Part 8

2.7K 232 26
                                    

Lalu setelah Devina pindah ke depan.  Devan segera menjalankan mobilnya

"Saya mau tanya"

Devina segera menoleh. Sedangkan Devan masih posisi menyetir dengan pandangan,dan tatapan yang masih lurus kedepan

"Kamu,kenapa mengangkat telfon di ponsel saya?"

Devina dengan refleks ia sedikit kaget "eum, yang namanya Vanya itu ya pak?"

Devan mendecak "Ck! Gausah nyebut namanya! Saya udah tau. Saya hanya tanya mengapa kamu mengangkat-nya"

"Eum-- saya hanya takut Telefon itu penting pak. Makanya saya angkat. Maaf jika saya salah. Maaf juga saya lancang"

Devan lagi lagi ia mendecak. Ia sedikit menundukan kepala-nya.

"Maaf pak,atas kelancangan saya karna  mengangkat telefonnya. Sekali lagi saya minta maaf"

Tanpa menjawab perkataan Devina tadi. Ia langsung melajukan mobil-nya. Dan menuju ke kantornya

***

"Devina,siapkan bahan buat presentasi yang saya bikin kemarin. Dan kamu nanti yang bagian memutarkan slide bahan presentasi saya itu ya?"

Devina dengan sangat kagetnya dan juga dengan mulut yang penuh makanan itu "lah pak? Saya? Masa saya si yang bener aja?"

"Telen dulu. Kamu ni gapernah diajarin sopan santun apa"

Lalu Devina dengan sangat sangat jengkel. Ia berbalik lalu menghabiskan makanannya. Lalu kembali berbalik "ya pak. Ya masa saya si?"

"Ya. Kamu lah emang dikira sekretaris saya banyak apa"

Devina memutar bola matanya "bawel" ucap Devina pelan yang sedikit menoleh ke arah belakang

"Hm. Apa Devina?"

Lalu Devina berdiri dengan tegap lagi menghadap bos-nya itu "engga pak. Itu saya laper"

Devanno hanya mengangguk-angguk mengerti "yaudah" lalu Devan berbalik dan memasuki ruangan yang dipenuhi bau maskulin

"ini apa gue doang yang ngerasa kalo gue dijadiin babunya?" cibir Devina pelan. Lalu Devina melanjutkan kembali makannya

Waktu demi waktu berjalan. Dan Devina sangat benci itu. mengapa? karena beberapa menit lagi ada yang memanggilnya untuk mengikuti ke ruang rapat yang seharusnya Devina tidak berada disitu. Tetapi,berkat Devan yang notabennya bos kesayangannya Devina-- ralat. si bos yang dingin menurut Devina itu malah memberitahu bahwa Devina harus ikut dalam rapat itu. Yang notabennya Devina hanya disuruh untuk menayangkan beberapa slide di presentasi-nya nanti. Selang beberapa menit,.

"Devinna" panggil Devan sambil keluar dari ruangannya itu. 

ya,begitu suara itu muncul Devina langsung berdiri dengan tegap lalu mengangguk sopan. Padahal,setelah ia makan tadi. Ia berniat untuk tidur sebentar agar tidak mengacau suasana rapat nanti. Devina langsung mengikuti Devan berjalan.

Sesampai di luar ruang rapat. Devan sempat berhenti otomatis Devina juga mendadak berhenti. Untung jaraknya masih jauh,kalau tidak. itu bahaya bagi Devan. Lalu Devan berjalan tetapi bukan masuk ke ruang rapat tetapi ia malah berjalan ke belakang. Lalu Devina yang seperti bodyguardnya mengikutinya dan Devan berhenti mendadak lagi. Untungnya lagi Devina berhenti sebelum ia berhenti mendadak

"ini modus nya pak devan apa gimana sih?" ucap Devina di dalam hati kecilnya 

Devan dengan begitu tiba tiba ia berbalik. Dan Devina sempat tersentak kaget dengan tindakan si bos nya itu yang sangat tiba tiba. "kamu ngapain ngikutin saya?" tanya Devan 

"eum. bapak bukannya mau balik ke ruangan ya? ya makanya saya ikut"

Devan mendecak kecil "saya mau ke kamar kecil. Memangnya kamu mau ikut saya?"

Lalu dengan tanpa jawaban atau sepatah kata apapun dari Devina. Devina dengan sangat malu ia berbalik dan mempercepat jalannya. Dan-- ia tiba tiba terhenti. Ya,ia melupakan sesuatu. Dengan sedikit jarak jauh "Pak,saya tunggu di depan ruang rapat"

Saat Devan sudah kembali dari kamar kecilnya. Lalu ia kembali ke depan ruang rapat untuk menghampiri Devina. "nih"

kalian tahu? Devan memberi sebotol air mineral untuk Devina. Yang sebenernya tadi itu ia bukan ingin ke kamar kecil melainkan mengambilkan sebotol air mineral untuk si Devina. Ya,gengsi Devan lebih tinggi dari harga dirinya.

"ha? ini buat saya pak? tapi buat apa pak?" tanya Devina bertubi-tubi

Devina memutar bola matanya. inilah kelemahan Devina. lemot. ya. Lalu dengan keberanian macam Devan. Ia langsung mengambil tangan Devina dan menaruh sebotol air mineral itu di tanganya. "buat cuci muka" ucap Devan dengan penuh penekanan. Lalu ia masuk kedalam ruang rapat itu. Sedangkan Devina haya mengangguk

"Pak Devan ngapain ngasih gue ini kalo cuma buat cuci muka? apa make up gue ketebelan? atau gimana sih?" Tanya Devina sambil memikirkan hal itu. Entah ini antara Devina yang bodoh atau botol ini yang bodoh.

Devina yang dengan sedikit menaiki bahu dan mengangguk "mungkin emang buat cuci muka kali ya. yaudah lah ya emang pak Devan doang dabest" 

***

"kamu ini tadi udah minum air yang saya kasih belum sih?" Tanya Devan setelah selesai rapat tadi. Dan Devinna yang bingung langsung mengambil tas kerja biasanya yang ia bawa 

Lalu ia mengambilnya "ini maksud pak Devan?"

Devan menggumam dengan malas. Dan ia mengapa secara pribadi sangat bodoh tetapi secara otak mengapa dia sangat pintar? Devan bingung dengan hal itu. 

"bukannya pak Devan nyuruh saya buat cuci muka ya tadi? saya gasalah denger kok. Coba saya nge-record apa yang di bicarain pak Devan tadi. Bener deh"

Devan menggeleng gelengkan kepalanya bingung dengan sifat dan kebodoh-an nya Devina. Dan ia sempat mendengus secara kasar dengan cepat Devan langsung melangkah sejauh mungkin dari Devina.

"loh pak. Pak. Tuhkan. Coba tadi gue nge-record deh. Pasti Pak Devan percaya" Ucap Devina dengan nada kecewa lalu ia memikirkan kedua kalinya "tunggu tadi pak Devan bilang ini buat minum kan? berarti ini sehat dong bukan air kran" Ucap Devina lagi lagi lalu ia membuka botol air mineral itu dan meminumnya

Beberapa jam Devina lalui, dan sudah saatnya Devina pulang. Sudah waktunya. Beruntung hari ini Devan atau si bos nya itu tidak menyuruhnya lembur. itu sebenarnya masih belum terjadi sih. Dan Devina berdoa semoga jangan sampai itu terjadi

Sudah lewat dari jam 6 devina harus segera kembali pulang kerumahnya, tetapi langkah kaki devina saat melewati ruangan devan a.k.a bos nya yang dingin. Ya mungkin entah devina yang konyol atau bosnya. Langkah kaki devina berhenti tepat di dekat ruangan Devan. Ia hanya ingin melihat apa bos nya kuat dan tahan dengan setumpuk an kertas yang kata orang di kantor tidak tahan dengan kertas kertas itu.

"wait, pak devan mana?" Kata Devina yang berbicara kepada diri nya sendiri yang masih di posisi melihat keruangan bosnya itu

"kenapa nyari saya?"

Devina tersentak kaget. ia melihat ke bos nya itu dengan tatapan tajam dan juga menghela nafasnya. Kali ini Devina benar benar kaget. "makasih pak udah buat saya jantungan"

"sejak kapan saya buat kamu jantungan?"

Devina menghela nafasnya. entah, bosnya yang bodoh atau diri nya sendiri yang salah bicara ke bosnya itu. "setaun yang lalu" ucap Devina

"ga seinget saya dulu saya belum kenal sama kamu"

astaga ini orang bener bener nganggep serius. kuat kuat deh ngomong sama pak devan, sabar aja terus batin Devina.  Devina yang masih dengan ekspreksi dengan orang jantungan itu. 

"tau lah pak. terserah bapak. saya mau pulang" 

dahi devan berkerut keras "mau pulang? saya juga. kamu sekalian saya anterin pulang aja"

Devanno & DevianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang