Utakata Hanabi

347 33 4
                                    

Jari telunjuk Yume bergerak halus nan samar. Perlahan-lahan bulu mata lentik itu bergerak. Kelopak matanya yang indah secara pelan terbuka manampilkan kornea coklat simetris. Ia menangkap warna putih disekelilingnya. Tirai putih, dinding bercat putih, semua serba putih. Ia melihat Hana, Kak Akio, ayah, ibunya dan dokter serta suster yang tengah memeriksa kesehatannya. Namun matanya masih mengedar, mencari keberadaan seseorang.

"Syukurlah akhirnya kau siuman." ucap ibunya lega seraya mengusap sudut mata.

"Di...mana...Hi...tori..?" tanya Yume dengan suara parau dan terputus-putus.

Mereka saling menatap satu sama lain. Kemudian menundukkan kepala. Firasat Yume menjadi tak enak. Ia benci ini. Ia menunggu jawaban namun sekaligus takut akan kenyataan yang akan ia dengar.

"Yume, aku minta maaf. Hitori---" Hana memberanikan diri bersuara tapi segera dipotong Yume.

"jangan katakan minta maaf. Katakan saja bahwa Hitori baik-baik saja!" suara Yume tercekat dan serak. Air mata menggenang.

Hana bungkam. Terlihat tetesan air mata mengalir jatuh menelusuri pipinya. Ia menunduk menggigil kulit bagian dalam pipinya.

"Kenapa kau diam?" satu air mata jatuh ke pakaian rumah sakit yang Yume kenakan. Isakan Hana sudah cukup membuat Yume meraung perih memanggil nama Hitori. Jeritannya memilukan hati. Ia berniat bangkit untuk melihat kondisi Hitori dengan nata kepalanya sendiri. Namun urung sebab kedua tangannya dicekal dan kakinya ditekan.

"Hitori...Hitori...hiks...Hitori..hiks.." Yume memberontak akibatnya selang infusnya tercabut dan menyebabkan darah keluar darisana.

Dokter yang masih berada disana mengambil tindakan cepat, dengan menyuntikkan obat bius ke lengan Yume. Gadis itu perlahan-lahan diam. Tubuhnya menjadi sulit digerakan, kelopak matanya terasa berat. Ia pun terlelap setelah memanggil nama Hitori dengan suara yang hampir habis.

-+-+-+-

Festival Kembang Api pada Musim Panas, di Osaka.

Seorang gadis dengan mengenakan yukata berwarna biru diselingi ornamen sakura nampak menghela nafas. Ia terlihat sendirian diantara keramaian pengunjung yang memenuhi jalan untuk menyambut festival yang sekali diselenggarakan setiap musim panas. Matanya memandang langit penuh bintang namun tak tampak bulan yang selalu menemani malam-malamnya. Sorotnya sendu dan dipenuhi gurat kesedihan. Malam yang akan membawa tawa, baginya hanya kedukaan mendalam yang ia rasakan saat ini. Kakinya melangkah tak tantu arah hingga tanpa sadar langkahnya membawa pada kenangan manis. Matanya menatap wahana permaian gondola. Senyum sedih terpasang dibibirnya kala ia mengingat waktu itu. Sebuah lagu mengalun sedih mengiringi langkahnya. Menjelaskan kesedihan yang ia rasa melalui bait-bait nada.

afureru hito de nigiwau hachigatsumatsu no omatsuri yukata o kite geta mo haitekarankoron oto o taterufui ni agatta hanabi o futari de miageta tokimuchuu de miteru kimi no kao o sotto nusumimita no

Masih terbayang di benaknya festival tahun lalu yang ia kira adalah bencana, sebab bersama Hitori namun ini lebih dari sekedar bencana. Karena saat itulah panah cupit menancap ke hati, mengisi sisi-sisi yang kosong. Ia tersadar dari tindakannya selama ini. Oleh sebab itulah, ia tidak bisa mengelak lagi ketika Hitori mengucapkan kata itu. Daisuki da.

kimi no koto kirai ni naretara ii no nikyou mitai na hi ni wa kittomata omoidashiteshimau yo

Meski akan lebih mudah baginya membenci Hitori. Namun saat ini, hati terkecilnya selalu mengingat setiap kenangan manis yang ditorehkan Hitori. Ciuman dikening, usapan lembut dikepala, lalu bibir dan menyusul pipinya. Yume merutuk, sepertinya bagian wajahnya sudah terjamah oleh Hitori jelek itu. Tertawa kecil dan melamunkan kenangan indah dan juga menyakitkan. Namun saat mendongak, diantara deru angin yang berhembus lirih. Ia tersadar, ini tidak akan sama lagi. Ya, tidak akan sama lagi.

Utakata Hanabi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang