Him (I'm Ok)- Jungkook's POV

260 17 0
                                    

Aku merebahkan tubuhku di atas ranjangku. Gelap... Ya, karena baru beberapa waktu lalu listrik padam. Sekedar informasi saja, aku baru sampai rumah setelah mengantarmu pulang sampai depan rumahmu. Jujur ini adalah malam yang sangat indah untukku, karena malam ini akhirnya aku bisa mengantarmu pulang. Biasanya kan aku hanya bisa mengantarmu pulang secara diam-diam, dengan mengikuti bus yang kamu tumpangi menggunakan motorku. Ah...Aku jadi ingat tadi aku menginggalkan motorku di parkiran kampus. Semoga saja tidak hilang ya. Kamu sih, susah sekali tiap aku menawarkan untuk mengantarkanmu pulang. Entah keberanian dari mana, aku mengabaikan tatapan tidak sukamu kala melihatku turut ada di dalam bus sama dengan mu. Tak apa, asal aku benar-benar dapat memastikanmu pulang dengan selamat.

Aku menatap langit-langit kamarku, menatap lamat sticker-sticker galaxy yang dapat menyala dikala gelap itu. Indah. Aku jadi teringat senyumu tadi, ada gejolak di dadaku kala kamu mengulum senyum saat aku mengucap rentetan kalimat yang 'gombal' mungkin. Tapi sungguh, itu tulus aku katakan.

"Tapi aku harap suatu hari nanti, segera, kita akan pulang ke alamat rumah yang sama. Aku berharap aku bisa jadi tempat kamu untuk pulang. Segera, suatu saat nanti"

Kalau aku tahu kamu bakal tersenyum kala mendengar rentetan kalimat gombal, aku bahkan rela setiap detiknya mengumbarnya hanya untukmu. Bukan, bukan gombalan ya. Tapi... Ya kata-kata yang mungkin bisa aku bilang 'manis'. Ada rasa geli yang hinggap didadaku, apakah aku senorak itu? Sumpah mati aku tak pernah belajar bergombal ria, aku hanya... refleks mengatakan itu kala mengingatmu.

Apa jangan-jangan kamu tadi tersenyum karena menganggap itu lelucon? Bualan semata? Teganya kamu. Tapi tak apalah, asal kamu bisa tersenyum seperti itupun aku sudah sangat bersyukur. Mungkin ini adalah kali kedua aku melihatmu tersenyum kepadaku sejak perkenalan kita.

Kalau kamu ingat kamu pernah tersenyum manis, lebih manis daripada tadi tentunya, saat pertama kali kita berjabat tangan setelah Jessy memperkenalkan kita satu sama lain.

"Jungkook...."

"(Y/N)"

Hanya kata-kata singkat yang keluar dari bibir kita kala itu, tapi dadaku sudah bergemuruh saat kamu menyunggingkan senyumanmu untuk pertama kalinya kepadaku. Kamu... Manis. Rasanya aku bagai terkena serangan jantung mendadak. Tuh kan aku jadi gombal lagi.

Aku tidak tahu mengapa aku begitu tertarik memandangmu, bahkan sering aku lakukan diam-diam kala mengunjungi Jessy di fakultas kalian. Aku tidak tahu mengapa aku begitu suka bertanya apa saja tentangmu kepada Jessy. Aku tidak tahu mengapa aku begitu sering memikirkan hal-hal tentangmu. Aku tidak tahu mengapa aku begitu ingin dekat denganmu. Tapi... Kenapa semakin aku gencar mendekatimu kamu seolah semakin menjauhiku? Bahkan kamu tak pernah merespon setiap senyum yang aku sunggingkan khusus untukmu. Asal kamu tahu, aku sering mengalami kram di pipiku loh, mungkin karena terlalu sering menyuguhkan senyum untukmu. Hingga rasanya gigikupun ikut kering. Tapi tak apa, mungkin aku tak akan bisa menahan diriku kalau kamu terlalu sering membalas senyumku. Bisa-bisa aku diabetes.

Aku ingat minggu kedua bulan lalu saat ada festival seni di taman kota, aku sengaja mengajak Jessy kesana agar dia juga mengajakmu. Itu... itu adalah date terselubung sebenarnya. Maaf, aku terlalu lancang mungkin. Jessy memberiku ide itu, dan tentu saja aku menyetujuinya. Aku sudah berandai-andai pasti akan sangat menyenagkan saat Jessy beralasan pergi dan meninggalkan kita hanya berdua saja. Tidak.. tidak... Aku tidak selicik itu. Aku bukan lelaki brengsek kok. Aku tidak akan berbuat macam-macam, sumpah. Aku hanya... Hanya ingin mengenalmu lebih dekat saja, sungguh. Tapi kenyataan tak semulus yang aku harapkan. Kamu malah pergi begitu saja karena kesal Jessy meninggalkanmu. Kamu bahkan bersikeras pulang naik bus umum ketimbang aku antarkan. Ayolah nona, aku kan bukannya mau menculikmu. Aku hanya ingin bertanggung jawab mengantarmu pulang dengan selamat, aku kan laki-laki sejati. Mati-matian kamu menolakku. Tapi tak apa, memang wanita kan harus selalu waspada.
Jujur aku belum pernah menjalin hubungan dengan seorang gadis sebelumnya, aku ingin memulainya denganmu. Apakah aku kurang ajar kalau aku ingin lebih mengenalmu, bahkan aku berandai-andai dapat menjadi sosok lelakimu kelak? Maaf. Tapi nyatanya gejolak di dadaku tak pernah bisa santai apabila ada kamu.

Aku pun tak bisa menahan diriku untuk tidak menceritakan apa saja yang telah terjadi antara aku dan kamu kepada Jessy. Dia teman wanitaku satu-satunya, dan yang pasti dia adalah temanmu. Aku pikir ini akan sangat membantuku. Aku pun gugup dan tak bisa mengelak kala Jessy menanyaiku apakah aku menyukaimu. Aku hanya bisa diam sambil mengulum senyum malu-malu. Aku... Terlalu malu untuk mengatakannya dengan gamblang.

Entah apa yang kamu dan Jessy bicarakan waktu kalian berdua di kafe sebulan yang lalu, tapi sungguh sorot matamu yang menatapku waktu itu sempat membuatku merinding. Ayolah... Aku hanya telat 5 menit waktu itu dan kamu langsung menghujamiku dengan tatapan menusuk itu. Dan sejak itu kamu mulai gencar terang-terangan menjauhiku. Ribuan kata maaf aku lontarkan padamu, kamu bilang tak apa aku terlambat sebentar, tapi kenapa kamu masih juga cuek padaku?

Kalau boleh jujur, aku sungguh kecewa karena angan-anagnku untuk dapat dekat denganmu nyatanya hanya bagaikan sebuah mitos atau bahkan takhayul belaka. Kamu tak pernah sedikitpun meresponku. Apakah kamu membenciku? Tak apa, aku sudah sangat bersyukur dapat berada di sekitarmu. Sekeras apapun kamu menolak keberadaanku, aku akan berusaha untuk tetap bertahan. Asal kamu tak lantas melaporkanku pada polisi ya, tolong jangan lakukan itu.

Aku masih tak bisa move on dari senyumanmu tadi. Sungguh, aku berharap esok dan seterusnya kamu masih sudi menyunggingkannya untukku. Tak usah terlalu sering pun tak apa, setiap aku menyapamu dan kamu balik menyapa aku sudah akan sujud syukur karena itu.

Aku... Aku jatuh cinta padamu (Y/N). Jikalau anganku terlalu tinggi kepadamu tak apa, aku... Aku akan lebih giat berdoa kepada Tuhan agar aku bisa pantas untuk disandingkan denganmu. Dan jika sampai ujungnya anganku padamu masih terlalu tinggi, aku akan belajar untuk merelakanmu (mungkin) sebatas hanya teman. Tak apa, asal aku masih bisa mengenalmu. Tolong ya, jangan kau tolak aku nanti.

FF Imagine Absurd (With BTS?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang