Bus belum berangkat. Mereka masih menunggu anak-anak yang lain. Yume tengah memeriksa barang bawaannya kalau-kalau ada yang tertinggal. Menyendiri dibelakang bus dan memandang ke arah jendela. Bunga sakura mulai berguguran. Kelopak indah berwarna pink cerah menghiasi pemandangan kota Osaka. Pohon-pohon berjejer rapi memenuhi ruas jalan.Yume termangu melihat ratusan kelopak sakura melayang diudara terbuka, meliuk-liuk tertiup angin pagi yang membawa kesejukan. Satu persatu bangku yang kosong mulai terisi. Sopir bus mulai menyalakan mesin. Yume melirik seseorang yang mengisi bangku disebelahnya. Ia terkejut menatap Hitori yang melihatnya dengan sorot rindu. Yume berusaha mengabaikan kata terakhir.
"Kenapa kau disini? Ini bus kelas III D."
"Akhirnya aku mendengar suaramu lagi. Kupikir kau tidak akan berbicara denganku lagi." Hitori tersenyum masih dengan sorot itu. Yume tak tahan, ia mengalihkan pandangan.
"Dasar bodoh, aku tidak menanyakan hal itu."
Hitori menarik nafas dalam dan menghelanya, "ah~ bahagianya melihat sifat cuekmu kembali."
Kesal, Yume diam dan menatap jendela.
Bus bergetar, roda-roda menjalankan tugasnya. Semilir angin menerpa wajah Yume. Rambutnya bertebrangan, menari di udara bebas.
"Aku meminta Hana menukar tempatnya." suara Hitori memecah keheningan diantara mereka, namun tak juga membuat Yume menoleh.
"Kita akan rekreasi ke Gunung Fuji kan? Apakah kau tau mitos tentang Gunung Fuji yang banyak dijadikan tempat bunuh diri? Kabarnya banyak arwah-arwah yang bergentayangan, tapi aku tidak takut. Aku membawa jimat. Kau mau lihat?" Hitori berucap ceria tapi saat melihat Yume mengeluarkan handphone dan menyumpal telinganya dengan earphone senyum Hitori memudar. Namun ia tak kehabisan akal, Hitori mencabut satu earphone dan memasang ditelinganya sendiri.
"Kau mempunyai lagu Only Human One Litre of Tears. Aku juga punya. Setiap malam aku memutar lagu ini. Yume, apa lagu favoritmu?" senyum manis mengukir bibir Hitori berbalik Yume yang menatapnya sebal.
"Mau mu apa Hitori?" tanya Yume. Matanya menyiratkan kekesalan.
"Mauku, kau memaafkanku dan kita mulai dari awal." tatapan Hitori serius.
"Aku memaafkanmu tapi untuk hubungan ini kita berhenti sampai disini."
"Kenapa? Salahku apa? Bahkan aku tidak tau kenapa kau menghindariku selama ini. Kau rumit Yume. Aku bukan peramal yang bisa membaca isi hatimu."
"Kau tidak tau?" Yume terkekeh getir," bahkan kau menganggapku rumit. Itulah kenapa hubungan ini berakhir, kau tidak tau sedikitpun tentangku."
"Kalau begitu jelaskan, biarkan aku memperbaikinya."
"Tidak! Kau sama seperti pria lainnya."
"Aku tidak sama. Aku masih berusaha memperjuangkan hubungan ini dan kau tidak. Bisakah kau mengerti diriku sedikit saja?"
Yume kesal mendengar ucapan Hitori yang seakan menyudutkannya, ia terdiam lama lalu berkata, " aku tidak bisa mengertimu dan kaupun tak mengenalku. Hentikan saja perjuanganmu, tidak ada gunanya. Kau bilang aku rumit kan? Jadi cari gadis yang lebih dariku dan bisa mengertimu. "
"Aku telah lama memendam perasaan ini, kau menyuruhku berhenti? Tidak! Yang ku cintai hanya kau."
"Kenapa kau sulit dipahami? Tadi kau menyalahkanku sekarang kau menginginkanku. Sebenarnya kehendakmu apa? Aku lelah. Biarkan aku sendiri."
"Aku sudah memberikan waktu selama ini. Apakah kurang cukup? Aku tidak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut, aku tidak tahan lagi Yume atas sikapmu yang selalu menjauhiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Utakata Hanabi [End]
RandomEntah ini sial atau apa? Yume si gadis pendiam ini, semenjak kejadian tabrakan ciumannya dengan Hitori yang tak disengaja. Hari-harinya menjadi kacau. Penuh kekonyolan dan pertengkaran. Dimana ada dia pasti ada Hitori. Padahal mereka beda kelas. Seb...