Yume tak menduga hari ini akan turun hujan. Padahal pagi tadi matahari bersinar sangat terik. Cuaca memang sulit diprediksi. Ia tidak bisa pulang kalau begini, payungpun ia tidak membawanya.
Ia berdiri di koridor seraya memandang rintik-rintik hujan yang berjatuhan. Sesekali sepatunya terciprat air yang tergenang. Wajahnya memburam gara-gara rasa lapar yang menggerayangi perutnya. Gadis itu menghela nafas saat melihat para orang tua menjemput anaknya. Sepertinya hanya dirinyalah yang tidak dijemput.
Ia menoleh saat merasakan kepalanya seperti ditutupi sesuatu. Bibir Yume langsung menekuk manakala Hitorilah yang melakukannya. Pria itu berdiri disampingnya sambil merentangkan baju olahraganya dengan gerakan memayungi mereka berdua.
"Apa yang kau lakukan?" Yume berujar sinis.
"Aku tengah melindungimu agar tak basah. Bukankah aku pacar yang pengertian?" Hitori menaik turunkan alisnya dengan gerakan menggoda.
"Dengan ini?" mata Yume menyiratkan ketidakpercayaan," kenapa kau tidak sekalian menyuruhku menembus hujan lebat ini tanpa pelindung? Kau pikir kain itu bisa melindungiku?"
Hitori bergumam tampak berpikir,"Benar juga, kalau begitu tunggu disini. Aku akan meminjam payung." pria itu bergegas pergi, bayangannya hilang di tikungan koridor.
"Dia mencari payung demi aku? " Yume melirik kepergian Hitori dengan senyum yang tersungging dibibirnya tanpa ia sadari. Gadis itu menunduk dan menyelipkan helai rambut dibalik telinga. Wajahnya bersemu merah.
Yume mengganti ekspresi menjadi datar ketika melihat bayangan seseorang berdiri didekatnya,"Cepat sekali kau.....Kak Shasane?" matanya mengerjab beberapa kali memandang seorang yang ia pikir Hitori tapi ternyata bukan.
Kak Shasane tersenyum ke arah," Belum pulang?"
"Huh?...oh, i-iya." Yume tergagap, rasa gerogi melanda dirinya. Matanya tak berkedip dan ia kesulitan mengambil oksigen ketika melihat Shasane menyisir rambutnya ke belakang dengan jari. Uh...so damn sexy!
langit tengah mendung dan mentari pun enggan menampakan dirinya, tapi kenapa aku melihat matahari bersinar disampingku? Apa aku sudah gila? Sepertinya begitu.
Hidung mancung, wajah putih bak porselen, rahang keras dan tegas, bentuk wajah oval dan rambut hitam legam sungguh tampan untuk ditatap berlama-lama. Yume rela menghabiskan sisa hidupnya untuk berada di samping Kak Shasane demi memandang wajah yang tampan layaknya dewa Yunani dan tak bosan dipandang itu. Betapa beruntungnya seseorang yang menjadi pacar Kak Shasane, selain katua basket pria itu juga pintar dalam mata pelajaran. Siapa yang tidak menyukai pria ini yang begitu sempurna?
"Sepertinya hujan takkan reda. Mau ku antar pulang?" Shasane menoleh dan mendapati Yume yang tengah menatapnya tanpa kedip.
"Yume?" Shasane melambaikan tangannya ketika Yume tak juga menyahut.
"Oh, apa?" tanya Yume dengan tampang bodoh.
"Mau pulang bersamaku? Aku bawa mobil."
Yume langsung mengangguk antusias. Ia melupakan Hitori yang tengah mencari payung untuknya. Dalam sekejab, wajah Kak Shasane mengisi pikirannya. Cinta pertamanya.
Tanpa mereka berdua sadari, Hitori berdiri tak jauh dari mereka. Payung biru yang ia pinjam terlepas dari genggaman. Jatuh seperti hatinya yang pecah berkeping-keping lalu berjatuhan. Matanya memandang hampa melihat Yume tersipu malu karena Shasane membukakan pintu mobil untuknya. Dadanya berdenyut pedih melihat kepergian mobil yang membawa Yume didalamnya. Tangannya mengepal kuat. Suara gemuruh seperti ikut mendukung hatinya yang tersayat-sayat perih.
^^^
Yume menggeram dan menahan kesal untuk kesekian kalinya. Ia memejamkan mata kemudian menghembuskan udara melalui mulut. Matanya membuka menatap wajah Hitori yang tidak mau enyah dari hadapannya.
"Bisakah kau menyingkir dari hadapanku?!!"
Hitori menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan lalu menatap Yume lurus-lurus seraya bertopang dagu.
Semenjak kedatangan Hitori dimeja dengan posisi berhadapan, diam dan melihatnya dengan tatapan errr.....ah pokoknya Yume tidak, apaya? Huh, bahkan dirinya tidak tau kata yang pas untuk suasana hatinya saat ini. Gara-gara tatapan itu...
Pria itu tak berucap apapun selain menatapnya dalam kebisuan.
Yume berteriak sebal,"Kau ini kenapa sih?"
"Aku cem-bu-ru." ujar Hitori penuh penekanan.
Gadis didepannya mengernyitkan alis," Kau cemburu?" kekehan geli keluar dari bibirnya sementara gantian Hitori yang mengerutkan alis,"hahaha...memangnya kau itu siapaku?"
"Aku pacarmu!"
"Pacar? Sejak kapan?"
"Kau lupa? Sejak Festival Tahun Baru di Ouchijuku."
Yume tercenung dan mengingat-ingat kejadian di hari itu. Astaga! Dia teringat ketika dirinya di benggala dan kembang api mengukir langit malam lalu dia dan Hitori ber....aish, Yume menggelengkan kepala dan memasang wajah sinis.
"Aku tidak menerimamu."
"Tapi kau membalas ciumanku."
Yume meradang malu, wajahnya dengan cepat bersemu. Matanya membelalak. Ia ingin menyangkal tapi Hitori menyela lebih dulu.
"Mulai saat ini kau milikku!" sambung Hitori dengan nada kepemilikan.
"Jadi, kau tidak boleh berbincang dengan cowok lain selain aku, berdekatan dengan mereka atau hanya sekedar melihat bahkan didalam mimpi sekalipun. Senyummu hanya untukku, tatapan hanya untukku dan juga hatimu hanya untukku. Ini berlaku juga untuk Shasane."
Yume terpana dengan mulut terbuka mendengar kata-kata ajaib yang keluar dari bibir Hitori.
"Yume." panggil seseorang.
Kedua manusia itu lantas menoleh. Begitu tau siapa yang memanggil Yume, Hitori langsung bersiaga. Menegakan tubuh lalu berdiri didepan Shasane bagai benteng kokoh agar Kakak kelasnya itu tidak bisa menatap Yume.
"Ehm...Yume." Kak Shasane kesulitan melihat Yume karena tubuh Hitori yang besar dengan punggung lebar itu memunggungi Yume. Dan pria itu juga mengikuti setiap gerakannya. Saat ia melongokan kepala ke kiri, Hitori mengikuti. Begitu pun ketika ia menoleh ke kanan seakan sengaja menghalangi dirinya dari Yume.
"Maaf, bisakah kau menyingkir sebentar?"
Yume memukul punggung didepannya. Hitori meringis tapi ia tetap bertahan semakin menegakan badan walau Yume menarik-narik ujung kaos bajunya.
"Hitori, menyingkir. Kak Shasane ingin bicara padaku. Mungkin saja penting." bisik Yume.
"Tidak akan!" ucap Hitori membalas bisikan Yume.
Hitori beralih menatap Shasane dengan sorot tajam,"Tidak bisa! Jika ada perlu dengannya bicara saja denganku. KARENA. AKU. PACARNYA." Hitori sengaja menekan ujung kalimat itu untuk menunjukan status mereka.
"Oh, aku hanya ingin mengembalikan dompet Yume yang tertinggal di mobilku."
Hitori menghalangi ketika tangan Yume terulur disisi tubuhnya. Ia mengambil cepat dompet itu. Lalu Hitori bertanya tanpa basa-basi,"Ada lagi yang ingin disampaikan?"
"Tidak." Shasane melangkah pergi.
Hitori membalik tubuh dan menjumpai Yume yang menatapnya sinis secara terang-terangan.
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Utakata Hanabi [End]
DiversosEntah ini sial atau apa? Yume si gadis pendiam ini, semenjak kejadian tabrakan ciumannya dengan Hitori yang tak disengaja. Hari-harinya menjadi kacau. Penuh kekonyolan dan pertengkaran. Dimana ada dia pasti ada Hitori. Padahal mereka beda kelas. Seb...