Dari dulu, Nada selalu bangga akan kekapabelannya dalam masalah hitung-hitungan dan rumus yang rumit. Dengan mudah cewek berkacamata itu mengerjakan soal statistika untuk mahasiswa semester 3 sekaligus menjabarkan perhitungan lengkap di lembar jawaban.
Tetapi, untuk soal musik, entah kenapa segala perhitungannya sama sekali tidak berguna untuk menguasai alat musik yang baginya kelihatan remeh.
"Saat bermain musik, kita memang harus memperhitungkan ketukan dan irama, kak, tapi perasaan kita juga harus ikut terlibat agar musik bisa mengalun dengan baik," jelas Rima kemarin sebelum mereka berpisah karena sudah malam.
Setelah memikirkannya berulangkali, Nada memutuskan bahwa ucapan cewek aneh itu memang benar. Mungkin dia terlalu banyak berpikir hingga perasaannya tidak bisa terlibat dalam permainannya dan membuatnya terdengar tidak harmonis lagi. Padahal hal itu merupakan salah satu kunci utamanya untuk merasa bebas seperti Rima.
"Aku dulu juga kayak kakak kok, kebanyakan mikir dan terlalu fokus untuk menguasai alat musik, bukannya menyatu agar bisa menghasilkan sesuatu yang indah," tambahnya lagi. "Tapi akhirnya aku menyadari kesalahan itu dan bisa menikmati permainannya dengan baik."
Nada mengerjapkan matanya sekali untuk mengembalikan kesadarannya, berusaha mengembalikan perhatiannya pada Pak Suryo–guru matematika–setelah berjanji dalam hati untuk tidak terlalu terbeban akan perhitungannya hingga nantinya bisa memainkan sebuah musik yang tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
December Writing Challenge || Sendiri Bersama Nada ||
Short StoryNamanya nada, dia sangat suka sendirian. Tapi seseorang membuatnya merasa bila sendirian bukanlah hal yang terlalu menyenangkan lagi. °°° Amazing cover by sempakterbang √ Red three √