Sebuah pengorbanan Hitori

181 20 0
                                    

Setelah membeli Teoboki, mereka melihat-lihat manik-manik dan gantungan kunci yang dijual dipinggir jalan. Menelusuri padang bunga dengan sepeda. Yume tak henti-hentinya berteriak saat Hitori melajukan sepeda mereka di jalan menurun. Tentu saja ia cemas, jika Hitori jatuh maka dirinya pun akan ikut karena ia berada boncengan. Dan setelah itu hanya tawa riang yang membawa mereka pada senja. Malamnya saat pulang, Hitori melihat suatu permainan gulat yang berhadiah uang 20.000 yen. Ia melirik Yume yang tengah memesan makanan. Hanya modal sebuah tekad ia masuk kedalam, dan melihat sebuah ring mirip arena tinju berisikan dua orang manusia yang tengah bergulat. Satu berbadan besar dan penuh otot dilengannya, memiliki warna kulit kecoklatan dan satunya lagi bertubuh agak kecil dari pria pertama kulitnya putih dan mempunyai otot-otot lengan, dada dan perutnya sudah cukup membuktikan bahwa pria ini cukup kuat. Hitori melangkahkan kakinya diantara puluhan orang yang bersorak meneriaki seseorang didalam ring sana. Pria bertubuh coklat mengangkat tubuh laki-laki berkulit putih dan menghempaskannya ke lantai. Sebagai sesi terakhir ia menginjak tubuh lawannya sangat keras, jeritan kesakitan pria berkulit putih itu terendam oleh suara tepuk tangan. Hitori memandang ngeri saat pria putih itu ditandu ke luar.

Seorang MC maju," Sekarang siapa lagi yang mau melawan Black? Hadiah uang 20.000 yen akan diterima si pemenang jika sanggup mengalahkan Black. Ada yang berniat?"

Tidak ada yang maju. Hitori terlihat gamang.

"Baikkah jika tak ada yang mau melawan lagi maka dengan ini Black akan menjadi---"

"Saya," potong Hitori seraya mengangkat tangan kanan, lantas orang-orang meliriknya dan tertawa, "saya akan melawannya." ucap Hitori mantap.

Setiap Hitori melangkah menuju ring, cibiran dan hinaan berdengung ditelinga. Orang-orang tidak mempercayai kemampuannya.

"Tubuh kerempeng seperti itu akan melawan Black? Huh, aku yakin lima menit didalam ring sana dia sudah tewas."

"Hei, dik sepertinya kau salah masuk permainan. Harusnya di stan sebelah, tempat masak-memasak hahaha..."

Hitori tidak memperdulikan omongan itu, ia menaiki ring dan meneguk ludah. Tingginya hanya sebatas lawannya.

"mulai."

Pria yang bernama Black itu langsung menyerang dirinya dengan pukulan. Hitori tersungkur jatuh tak sempat menghindar. Orang-orang disana semakin mengejek dan mentertawakannya. Rasa asin tercecap diidah. Hitori menyeka darah diujung bibirnya. Ia bangkit, belum sempat melihat lawan. Sebuah tendangan mendarat diperutnya, ia jatuh dan terhempas lagi memuntahkan darah. Hitori membeku manakala matanya bersitatap dengan Yume yang menatap dirinya dengan tatapan kecewa. Hitori merasakan kerah bajunya ditarik. Tubuhnya melayang dan rahangnya dihantam pukulan telak. Tubuhnya terbaring kembali. Ia mengerang sakit ketika tangannya diinjak dengan kuat. Sudut matanya menangkap Yume yang memalingkan wajah lalu mengigit bibir. Bulir bening yang keluar dari mata wanita itu menghantam dada Hitori. Tidak, bukan ini yang ia inginkan. Bukan air mata yang ingin ia lihat. Tekad kuatnya kembali, ia memegangi kaki pria itu lalu menariknya. Bunyi bedebam menghentikan suara riuh disekelilingnya. Hitori bangkit dan menduduki lawannya, dengan brutal ia memberikan bogem mentah. Lawannya tergolek lemah, kedua pipi yang memar dan bibir serta hidung berdarah.

"Ini untuk tanganku." Hitori membalas menginjak tangan musuhnya itu lebih keras.

"Argh...."

-+-+-+-

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan ha?!" cerca Yume sembari mengobati luka di wajah Hitori, ia melakukannya dengan kasar tak peduli dengan ringisan pria itu," apakah kau ingin mati Hitori?! Masuk ke permainan itu dan membuat dirimu sendiri babak belur, kau masih waras atau tidak!!!"

Hitori diam dan menunduk tak sanggup melihat Yume menangis sambil mengobatinya.

Yume melempar kapas dan obat ke pangkuan Hitori, "Obati dirimu sendiri!" ia berlari meninggalkan Hitori yang memandangnya sendu. Sebelah tangannya menggenggam amplop yang berisikan uang 20.000 yen.

-+-+-+-

Sampai menghabisi bulan juli Yume selalu menghindari Hitori, tidak mau berbicara dengannya atau hanya sekedar membalas sms. Kini handphonenya Yume dipenuhi ratusan panggilan tak terjawab dan sms dari Hitori. Berisikan menanyakan keadaan atau minta maaf. Malam sebelum rekreasi liburan kelas III, suara ketukan menghentikan kegiatan Yume yang tengah berbenah. Ia membuka pintu dan terlihatlah ibunya.


"Ada apa ibu?"

"Ada temanmu didepan."

Yume mengerutkan kening, "Cowok atau cewek, bu?"

"Cowok."

Menghela nafas, Yume berujar," bilang saja aku sudah tidur."

"Kamu nggak kasihan, nak. Ibu sering melihat dia setiap hari menatap rumah kita. Jika ditanya dia hanya berkata tidak apa-apa. Dia pacarmu? Hubungan kalian tengah menghadapi masalah?"

"Dia bukan pacarku, bu" Yume memberengut sebal.

"Ya sudah kalau mau kamu gitu. Nanti ibu bilang ke dia kamu sudah tidur."

Tak beberapa lama kemudian ibunya datang dengan membawa kado berlapis kertas biru dengan pita cantik, "katanya ini untuk kamu."

Yume menerima kado yang besar itu, diletakkannya begitu saja diatas meja belajar. Ia pun pergi tidur.

-+-+-+-

Utakata Hanabi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang