"Kau? Kenapa ada disini?" Seru Yume tak percaya. Matanya menyipit sinis mengamati seseorang disampingnya. Ia menoleh ke Hana seraya bersedekap dengan pandangan tajam, menuntut jawaban.
"Hehehe...ehm..." Hana menyengir. Sebelah tangannya menggaruk pelipis yang tak gatal,"karena kau tidak ingin sendirian, jadi aku mengajak Hitori kemari. Dan dia tidak keberatan."
"Itu menurutnya! Sementara aku tidak!" Yume mengerutkan keningnya tak suka.
"Tidak apa-apa Hana, mungkin dia malu mengakuinya disini. Sebagai pacar pengertian, aku bisa memahami isi hatinya. Aku tau dia sangat senang dengan keberadaanku disini, tapi dia menyangkal dengan ucapannya, sementara hatinya berkata kebalikan." Hitori memandang Yume penuh arti, seolah-olah dia bisa membaca isi hati gadis itu. Sebelah tangannya bertengger manis di bahu Yume. Kedua sudut bibirnya memasang senyum manis.
Yume mendengus jijik. Ucapan Hitori membuatnya ingin muntah. Ia menepis kasar tangan pria itu dari bahunya.
"Dasar gila! Mati saja sana! Dan berhenti memanggilku pacarmu!"
"Kalau aku mati nanti kamu kangen, hahaha..." Hitori tertawa, kedua lesung pipitnya tercetak jelas diantara kedua pipinya. Ia semakin tampan dan manis dalam waktu bersamaan.
"Tidak akan pernah!" Tegas Yume.
"Yakin?" Hitori mengerling jahil.
Yume memutar bola matanya malas. Kalau diladenin bakal panjang urusannya. Ia menatap sekitar, dimana para pedagang telah mendirikan stand-standnya. Tampaknya Festival Ouchijuku akan segera dimulai.
Ia melirik arloji di pergelangan tangannya dan berujar," Hana, kita akan kemana setelah ini?"
Tak ada sahutan...
Hening...
Hanya bisik-bisik keramaian di belakangnya...
Yume pun lantas mendongak. Ia menatap tempat Hana dan Kak Akio berdiri tadi, kedua orang itu telah lenyap. Pergi tanpa sepengetahuan dia. Yume mengedarkan pandangannya melihat orang-orang yang sibuk dengan aktivitas mereka.
"Kemana mereka?" Gumam Yume bingung.
"Mereka pergi." Hitori menyahut. Pria itu memasukan kedua tangannya ke saku jaket. Salju-salju berguguran di atas mereka.
"Kenapa kau tidak bilang?" Yume berseru cepat.
"Untuk apa? Kau tidak ingin menganggu mereka kencankan? Lagipula kita tengah kencan."
"Kau!" Yume memejamkan matanya menahan geram. Menghadapi pria ini butuh kesabaran ekstra. Ia menarik nafas lalu menghembuskannya pelan-pelan terus ia ulangi sampai matanya membuka dan memberi lirikan sinis pada Hitori. Ia bergerak menjauh dan meninggalkan Hitori dengan gumpalan kekesalan dalam hatinya yang belum mereda.
"Hei, mau kemana?" Hitori berseru keras. Ia berlarian menyusul langkah Yume.
^^^
Yume benar-benar kesal dengan kedua orang itu. Siapa lagi kalau bukan Hana dan Kak Akio. Mereka seperti sengaja meninggalkannya bersama Hitori. Cowok itu dengan tingkahnya yang menyebalkan mengikutinya terus-menerus. Sudah ia usir dengan berbagai macam cara, dari cara halus maupun kasar sekalian. Tapi Hitori bagai lintah yang terus menempel padanya.
Akhirnya ia pasrah. Ia memainkan beberapa wahana bersama Hitori. Walau ada jengkel di hati tapi bersama Hitori cukup mengasyikan daripada sendirian. Pria itu bergurau lucu disetiap stand yang mereka datangi tak hayal membuatnya tertawa walau lidah terus menyangkal.
Yume menatap pedagang yang tengah menjajakan kembang gula. Gadis itu langsung tergiur melihat gumpalan empuk dan lembut berwarna merah muda. Ia membayangkan kembang gula itu masuk kemulutnya. Rasa manis dan lumer dimulut akan pecah dan meledak-ledak dalam mulutnya. Yume memejamkan matanya membayangkan saking lezatnya kembang gula itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utakata Hanabi [End]
RandomEntah ini sial atau apa? Yume si gadis pendiam ini, semenjak kejadian tabrakan ciumannya dengan Hitori yang tak disengaja. Hari-harinya menjadi kacau. Penuh kekonyolan dan pertengkaran. Dimana ada dia pasti ada Hitori. Padahal mereka beda kelas. Seb...