatap Pandu, Pandu jengah ditatap seperti itu oleh Queen. "Do not look at me like this, i don't like." Pandu berdiri dari duduknya, mengelus pipi Queen lembut lalu pergi meninggalkan Queen sendirian ditaman.

--//--

Queenie POV

Keesokan harinya, Aku menemani Kyla fashion show. Aku sedang berada di back stage. "La, Ben mana sih lama amat. By the way dari tadi gue nggak ngeliat si Patricia. Kemana tuh annoying manager itu ?" Aku menatap prihatin pada Kyla. Patricia, Manager Kyla itu selalu saja menghilang tidak tepat pada waktunya. "Lo tau Queen, Patricia sama Bennedict ada a fair." Kyla mengucapkan seolah dia tidak merasakan sakit hati sama sekali "Are you kidding me?" Aku setengah berteriak, mendekat kearah meja rias Kyla. "Eh bule, lo bisa nggak sih biasa aja. Bukan gue nggak tau, Ben mau pacaran sama gue karena dia cuma manfaatin gue buat ketenaran dia aja. Si Patricia juga, dia mau jadi manager gue cuma biar deket sama si Ben dan bisa mantau gue sama Ben ngapain aja." Aku speechless , di dunia sekecil ini, masih jaman apa yang begituan, ini udah 2016 dan mereka masih begitu, sangat kekanak-kanakan menurutku.

"Lo tau di manfaatin kenapa diem aja dongok." Ya aku emosi mendengar perlakuan Ben pada Kyla. Kyla itu sodara ku, nggak mungkin kan aku diem aja tau sodaraku dibegitukan. "Gue deketin Ben biar deket sama Xean." Aku speechless sekali lagi "Gue cintanya sama Xean, gue yakin Xean tau. Lo pernah liat gue deket sama Ben disekolah? apa lo pernah liat gue keluar malem sama Ben? Engga pernah, karena gue keluar sama Ben kalau Xean lagi ngacangin gue." dan setelahnya Kyla bercerita detail tentang hubungannya dengan Ben juga Xean.

--//--

Queenie POV

Keesokan paginya, aku sudah berangkat kesekolah naik mobil sendiri. Sengaja berangkat pagi-pagi ngehindarin Pandu. Aku memasuki gerbang , sekolah masih sangat sepi. Meskipun aku satu rumah dengan Kyla, kita jarang sekali berangkat atau pulang bersama.

Tin Tin

Suara klakson dari luar menyadarkanku dari lamunan. Sedari tadi aku masih didalam mobil. I miss you Bast. Aku rindu pada lelaki yang 2 tahun lalu menyakitiku dan menjadi salah satunya alasan kenapa aku melanjutkan masa remajaku di negara ini. Aku keluar dari mobil dan Pandu ada disana, disamping mobilku, masih memakai helm dan belum melepaskan jaketnya.

"Kenapa lo?" Aku menatap Pandu dari bawah keatas, aroma maskulin kecoklatan menyeruak ke hidungku. "Kenapa berangkat pagi-pagi banget? Sengaja ngindarin gue ?" Pandu gantian menatapku dari bawah keatas. "Stop it Ndu!. Gue nggak suka dikoreksi seperti itu!" Aku jengkel sekali Pandu menatapku seperti itu, seperti mencari-cari kesalahan ku. "Lo juga natap gue begitu, kenapa gue nggak boleh natap lo begitu? Heran gue sama lo Queen. Ntar pulang sekolah lo ikut gue ke Simple Cafe ya. Gue nggak terima penolakan. Bye, see you." Pandu pergi meninggalkanku di parkiran. Udah player, suka merintah, seenak jidat, sok ganteng, argh hidup gue kacau banget Ndu ada lo.

Aku melangkahkan kakiku memasuki kelas. Dibangkuku sudah ada Ben dan Brigita. "Lo ngapain Ben ? Kelas lo diujung kan ? Kebablasan lo!" Aku mendadak on evil mood liat Ben. "Lo tau nggak kenapa si Kyla mutusin gue?" Dia menunjukkan wajahnya yang penuh kekhawatiran, tapi aku yakin dia pasti hanya ber-akting. "What? your problem Ben." Aku menatap Ben dengan senyum mengembang dibibirku, aku sangat puas akhirnya Kyla mau memutuskan Ben. Kurang Patricia aja, bentar lagi aja tunggu. "Git, kantin yuk, gue belum sarapan." Ajakku pada Gita dan dia langsung berdiri menyambut ajakanku.

Dikantin, sudah sekitar 20 menitan aku dan Gita dikantin, aku sibuk menikmati Soto dan Jeruk hangatku. Sedangkan Gita sibuk tepe-tepe sama adik kelas. Biasa jomblo mah kerjaannya tepe-tepe mulu 😂.

"Queen!" Seseorang meneriakkiku dari kejauhan. Aku menoleh ke sumber suara tersebut, Mawar berjalan kearahku, Mawar kelas XII IPA 1. Doi pinter, pasti. Doi cantik, engga juga, Doi mantan Pandu, FAKTA.

"Kamu Queen kan! Anak XI IPA 2" ucapnya dengan nada tinggi "kakak ada perlu apa sama saya?" Kataku sopan. Aku tidak mau cari masalah dengannya, apalagi  ini kakak kelas. "Stay away from PANDU!" Oh my Neptunus, ini cewek agresif banget. "Sorry, salah saya apa ya kak? Pandu? Siapa yang ngedeketin Pandu? Bukannya Pandu yang malah ngedeketin saya mulu? Ini masih pagi lo kak." Aku merasa harga diriku jatuh, aku ngedeketin Pandu? Pengen banget rasanya nampar nih kakak kelas. "Asal lo tau, lo cuma buat bahan taruhan pandu and the genk. Ngaca aja sono, lo nggak pantes sama Pandu." Jujur aku speechless dengerin Mawar ngomong. Taruhan ? Oke aku sadar sekarang, kenapa Pandu tiba-tiba nembak aku. Tapi ini serasa sakit, Sakit banget kalau tau suatu fakta bukan dari orangnya sendiri, malah dari orang lain yang jelas-jelas nggak suka sama kita. "I Know. Tenang aja Kak, gue nggak niat kok ambil Pandu dari situ. Gue mah udah punya kaca dan listen to me kak Mawar Septiandini, perempuan harusnya yang dikejar, bukannya ngejar-ngejar. Saya rasa posisi kakak dan saya, tinggian saya, why? Pandu rela ngejar saya sedangkan disisi lain kakak setia ngejar-ngejar dia. Makasih udah bikin mood saya jeblok pagi ini." Aku berdiri dari bangkuku, menarik Gita pergi dari kantin.

--//--

Bel pulang sekolah berbunyi, seontak anak-anak berdesak-desakan meninggalkan kelas dengan terburu-buru.

"Git, gue duluan ya, laper, mau beli makan sekalian. Bye, see you soon" aku melambaikan tangan pada Gita dan keluar kelas. Aku sengaja kekelas Kyla, siapa tau Kyla belum pulang. Aku menunggu didepan kelas Kyla, sambil menunggu aku memainkan ponselku.

"Queen? Ngapain lo?" Kyla berdiri disampingku, memandanganku penasaran. "Gpp La, gue mau nanya aja, lo mutusin si Ben? Tadi pagi Ben kekelas gue." Aku memandang Kyla penuh tanda tanya karena tiba-tiba saja Kyla terlihat murung. "Pas istirahat pertama lo kemana Queen?" Ucap Kyla akhirnya "Kelas. Mawar marah-marah ke gue tadi pagi di kantin. Gue males keluar kelas, malu aja." Aku malu di labrak kakak kelas seperti itu, apalagi tuduhannya ngerbut cowok, engga banget. "What the hell! Tell me Queen. Gue labrak gantian tu kakak kelas, gatau diri banget." Ucapnya menggebu-gebu, there is insting kita sebagai sodara keluar. "Gausah La, ngapain buang tenaga. Abaikan. Gimana masalah Ben?" dan sedetik kemudian Kyla terlihat murung lagi "Xean marah-marah ke gue tadi malem, tepat dimana gue habis mutusin si Ben. Kata Xean gara-gara gue mutusin Ben sepihak, Ben ngira Xean ngerebut gue dari dia, padahal si Xean sama sekali nggak suka sama gue. Bayangin aja Queen gimana." Sekarang, mata Kyla benar berkaca-kaca. "Hei don't cry La, everything gonna be ok. Pulang pakai mobil gue deh. Mobil lo biar disini, gue telfon si Hendrik." Aku memeluk Kyla dari samping berjalan ke parkiran. Sodara ku patah hati tjoy, aku harus selalu ada disampingnya.

❤️💛💚
To be Continue

✅️ 2. VOLUM II: HyggeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang