"Hei, apakah kau tidak memberiku ucapan selamat, Yume?" Hitori menyampirkan tas punggungnya seraya mengejar langkah Yume yang hendak pulang.
Setelah berhasil menyusul, Hitori menolehkan kepala mengamati ekspresi wajah Yume yang ditekuk. Wanita itu memandang lurus kedepan tanpa ada niat sedikitpun menoleh ke arahnya.
Hitori menatap langkah mereka yang berdampingan, ia tersenyum, "Kau masih marah gara-gara kejadian dompet itu?"
Bukan kejadian dompet saja tapi hari ini juga! Kau sukses membuatku jungkir balik! Omel Yume dalam hatinya. Wajahnya cemberut.
"Lagipula apa bagusnya Shasane itu, dibanding dia aku lebih tampan." tambah Hitori sambil memasukan kedua tangannya di saku celana.
Mulut Yume terbuka sedikit. Matanya terpana karena kepercayaan diri Hitori yang menurutnya terlalu tinggi. Ia kehilangan kata-katanya.
Kak Akio melintasi mereka dengan menggunakan sepeda dan Hana diboncengannya. Sahabatnya itu melambai dan berteriak," Duluan ya...jaga sahabat kesayanganku itu Hitori. Jangan sampai kakinya masuk ke comberan lagi hahaha....Sayonara~"
"Aish anak itu!" decak Yume sebal.
"Comberan? Kakimu pernah masuk comberan?" tanya Hitori diselubungi kekhawatiran.
"Apa?!! Kau ingin tertawa?!" sahut Yume galak.
"Tidak, kakimu pernah masuk comberan?" tanya Hitori lagi yang membuat Yume menjadi sebal.
"Iya! Memangnya kenapa?! Kau mau menyebarkannya ke seluruh sekolah?!" Yume lansung berlari setelah mengungkapkan kekesalannya.
"Yume, tunggu. Astaga, aku minta maaf. Entah salahku apa...aku tidak ingin kita berjauhan."
Helaan nafas keluar dari bibir Yume, "Lupakan saja kejadian barusan."
Tidak ingin Yume kesal padanya lagi, Hitori mengangguk. Mereka pun sama-sama terdiam. Tak sengaja mata Yume menangkap yukata yang terpajang di etalase toko. Ia terpesona tanpa sadar ia menghentikan langkah. Mengamati dari atas hingga ke bawah yukata itu, berwarna biru langit disertai rangkaian bunga sakura dengan gradasi pink lembut. Sontak pikirannya mengembara, pasti dia sangat cantik jika memakai yukata itu.
"Kau ingin itu?"
Yume menoleh ke samping dimana Hitori berada. Ia sempat melupakan keberadaan cowok itu.
"Kau ingin membelikannya?" tatap Yume penuh binar.
Hitori mendadak kaku melihat ekspresi Yume yang terpasang baru kali ini ia lihat. Karena biasanya pacarnya itu memasang wajah cuek atau datar jika ada dia. Sebelah tangan Hitori mengelus tengkuk. Ia mengangguk dengan kikuk.
Yume lantas berlari dengan gembira memasuki toko. Sementara Hitori memegang dadanya dengan pipi memerah. Kemudian ia menyusul langkah Yume.
"Berapa harganya?" tangannya pada pelayan tokoh. Matanya mengamati Yume yang tengah menelusuri kelembutan kain yukata itu. Bibir Hitori mengukir senyum melihat sorot bahagia terpancar dari tatapan wanitanya.
"20.000 yen. Yukata itu memang mahal dan stoknya pun terbatas. Kebetulan sekali anda yang membelinya karena yukata itu adalah persedian yang terakhir."
Hitori mengambil dompet dan buku tabungannya. Matanya terbelalak manakala melihat uangnya hanya tersisa sedikit. Lalu kemana uang selama ini ia tabung? Oh dia ingat, ia menggunakan uang itu untuk mengutarakan isi hatinya pada Yume di festival tahun baru lalu.
Hitori langsung menyembunyikan buku tabungannya saat Yume berjalan mendekat dengan langkah senang.
"Kau menyukainya." tanya Hitori.
Yume mengangguk riang," sangat suka."
Hitori menjadi serba salah mendengar jawaban itu. Iapun menjumpai pelayan. Yume memandang curiga ketika Hitori tampak berbicara dengan suara kecil kepada pelayan itu. Perempuan setengah baya itu menggelengkan kepala. Yume semakin curiga. Ia mendatangi keduanya.
"Ada apa?" pelayan tadi meninggalkan mereka. Hitori menggaruk rambutnya yang tak gatal.
"Kau tidak punya uang." tebak Yume. Hitori bungkam.
"Ya, sudah tidak apa. Lagipula yukata itu terlalu tebal dan aku tidak suka berkeringat." Yume melangkah menjauhi toko, dari sudut matanya ia masih melirik yukata itu. Hitori merasakan kekesalan dalam dirinya. Ia merasa tak berguna.
-+-+-+-
Hitori memasuki kelas Yume saat dilihatnya gadis itu sedang memasukan alat tulis ke dalam tas. Ia duduk didepan Yume da mengamati aktivitas gadis itu.
"kau punya waktu hari minggu besok?"
Yume melirik sekilas, "Aku orang yang sibuk."
Sibuk baca komik lanjutnya dihati.
"Oh, kalau begitu aku akan menunggumu di jembatan jam 7 pagi."
Yume terpana menatap Hitori. Ia menghentikan kegiatannya. Laki-laki ini telinganya tidak sedang bermasalah kan?
"Hari ini pulanglah lebih. Soalnya aku ada ekskul. Jangan menungguku, " senyum Hitori mengembang sambil menjauhi Yume.
"Dasar gila...dia pikir aku akan menunggunya apa?!" cibir Yume.
Namun Hitori kembali lagi dengan kecepatan kilat ia mencium pipi Yume dan membisikkan, "hati-hati dijalan."
Sukses tindakan itu membuat jantung Yume ingin meledak dan mendadak tubuhnya tak bisa digerakkan.
-+-+-+-
Jam delapan malam di rumah Yume.
"Aku dengar besok kau akan kencan?"
"Aku tidak akan pergi."
"Ck...pergi saja, Yume. Beraktivitaslah diluar sana. Cari pengalaman, lagipula selama ini kerjaanmu hanya mendekam dirumah. Wajah Hitori pun lumayan tampan untuk kau pamerkan ke keluargamu. Kakakmu pasti akan merasa tersaingi hahaha...."
"Kau jadi bawel Hana, semenjak kenal Hitori."
"Yakin tidak mau kencan besok?" tanya Hana lagi.
"yakin, seyakin bumi mengitari matahari. Sudah dulu, aku mau melanjutkan bacaan komikku." Yume mengakhiri sambungan.
-+-+-+-
"Dia dimana sih? katanya jam 7, ini sudah lewat 15 menit." gerutu Yume. Sesekali kepalanya menoleh kanan dan kiri.
"Kau datang."
Suara dari belakang membuat Yume terkesiap. Kepalanya lantas menengok Hitori yang tersenyum dengan manisnya. Pemuda itu mengenakan kemeja kotak-kotak biru gelap serta jins hitam.
"Aku hanya sekedar lewat." sangkal Yume.
"Benarkah?" goda Hitori, "lalu kenapa kau berdiri disini?"
"Hmm ....itu...aku...aku tengah mencari uangku yang jatuh." Yume berjongkok dan pura-pura mencari uangnya.
Hitori tertawa kecil, ia langsung menarik tangan Yume untuk berdiri dan menggenggam jemarinya erat.
"Kita akan mencarinya setelah kencan." bibir Hitori melengkung indah dengan kedua mata menyipit. Yume memalingkan wajah dan ikut tersenyum.
-+-+-+-
KAMU SEDANG MEMBACA
Utakata Hanabi [End]
RandomEntah ini sial atau apa? Yume si gadis pendiam ini, semenjak kejadian tabrakan ciumannya dengan Hitori yang tak disengaja. Hari-harinya menjadi kacau. Penuh kekonyolan dan pertengkaran. Dimana ada dia pasti ada Hitori. Padahal mereka beda kelas. Seb...