pengumuman pemenang lomba-lomba antar kelas dalam acara peringatan ulang tahun sekolah akan diumumkan saat upacara senin selesai.
disampingku kiri ku ada el. cewek berkacamata minus berframe berwarna hitam. dan disamping kanan ku ada adit. disamping adit ada revin.
sepertinya nama revin telah memenuhi ceritaku ini.
tapi emang faktanya revin selalu berada disekitarku. aku nggak bisa ngelak atau apapun. cuma bisa menerima nasib.
moodku kepada revin sedang low banget. tadi pagi, cowok itu mengambil sarapanku dengan alasan mamahnya nggak enak badan dan nggak sempat masakin sarapan. dan kebetulan juga, mamah ku hanya memasak tiga piring nasi goreng saja. satu untukku, satu untuk kakakku dan satu lagi untuk papah. jelas dong, piring siapa yang di ambil sama revin?
ditambah tadi pagi revin bikin aku lari sampe depan komplek. revin ninggalin aku karna katanya aku lemot dan karna katanya kami sudah telat. jarak sekolah dengan rumah ku memang jauh. bisa mencapai waktu 30 menit untuk sampai. sedangkan saat itu jam sudah menunjukan pukul 7 lewat 5 menit.
semua siswa dan siswi dipersilahkan duduk. sedangkan di depan lapangan sudah terdapat wakil ketua osis yang memegang kertas putih.
pengumuman pemenang lomba pun diucapkan. ditambah dengan penyerahan piala atas lomba desain poster yang sudah mencapai tingkat nasional atas nama deri kelas sebelas ipa satu.
seselesainya, aku dan el berjalan menuju kelas. diikuti dengan tiara, destri dan juga kania dan noor.
•••
pulang sekolah aku memutuskan untuk nggak bareng sama revin. biarin aja revin membawa motorku. aku lebih milih naik angkot dibanding sama revin. walaupun aku di anter tiara sampe depan gang sekolah ku supaya lebih mudah dapet angkot.
omong-omong tentang revin, dia sejak dikelas tadi malah makinan ngeganggu. berkali-kali bilang maaf dan berkali-kali bikin rusuh di meja belakangku waktu pelajaran sedang berlangsung.
dan sejak istirahat kedua, revin akhirnya mendiamkanku.
"thanks ya ti, tiati lo!"
tiara membunyikan klakson motornya lalu menjauh dari tempatku. ku lirik jam dipergelangan tanganku. masih jam 2 kurang lima menit.
aku menyebrang dan melangkah menuju pedagang jus. jus stroberi di siang bolong begini emang pas banget buat ngilangin panas dihati karna panas matahari nyalur ke hati.
apaansi -_-
"jus stroberinya satu ya bang."
"siap neng. mau minum disini atau di bungkus?"
"bungkus aja bang."
setelahnya babang jus itu membuat pesananku. memang kondisinya sekarang sedang sepi pembeli. hanya ada aku.
"mau disaring atau nggak usah neng?" tanya abang jus.
"nggak usah bang. biar lebih enak minumnya ada suaranya gitu, celetak-celetuk," jawabku ngaco yang dibalas dengan tawa kecil si abang.
jus stroberi lebih enak nggak buang biji-bijinya kalo kata aku. soalnya kalo diminum nanti nggak garing gitu, nggak sepi mulutnya.
abang itu mengikat plastik putih berisi pesananku lalu memberikannya kepada ku, "tujuh ribu neng,"
aku memberikan uang pas. dan kebetulan angkot jurusan ke rumahku berhenti dihadapanku.
aku duduk di bangku paling pojok. tanganku membuka sedikit ikatan plastik jusku lalu memasukan sedotan kedalam gelas plastik itu.
tukang angkotnya berhenti di depan sebuah perumahan dekat tukang jus tadi berada. dan empat laki-laki yang mengenakan seragam putih abu-abu masuk kedalam angkot.
jantungku langsung deg deg seerrr ngeliat salah satu dari keempat cowok itu.
bukannya rumah bagas disono ya? kok naik angkot sih?
iya. bagas. satu cowok itu bagas. bagas masih mengenakan seragam sekolahnya. padahal rumah bagas ada di perumahan tersebut. eh tapi hanya bagas saja yang nggak membawa tas. sementara ketiga temannya masih menggendong tas di punggungnya.
tanpa sadar, sedari tadi aku menggigiti sedotan jus ku. saat aku menyedot jus ku dan merasa tak ada yang masuk kedalam mulutku, baru aku menyadari bahwa ujung sedotanku sudah ancur.
aku meremas tas sekolahku yang ku letakan di atas paha ku ketika melihat bagas tertawa.
aku sadar diri. nggak seharusnya memperhatikan orang yang tak dikenal. maka dari itu aku memalingkan wajahku dari ke empat cowok yang duduk di dekatku.
nggak ada yang spesial dari ketemunya bagas di angkot. aku bersikap bahwa bagas bukan orang yang aku kenal. memperhatikan jalanan sambil menikmati jus stroberiku yang masih tersisa setengah gelas. dan bergumam lagu-lagu dari the cab.
bahkan bagas sepertinya lupa denganku yang di acara ulang tahun sekolahku pernah bertemu dengannya.
biarkan saja. aku nggak berharap lebih. aku nyaman dengan status diriku yang nggak dikenalnya. cukup aku saja yang mengetahui keberadaan cowok itu.
••••••
YOU ARE READING
bagas
Fiksi Remajadear bagas, aku naufa. aku seorang perempuan yang lahir pada tahun 1997 dibulan oktober. aku seorang siswi tingkat akhir di salah satu sekolah menengah atas negeri dikota ku. dan ini yang harus kamu tahu, aku naufa. dan aku adalah satu dari puluhan...