aku dan revin sampai disekolah ketika bakat dari anak-anak kelas 11 ipa 2 sedang di tampilkan. terlihat dari satu orang yang mengambil alih gitar milik pak ali–guru seni budaya kelas 11 dan 12– dan satu orang yang duduk di atas kajon milik sekolah mengisi kekosongan panggung.
sepertinya band bagas sudah selesai tampil. karna memang, band bagas tampil sebagai band pembuka acara lomba penampilan bakat antar kelas.
jika ada yang bertanya apakah aku masih memegang kelima belas balon yang revin belikan untukku, jawabannya tentu saja tidak. ke sepuluh balon ku sudah ku berikan kepada anak-anak dari panti yang kebetulan sedang berada ditaman itu.
lima lagi masih ku pegang. karna revin bilang, balon itu dibelikan revin untukku. jangan semua balon diberikan kepada orang lain. tapi revin juga menyuruhku untuk memberikan balon berwarna hitam kepada bagas.
kenapa hitam? aku bilang kepada revin tadi, kalau aku hanya terobsesi dengan rambut bagas. bego kan? aku tau. aku mengakui bahwa aku bego. dan aku juga membenarkan ucapanku. aku hanya terobsesi dengan rambut bagas. dan revin bilang, jika aku tidak benar-benar menyukai bagas, aku harus memberikan balon berwarna hitam.
tapi jika perasaanku bukan sekedar obsesi, aku disuruh memberikan balon berwarna putih.
tapi tenang saja, aku nggak seberani itu untuk memberikan "barang" kepada bagas yang notabenenya nggak aku kenal dan aku yang nggak bagas kenal.
lupakan tentang revin yang menyebutkan namaku kepada bagas.
"udah berapa kelas yang tampil?" tanyaku kepada pengurus lomba penampilan bakat antar kelas.
fifi, namanya, menjawab dengan sedikit berteriak karna memang posisiku berada di belakang sound system. "udah tujuh kelas. tiga kelas lagi lo bisa tampil sama revin, na!"
setiap sepuluh kelas sudah tampil, maka ada beberapa band atau penampilan yang akan menghibur. disaat minggu lalu diumumkan bahwa akan ada lomba pentas seni atau penampilan bakat tiap kelas dan akan ada beberapa band lokal yang mengisi acara sebagai selingan, revin mendaftarkan dirinya dan juga diriku sebagai hiburan.
aku menghampiri revin yang dari tadi memperhatikanku dari tengah lapangan. lapangan sekolahku memang dicampur. lapangan basket bersebelahan dengan lapangan futsal. dan revin duduk di garis tengah pemisah antara kedua lapangan itu. yang sebelumnya memang digunakan untuk para juri atau wasit duduk.
"tiga kelas lagi kita tampil," aku memberitau. revin mengangguk lalu bangkit dari duduknya.
"kantin yuk. mau beli siomay tiara," ajaknya sambil menarik kerah sweaterku.
siomay tiara itu bukan berarti tiara, teman sekelasku, yang menjual. tapi anak dari pemilik warung siomay itu bernama tiara.
aku memilih membeli es leci milik babeh, pedagang minuman yang sering dipanggil babeh.
tak ada kata yang keluar dari mulut kami masing-masing. revin sibuk memakan siomaynya. sementara aku sibuk meminum es leci milik babeh sambil menggigiti sedotannya.
oh. aku memberikan satu balon ku kepada tiara disaat aku melihat anak kecil itu berlari sambil memperhatikan balon yang masih ku pegang.
setelah revin selesai dengan siomaynya, ia berdiri lalu membayar siomaynya dan berjalan ke warung babeh. "beh, minta sedotan ya!"
"sok ambil aja, vin!"
ketika revin sudah duduk disampingku lagi, ia menarik plastik es ku dan memasukan sedotan yang ia minta dari babeh.
aku menatapnya gemas, "enak ya, vin?" dan revin dengan entengnya mengangguk.
•••
"so guys, this is nothing by the script. enjoy it!"
am i better off dead?
am i better off a quitter?
they say i'm better off now
than i ever was with her
as they take me to my local down the street
i'm smiling but i'm dying trying not to drag my feetrevin dan aku menghentikan petikan gitarnya sesaat. beberapa detik kemudian, kami kembali memainkan senar gitar kami masing-masing. dan kini giliranku yang menyampaikan bait selanjutnya.
they say a few drinks will help me to forget him
but after one too many i know that i'll never
only they can't see where this is gonna end
they all think i'm crazy but to me it's perfect senserevin dengan gitar hitam polosnya dan aku dengan gitar coklat tua yang terdapat beberapa sticker bertuliskan nama revin dan beberapa nama band-band favorit kami.
and my mates are all there trying to calm me down
cause i'm shouting your name all over town
i'm swearing if i go there now
i can change his mind, turn it all aroundand i know that i'm drunk but i'll say the words
and she'll listen this time even though they're slurred
so i, dialed her number and confessed to her
i'm still in love but all i heardwas nothing (nothing, nothing, nothing)
teman sekelas kami meneriaki nama kami dari depan panggung kecil itu. membuat revin berbicara di mic nya, "aku sayang kalian." dan membuat aku meringis malu.
lagu nothing dari the script memang sengaja kami bawakan. bukan karna kami suka dengan lagunya–kami memang suka, tapi alasan; kami ingin menyampaikan isi hati, itulah yang membuat kami membawakan lagu tersebut.
revin memang menyukai seseorang. sama sepertiku. bahkan revin juga bisa dibilang menyukai sendirian. aku nggak berani bilang mencintai sendirian. karna kata "cinta", bagi kami, terlalu berat.
teriakan riuh dari teman-teman kami yang mengerti tentang lagu ini dan kami, makin heboh disaat aku dan revin menyanyikan reff keduanya bersamaan. beberapa dari mereka ada yang menggumamkan lirik lagunya pelan tapi ada juga yang berteriak-teriak mengikuti petikan gitarku dan revin.
nggak ada yang spesial di hari ini. hanya aku yang dibelikan balon oleh revin, tampil bersama revin dan juga revin yang menyebutkan namaku didepan bagas.
thats it.
"makasih, guys! aku sayang kalian!"
"thank you."
••••••
tau dong mana bagian naufa yang nyanyi dan mana bagian revin yang nyanyi?
YOU ARE READING
bagas
Teen Fictiondear bagas, aku naufa. aku seorang perempuan yang lahir pada tahun 1997 dibulan oktober. aku seorang siswi tingkat akhir di salah satu sekolah menengah atas negeri dikota ku. dan ini yang harus kamu tahu, aku naufa. dan aku adalah satu dari puluhan...