night talk

29 0 0
                                    

kehidupan anak kelas 12 saat memasuki semester 2, nggak terlalu sibuk menurutku. entahlah, apa hanya aku yang menyepelekan kegiatan-kegiatan kelas 12?

besok saatnya try out kedua.

revin sibuk dengan beberapa buku di depannya. aku hanya duduk dengan meja kecil dihadapanku yang terdapat laptop di atasnya yang sedang menampilkan film project almanac yang terputar otomatis saat interstellar sudah mencapai detik terakhir.

sebuah penghapus karet mengenai pangkal hidungku. "nonton apa?"

"project almanac. bisa nggak sih gausah ngelempar segala?"

revin nggak mengindahkan omonganku. dia bangkit dari duduknya dan melangkah kearahku di atas kasur sesudah dia melempar asal buku biologinya.

aku mendelik ke arahnya. "kenapa lo? katanya mau memahami biologi, biar besok lo bisa ngerjain soal gue?"

revin langsung membanting tubuhnya disamping tubuhku. menata bantalnya agar nyaman dipakai selama menonton film. "bio tuh sialan banget ya? besok nggak usah ngerjain try out aja ah!"

aku mengangguk setuju. setuju tentang biologi yang sialan banget, dan juga setuju tentang besok nggak usah mengerjakan try out biologi.

"na, si olif jadian sama wisnu."

"hmm, tau."

aku nggak ngerti dengan revin. sebenarnya revin benar menyukai olif atau hanya sekedar mendekatinya seperti beberapa perempuan sebelumnya.

"lo suka beneran sama olif?" tanyaku.

revin menoleh ke arahku. "dia asik anaknya. gue cuma kangen chat-an sama dia aja."

aku mencebikkan bibirku. revin melihat itu. dia mengusap kasar telapak tangannya disekitar mulutku.

"apaan sih!"

revin menjitakku, "gak usah ngeledek, makanya!"

"bodo!"

aku dan revin kembali fokus menonton film di laptopku. sampai pada akhirnya, project almanac terganti dengan sherlock holmes.

di pertengahan film, aku menoleh ke revin yang masih setia menaruh matanya ke laptop.

selama aku kenal revin, dia nggak pernah cerita tentang perempuan yang dia sukai. dia hanya menceritakan pokok permasalahannya. seperti dia hanya dianggap teman, tak lebih. dan akhirnya revin memilih menyukai diam-diam. aku nggak pernah memaksa revin memberitau siapa perempuan itu. tapi kali ini aku ingin tau.

"vin lo suka sama siapa sih?"

revin mendengus mendengar pertanyaanku yang sepertinya mengganggu konsentrasi nya menonton film.

"nggak tau." jawab revin enteng. aku yang mendengarnya gemas. langsung saja aku memukul wajahnya dengan boneka beruang kecil yang ada didekat jangkauanku.

"serius!"

"iya, serius nggak tau."

"masa sih?" selidik ku, "gue nggak pernah tau lo menyukai secara diam-diam ke siapa." revin mempause film yang terputar dan membenarkan posisi tidurnya menjadi menyandar dikepala kasur.

"tau dinda kan?" aku mengernyit, sedang berfikir dinda mana yang revin maksud. "dinda yang dulu waktu sd jatuh di dekat selokan terus lo mau nolongin tapi malah ikut jatuh, akhirnya gue yang nolong? inget?"

aaahhh aku ingat! dinda yang sekarang nggak tau keberadaannya dimana sejak lulus smp. dulu dia sering main di gang rumahku dan revin.

aku mengangguk cepat. "dinda rt. 4 itu kan?"

revin mengangguk menjawab pertanyaanku.

sebentar deh. ada yang aneh.

"lo suka dinda?"

revin menjitak kepalaku lagi. "fokus dong!"

aku memukul lengannya. "yeee, gue udah fokus. gue nanya cuma nggak percaya aja sih, lo suka dinda yang agak kecowokan kayak gitu. dia kan temen kita, vin!"

"ya emang kenapa kalo temen?"

"deket banget loh sama kita. kayak lo sama gue, tapi masih deketan lo sama gue sih dibanding dia. masa iya lo suka dinda."

"perasaan siapa yang bisa tau sih? pas dinda nggak ada kabar gue ngerasa sepi."

"idihhh bahasa lo najis!" ledekku, revin tertawa pelan dan memplay kembali filmnya.

revin sepi kalo nggak ada dinda–

tunggu deh!

"eh bangke!" aku memukul-mukul lengan revin. "lo ngerasa sepi pas dinda pergi? terus gue disini nggak dianggap?!"

revin menghentikan pukulanku di tubuhnya. "ih! beda na! lo nggak pernah ngerasain sepi ya kalo nggak ada orang yang lo suka disekitar lo?"

oh... ucapan revin menyindir harga diriku.

"gue tau gue nggak pernah ngerasa apa yang lo rasa," jawabku pelan. menjauhkan tubuh dan tanganku dari revin dan kembali menonton sherlock holmes.

revin masih memperhatikanku. tak lama tangannya menusuk pipi ku. "makanya na, udahan lo naruh rasa ke bagas. lo nggak kenal, mending lo cari yang lain aja deh. gue tau lo deket sama adhan. sering chat-an. dan gue liat adhan modus gitu nanya-nanya kimia."

aku diam tak menanggapi ucapan revin.

aku nggak berfikir adhan modus dengan nanya-nanya soal kimia. itu hal wajar karna adhan satu kelas denganku. dan dia kesusahan mengerjakan soal-soal yang dia nggak bisa tapi aku bisa.

"na, masih mau ngelanjutin?" tanya revin.

aku tau maksud dari revin, aku menjawab dengan gelengan pelan. "nggak tau."

"ih, nggak punya pendirian!" ledek revin.

dasar kurang ajar. nggak ngaca apa? dirinya juga sama nggak punya pendirian!

"kalo pun ngelanjutin, ya bakalan tetep sama. nggak bakal bikin suatu peningkatan yang bisa ngebawa gue mendekat."

"tapi lo masih bisa naruh perasaan ke orang selain bagas kan?"

"nggak tau."

••••••


meet browny everyone!

23 maret 2017

bagasWhere stories live. Discover now