Part 3

7.3K 550 25
                                    

"Ya! Jelas! Lo itu suka anak kecil Na"

Devina menggeleng "sejak kapan?"

"Halah! Jangan muna. Lo itu temen gue dari sma. Yakales gue gatau tentang lo. Lo itu suka anak kecil. Menurut lo itu lucu"

"Oke! Iya emang gue suka. Tapi apa urusannya sama gue deh? Plis deh"

Kiara terkekeh "itu jelas Na!"

"Apa?"

"Ya lo bisa jadi pengganti ibu dari anaknya pak Devan!" Seru Kiara

Devina menggeleng "Lo kalo ngomong asal nyeplak gitu aja. kenapa sih Ki? Lo mah ada ada aja. Makin kesini otak lo makin miring,suer. Cek dulu sana ki! Ngarang aja"

"Dih,sekarang. Gue tanya. Kenapa pak Devan bukan tipe lo?" Tanya Kiara sambil memasuki lift untuk kembali ke Ruangan kerja mereka

"Karena,gue gatau. Dan. Gue bingung-- dan-- Sampai nanti sayang. Thankies udah ditemenin!" Kata Devina sambil keluar dari lift saat liftnya sudah menginjakan lantai yang Devina tempati begitupun dengan kiara. Lalu ia meninggalkan Kiara yang sendiri

"Emang dasar teman! Berangkat bareng,pulang ditinggalin. Huft!"

***

"Devina" panggil dengan nada berat dari arah ruang bosnya itu.

Devina yang tadinya sedang sibuk meneliti lagi data yang dikirim oleh Raven tadi lewat Emailnya,segera berdiri dan memasuki ruang Raven "ya,ada apa pak?"

"Kamu sudah mengcek kiriman email dari saya 'kan? Coba kamu cek lagi. Jika ada yang kurang,kamu revisi lagi. Jika sudah, kamu print semua datanya. Lalu diberi ke saya,nanti saya teliti lagi. Jika sudah,nanti saya akan tanda tangan. Setelahnya,kamu akan memberi berkas itu ke Kiara, agar kiara yang menyampaikan ke pihak. Mengerti?" Kata Devan dengan cepat tanpa ada jeda sedikitpun

Pak devan kalo ngomong dijeda kek. Aneh banget,kalo ngomong kok cepet banget,berasa gapake nafas Batin Devina

Tetapi karna Devina masih tahu diri. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak berbicara seperti itu. Lalu Devina mengangguk "baik pak,saya mengerti--" ucapan Devina terputus karena ada suara telfon kantor mendering dari luar ruang Devan. Dan suara itu berasal dari Meja Devina

"Angkat dulu. Barangkali penting"

Devina mengangguk patuh lalu keluar dan mengangkat telfon yang berasal dari telefon kantor itu "Halo,selamat pagi dari Sekretaris Pak Devan disini. Ada apa?"

"Bisa beritahu pak Devan. Kalau nanti setelah jam makan siang selesai,Ia harus tiba di Lantai 20. Untuk melaksanakan rapat. Dengan Ketua Mcnoell"

Devina mengerti "baik,tunggu sebentar. Saya akan memberi tahu Pak Devan. Jangan ditutup telfonnya"

Devina mengetuk pintu,lalu masuk ke dalam ruangan Devan "pak Devan. Saya permisi,saya memberi tahu. Setelah makan siang. Akan ada rapat di lantai 20. Apa bapak akan menerimanya?"

Devan tampak berfikir "Alihkan telfonnya ke telfon di ruangan saya"

"Baik pak"

Devina berbalik dan mengambil telefon yang masih tersambung itu "halo? Saya akan menghubungi anda ke Pak Devan"

Dengan cepat Devina mengalihkan telefon itu ke telefon ruangan Devan. Tak berapa lama Suara deringan telefon dari ruang Devan berbunyi.

Sedangkan Devina kembali ke pekerjannya. Pak Devan,kalo diliat liat. Kalo lagi serius gitu. Tampak banget hotnya. Gimana pada gak ngiler sekretaris dulunya. Kalo pak Devan lagi stress gitu,digulung lengan bajunya. Jadi makin kelihatan hotnya. Apalagi kalo dilonggarin dasinya. Astagaaa. Inget Na. Dia bukan tipe lo! Noo. Focus! Batin Devina sambil melanjutkan kerjannya lagi. Sekali kali melirik Devan yang sedang berbicara di telfonnya dengan melihat sedikit celah di pintu yang tidak rapat.

Devanno & DevianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang