Part 7

7.6K 501 87
                                        

"Devina"

Terdengar suara berat tepat di depan meja kerjanya devina itu.
Ya,suara siapa lagi kalau bukan suara milik Devan

"Devina" panggil Devan lagi,karena devina tidak menyahut dan masih menutupi wajahnya itu dengan lipatan tangannya. "Kamu kenapa Devina?"

"Nghhmm" gumam Devina. Apa ia tertidur? Atau... batin Devan

Hanya gumaman dari devina. Devan segera mendekatkan ke devina. "Devina,saya serius. Kamu kenapa?"

"Laper pak. Hetdah. Saya laper"

"Astaga saya kira kamu kenapa. Ayo ikut saya. Kamu harus tanggung jawab atas semua ini"

Devina segera mengangkat kepalanya "ih pak. Kedengarannya ambigu banget. Jangan gitu kali pak"

"Ya trus saya harus gimana,Devina. Saya capek bicara dengan kamu"

"Yaudah bapak gausah bicara sama saya. Gausah dibawa ribet atuh pak. Udah ah pak saya laper"

"Heh.. oke! Saya akan anter kamu makan diluar, tapi kamu juga harus tanggung jawab sama baju saya. Jadi saya anterin kamu makan. Tapi nanti kamu juga harus nemani saya kerumah. Bagaimana?"

Devina berbalik. "Nah! Gitu dong pak. Yaudah. Dari pada entar macet. Mendingan sekarang pak"

Devina dan Devan segera berjalan ke lift. Kalian pasti tahu perasaan Devan sekarang bagaimana. Ya,ia hanya bisa menghela nafasnya kasar

***

"Ih pak. Enak tau sotonya. Bapa ga mau coba? Atau beli gitu? Kan kalo bapak beli lebih irit di saya pak"

Devan hanya memutar bola matanya malas "Devina,kamu jangan membuat saya malu didepan banyak orang yang kedua kalinya ya"

"Lah pak,Bapak kan pake baju. Jadi gausah malu kali selama bapa masih pake baju. Lagian saya gaboong ini enak banget"

"Saya tunggu dimobil deh. Dari pada disini saya dipermalukan sama kamu lagi" kata Devan sembari mengeluarkan secarik uang kertas berwarna biru itu tepat di sebelah mangkuk yang Devina makan. Lalu ia meninggalkan Devina sendiri di kios soto ayam itu.

Ya. Banyak mata yang memperhatikan mereka berdua sejak tadi. Mungkin mereka mengira kalo Devan ini sudah lama tidak mengasih atau memberi makan ke Devina sejak lama. Makanya reaksi Devina begitu. Dari pada Devan lebih malu lagi,Devan memilih meninggalkan Devina sendiri

Setelah Devina sudah selesai makan. Devina segera kembali di mobil. Setelah di mobil Devan segera menjalankan mobilnya kerumahnya.

Devina mulai merasa canggung di mobil yang duduk di depan berdua bersama Devan

"Oh ya pak" kata Devina

Devan menjawab dengan gumaman saja

"Em--" kata Devina sambil mengambil sesuatu dari saku celana-nya "ini pak. Kembalian tadi. Btw tadi saya mau bilang makasih. Eee tapi si bapak udah balik ke mobil. Kan gaenak kalo saya teriak. Toh gabakal kedengaran juga"

"Ambil. Buat kamu" Ucap Devan dengan singkat

Devina merasa tidak enak "pak. Lah ini. Ini uang bapak. Kembalian-nya juga masih banyak. Saya gaenak ah pak"

"Trus?"

"Ya ini kan uang bapak"

"Kamu tunggu di mobil aja"

Devina hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu devan masuk kerumahnya. Sedangkan devina yang masih di mobil terdiam sambil melihat bosnya itu yang mulai masuk kedalam rumahnya

Devanno & DevianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang