a lil bit story about my one and only brother

23 1 0
                                    

kemarin mama revin menitipkan revin padaku dan kakak ku. dan mama ku menitipkan aku kepada revin. kedua orang tua ku dan revin memilih berlibur dibanding ngurus anak-anaknya. hari ini dan dua hari kedepan, papa ku dan papa revin mengambil cuti bersama dan pergi ke malang untuk menghilangkan penat dari pekerjaan.

sudah rencana mereka sejak dua bulan yang lalu. mereka ingin beristirahat sejenak dalam mengurus pekerjaan dan juga anak. kata mama ku, "mama capek ngasih makan naufa sama bang dana. tiap hari masak mulu."

ya sudahlah. mama memang begitu.

akhirnya malam ini–malam rabu–, aku, kakak ku dan juga revin memutuskan untuk pergi ke restoran cepat saji bernama mc donalds untuk makan malam. mama dan mama revin nggak meninggalkan makanan apapun. hanya meletakan berlembar-lembar uang lima puluh ribuan ditambah uang koin seribuan sebanyak tiga puluh koin.

uang koinnya untukku dan revin besok sekolah kata mama.

ya sudahlah. mama memang begitu.

"aku mau bigmac ya bang? minumnya cola aja yang large sama kentang!"

kakak ku mengangguk sambil dengan jail melepas kunciran rambutku dan mengacak-acak rambutku. aku memukul lengannya lalu sesudahnya mencari tempat kosong untuk kami bertiga.

revin ikut memesan. dan tadi bang dana sempat menolak revin yang ingin ikut memesan. karna biasanya revin paling ribet dalam urusan memesan makanan. dia plin-plan. kadang dia sudah memesan, dan tiba-tiba dia batalkan dan memilih menu yang lain.

bang dana jelas nggak mau kalo revin ikutan memesan disampingnya. revin pernah bikin kasir restoran makanan sampe ingin memanggil security karna revin lama memesan.

"eh mbak! nggak jadi cheeseburger aja deh. mau kids meal. tapi jangan nasi, cheeseburger aja isinya. mainannya yang paling lucu ya mbak!"

tuh kan. dari tempatku duduk sekarang masih bisa mendengar revin. aku menengok kebelakang, melihat kearah kasir dan kakak ku. aku bisa ngeliat mbak-mbaknya udah nekuk wajah dan bang dana menjitak revin lalu menggerakan kepala revin seperti mengocok minuman.

daripada nungguin mereka lama, aku memainkan ponsel bang dana yang ada di kantung jaket hitamku. sekalian ingin mencari tau apakah kakak ku itu mempunyai gebetan atau engga.

selama dua puluh dua tahun kakak ku hidup, aku hanya pernah melihat dia membawa seorang perempuan kerumah. itu pun jaman-jaman dia sma. seterusnya aku nggak pernah ngeliat lagi. kata kakak ku, waktu mau ujian nasional perempuan itu minta putus dari bang dana dengan alasan cita-cita bang dana yang nggak bisa di terima perempuan itu.

jahat memang. tapi nggak apa, aku bersyukur. tandanya, perempuan itu nggak tulus dan mendukung kakak ku yang ingin menjadi pilot.

sekarang? dengan bangga aku kenalkan, ardana tristan bagaskara. seorang laki-laki berusia dua puluh dua tahun dan akan menjadi dua puluh tiga dalam waktu dua minggu lagi. seorang laki-laki yang sudah mencapai cita-citanya.

walaupun papa dan mama sempat menentang keinginan kakak ku yang ingin menjadi pilot. mama nggak rela jika melihat kakak ku pergi dalam jangka waktu yang lama. apalagi dengan pekerjaan yang bisa saja menjauhkannya dari anak pertamanya itu.

tapi kakak ku adalah seorang laki-laki yang dewasa. yang bisa menenangkan dan meluluhkan hati mama.

sedangkan papa menentang dengan alasan bang dana harus membuat lapangan pekerjaan di lahan yang sudah papa siapkan sebelum bang dana masuk sma. tapi aku tau, sebenarnya papa juga nggak mau bang dana pergi dan mengambil pekerjaan yang memungkinkan dirinya tak akan melihat putra sulungnya itu.

saat kelulusan bang dana beberapa tahun yang lalu, papa menangis di kamar mandi gedung tempat diselenggarakan acara pelepasan siswa-siswi. aku bertanya alasannya, dan papa menjawab bahwa beliau senang bang dana mendapatkan posisi sebagai lulusan terbaik. sekali lagi aku tau, papa sedih karna bang dana menjadi lulusan terbaik dan itu memungkinkan bang dana menjadi seorang pilot yang sesungguhnya.

dan sebenarnya, saat papa menangis, bang dana berada di bilik kamar mandi yang berbeda dengan papa.

bang dana sempat menolak beberapa tawaran pekerjaan saat dirinya sudah dinyatakan lulus. akhirnya bang dana memilih untuk tidak bekerja selama setengah tahun dan bermanja-manja dirumah bersama mama, papa dan juga aku.

bang dana bilang, "abang nggak mau ngeliat papa dan mama masih nangis karna keputusan yang udah abang ambil. abang mau semuanya baik-baik dulu, baru abang bisa kerja."

tapi pada akhirnya papa yang menyuruh bang dana untuk segera kerja. papa juga sudah menerima keputusan anak pertamanya. begitu juga mama.

jika aku ditanya, apakah aku merelakan keputusan bang dana? jawabannya pasti saja tidak. tapi karna aku adik yang cantik dan baik hati, lama-kelamaan aku menerima apa yang sudah diambil kakak ku itu.

aku nggak bisa ngelak kalo waktu aku ngeliat bang dana make seragam pilotnya, bang dana keliatan ganteng banget.

"hayo! liat apaan kamu?"

reflek aku menjatuhkan ponsel bang dana. membuat kakak ku dan revin melongo memperhatikan ponsel yang sudah berada di sebelah kaki ku.

aku lantas memukul lengan bang dana. "abang sih! suruh siapa ngagetin!"

bang dana menatap sayu ponselnya. dengan gerakan lamban, ia membungkukan tubuhnya untuk mengambil ponsel di sebelah kaki ku.

"baru bulan lalu abang beli hape itu," ujarnya parau.

ah aku jadi ngerasa bersalah.

"maaf bang. salah abang juga tiba-tiba dateng dan ngangetin."

revin ikut menatap nanar ponsel bang dana.

ini kenapa lebay banget ngeliatin hape bang dana?

perlahan, bang dana mengangkat kepalanya menatapku. "kamu stalking instagram nya bagas, na?" tanya bang dana masih dengan mata yang sayu dan nada suara yang parau.

mampus.

aku lupa. tadi sehabis liat isi galeri bang dana dan chats line bang dana, aku membuka aplikasi instagram dan men-login akun ku untuk stalk ig bagas sekalian mau upload foto aku sama bang dana yang ada di galeri bang dana.

revin menunjuk kearah belakangku, masih dengan mata yang sama dengan bang dana; sayu. aku otomatis mengikuti arah jari telunjuk revin. "tuh. bagasnya disana."

aku menoleh cepat saat melihat bagas memang ada di belakangku. lebih tepatnya di depan kasir sedang memesan makanan.

mampus!

••••••

28 desember 2016

bagasWhere stories live. Discover now