Part 6

11.2K 641 113
                                    

Karena Devan merasa bersalah dengan Devina karena,ia kemarin sedikit membentak sekretaris barunya itu. Alhasil,ia semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan omongan Devina itu.

Dengan jas yang sudah rapi dengan membawa tas laptopnya,melewati meja sekretarisnya itu. Ia melihat Devina sudah datang pagi sekali,ia tampak serius dengan pekerjaannya

Tumben sekali dia tidak bilang pagi ke saya. Batin Devan

Lalu Devan berbalik,yang tadinya ia mau masuk di ruang kerjanya. Ia berjalan ke arah meja Devina yang letaknya tepat di depan ruangan Devan

"Devina" kata seseorang dengan suara berat khasnya.

Lalu Devina mendongak mencari orang yang memanggilnya. Ternyata, Devan. Saat ia mengetahui kalo itu Devan. Ia segera melanjutkan mengetik sesuatu di laptopnya itu "Kenapa pak" kata Devina dengan nada cuek tanpa mendongak. Ia masih kesal soal kemarin,yang membahas anaknya itu

"Kalo lagi ngomong tuh tatap matanya"

"Lah,terserah mata saya dong maunya gimana. Mata juga mata saya. Kenapa bapak yang ribet" kata Devina yang masih dengan posisi seperti tadi

Nampak jelas kalau Devan menghembuskan nafasnya itu "Kamu masih marah?"

Lalu Devina mendongak ke Devan. Ia menatap sebentar lalu ia mengalihkan lagi "saya? marah sama bapak? Marah kenapa coba"

"Ya,kira saya aja gitu"

Devina hanya diam tak menjawab. Ia malas berbicara dengan bossnya itu sekarang.

"Kamu soalnya beda sama yang sekarang. Perasaan kemarin baik baik aja" kata Devan protes

Devina mendengus "Kok jadi bapak yang protes sih,aneh. Udahlah pak saya laper ngomong sama bapak. Kayak kereta barang, gaada ujungnya" ucap Devina sambil bangkit dari kursinya lalu meninggalkan Devan yang berada di depan mejanya

Sedangkan Devan sedikit mengerutkan dahinya. Tadinya ia mau terkekeh. Tetapi entah kenapa tertahan.

Seorang Devan di bilang protes sama sekretarisnya? Mau di taruh mana muka gue? Batin Devan sambil mendecak. "Ya berarti dia emang bener marah dong sama gue" gumam Devan

Karena sifat penasarannya Devan muncul. Ia memutuskan untuk mengikuti Devina saja dari belakang. Ia mengikutinya dengan sangat pelan. Saat Devina menoleh. Ia segera menyembunyikan diri di balik tembok. Pada saat Devina memasuki lift. Devan segera memencet lift di sebelahnya yang tadi di naiki Devina berada.

Saat lift itu sudah lantai paling bawah,dimana tempat kantin untuk para karyawan atau staff disitu. Akhirnya Devan masih mengikutinya

Saat ia melangkah lagi tiba tiba "Pak Devan? Bapak ngapain disini?" Tanya salah satu staff yang kenal pada Devan

Devan akhirnya berdeham macho,lalu ia membenarkan dasinya begitu juga dengan jasnya "em,saya? Saya disini gak ngapa ngapain"

"Terus,bapak mau ke kantin itu?"

Devan sedikit menggaruk tengkuknya "Ah? Iya saya mau kesitu"

Lalu yang karyawan itu melihat Devan tak percaya "bapak kenapa tidak menyuruh OB disini untuk membeli makanan? Dari pada bapa repot repot turun kan. Lagian bapak juga bos ini kan"

"Kenapa kamu nanya mulu seperti pembantu baru sih. Yaudah sih,terserah saya kek mau ngapain. Itu juga bukan urusan kamu"

"Baiklah pak,maaf. Saya permisi dulu"

Devan akhirnya kembali lagi ke niat awalnya. Ia kembali melihat situasi dimana Devina berada, saat ia tidak menemukan, Ia dengan sangat sangat terpaksa ia masuk ke kantin itu

Devanno & DevianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang