Dia yang menyebalkan

670 38 4
                                    

Musim gugur melanda daerah Osaka. Menerbangkan daun-daun menutupi tanah dan berserakan dibawah pohon sakura. Langit senja menandakan malam akan tiba. Di bawah pohon yang rindang berdiri seorang pemuda yang memandang panorama alam di depannya. Angin bertiup menerbangkan rambutnya yang coklat, mengelus wajah putih nan halus. Suara langkah kaki berlarian mendekatinya, diiringi teriakan meneriaki namanya.

"hitori" kepalanya menoleh melihat seseorang yang selalu ada untuknya, selalu ada untuk ia kerjai maksudnya. Ia menyeringai sambil menatap seorang gadis yang tengah berkacak pinggang.

"Kau! Kenapa kau selalu mencari gara-gara denganku? Kau bosan hidup yak! Kau kemanakan tasku sekarang?!" teriak gadis itu sambil mengacungkan jarinya. Raut gadis itu merah seperti menahan amarah. Ia tidak pernah bertingkah seperti ini sebelumnya kalau bukan karena pemuda di depannya. Entah dunianya menjadi berantakan sejak pemuda ini mengacaukan hari-harinya. Yah, sejak insiden ciuman tabrakan itu. Dan itu adalah first kissnya Yume. Saat itu lantai licin dan dengan bodohnya ia berlari dari kejaran Hana yang berniat balas dendam. Hana tidak akan mengejar Yume, jika gadis itu tidak mencari gara-gara.

Apa salahnya sih kalau kita membantu teman? Aku hanya membantu menyampaikan isi hatinya kepada kakak kelas yang dia sukai dari dulu. Yah, dengan cara berteriak di speker sekolah saat Kakak kelas itu lagi tanding basket dengan kelas lain.

Namun karena niat suci Yumelah Hana menjadi malu jika setiap kali berpapasan dengan cowok incerannya. Ia pasti akan langsung ngumpet entah dibalik tembok, belakang punggung orang atau dibawah ketiak Atori yang asemnya ngalahin kaus kaki yang nggak dicuci selama 9 bulan. Kayak mau ngelahirin aja hihihi....

Hana yang gemas dengan sahabatnya sejak insiden itu, dan berniat ingin mengasih hadiah dengan cubitan maut andalannya, Yume malah selalu melarikan diri darinya. Tapi Tuhan emang nggak pernah tidur. Saat balas dendam tak terbalaskan, Yume malah nabrak Hitori. Siswa populer, punya segudang prestasi dan selalu tebar senyum setiap hari sampai kering tuh gigi. Mereka terjatuh dengan bibir saling menempel dan tubuh Yume berada di atas Hitori yang terbelalak. Oh ada satu lagi mereka terjatuh di koridor sekolah pada jam istirahat dan disaksikan oleh orang banyak. Dari sejak itulah, dimana ada Yume pasti ada Hitori seolah mereka diciptakan sepaket. Dan tentunya pasti ada teriakan Yume yang memanggil Hitori dengan kesal. Seperti sekarang...

"Astaga Yume, teriakan lo membuat burung yang dipohon itu lari. Gue baru saja ingin mendengarkan kicauannya yang merdu, tapi lo mengusirnya" ujar Hitori dengan cemberut.
"jangan mengalikan pembicaraan! Kemana tas gue?"tatapan tajam Yume membuat alis Hitori naik dengan sudut bibir tertarik ke atas.

"Tas lo? Oh yang berwarna pink itu ya? Tuh disana" jari pemuda itu menunjuk keatas, tepat di atas pohon sebuah tas tergantung di salah satu ranting dengan dahan yang cukup tinggi.

Yume memejamkan matanya dan menghirup nafas berkali-kali. Lalu membukanya lagi seraya menatap Hitori bengis.

"Hitoriiii..."

Yume mengedarkan pandangan di tanah setelah menemukan yang didapat. Ia menggenggamnya sambil mengacungkan ranting yang panjangnya tak lebih dari 30 cm kepada Hitori.

"Ambilin.."

Hitori mengangkat kedua tangannya ke atas, tanda menyerah. " Oke...oke...gue akan ambilin"

"Serem amat bu..." gumam Hitori ketika berbalik hendak memanjat.

"Apa katamu?"

Hitori menggeleng cepat, " gue nggak ngomong" mata cowok itu sesekali melirik ranting yang digenggam Yume.

Yume menatapnya menyelidik sambil mengetuk-ngetukkan ranting ke tanah.

Hitori yang melihat gelagat bahaya itu cepat-cepat berujar sambil mengangkat tangannya membentuk peace "sumpah. Gue cowok yang selalu jujur, baik hati dan nggak pernah ingkar janji"

Yume memandang datar mendengar ucapan Cowok didepannya ini, "Cepat ambilin"

"Iya, iya ini juga mau diambilin"

-------
Yume tampak membuka tasnya , memeriksa barang-barang kalau ada yang hilang. Tapi baru saja ia membuka resleting dan merogoh tasnya ia menjerit sambil berlari kearah Hitori yang tak jauh darinya. Sambil memegang lengan Hitori dengan ekspresi ketakutan.

"apa yang ada didalam tas itu?" nafasnya memburuh dan detak jantungnya berdentum berbunyi.

"oh itu, itu hadiah dari gue? Baikkan gue" senyum Hitori terkembang namun Yume menatapnya curiga.

"hadiah? Perasaan, gue nggak ulang tahun" ada yang tidak beres disini.

"Iya, hadiah dari cowok terkeren di kota Osaka. Seharusnya lo bahagia. Sebagai cowok, gue ini orang yang paling pengertian. Tuh buktinya gue kasih walaupun lo nggak ulang tahun. Jarang-jarangkan lo dapet hadiah dari cowok. Apalagi gue, harus diabadikan tuh"

"Emang cowok terkeren lo doang. Banyak kali. Bahkan lo ngasih gue hadiah, gue tambah curiga"

"Astaga, cowok keren kayak gue ini nggak mungkin ngasih yang macem-macem. Palingan satu macam"

Jengah ditatap Yume dengan pandangan tajam. Hitori menghela nafas sambil berujar, "buka ajalah. Gue cuma ngasih 5 biji yang berwarna coklat"

Mulanya Yume curiga namun ketika mendengar kata coklat, dirinya yang maniak dengan si manis berwarna eksotik itu langsung merogoh kembali tasnya. Tangannya merasakan sesuatu yang ia ambil itu berkulit lembut dan menggeliat ditelapak tangannya. Ia membuka telapak tangannya dan langsung menjerit histeris seraya melemparkan sesuatu yang digenggamnya tadi. Yume terus menggosok telapak tangannya ke rok sekolah yang ia kenakan.

"Loh, kok nangis? Kan dikasih hadiah" Hutori berjongkok di depan Yume yang tengah menatapnya kesal disela-sela tangisnya.

"Dasar cowok nyebelin! Nggak punya otak! Lo kata itu hadiah? itu bukan hadiah dan juga coklat bego!" Yume memukul lengan Hitori bertubi-tubi.

"kata siapa itu coklat. Gue nggak bilang loh, itu hadiah spesial buat elo. Anak tikus yang gue ambil dari loteng sekolah. Cuma lima ekor. Imutkan?"

"Dasar sinting!!!"
Yume mengambil ranting pohon itu lagi, setelah itu ia pukulkan ke Hitori yang berusaha melindungi kepalanya.

"Yume, sakit. Lo tidak ingin membuat wajah gue rusakkan? dan membuat gue kehilangan pamor diantara gebetan gue?"

"Gue malah bersyukur wajah lo hancur, bahkan sampai jadi rata sekalian. Ini rasakan!"

"aduh, sakit. Jika sampai tidak ada gadis yang menyukai gue. Lo harus jadi istri gue"

"Ogah, nikah aja sana sama simpanse!"

"Astaga, gue masih normal kali"

"Sama saudara aja nggak mau"

"Idih, amit-amit. Udah dong berhenti. Sakit nih" pinta Hitori memohon.

"Bersihin dulu" perintah Yume sambil bersedekap.

"Iya, gue bersihin nyonya. Puas?"

"Sangat puas"

Tbc...

Vote dan comen ya...

Utakata Hanabi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang