bagas with his red t-shirt

29 1 0
                                    

adzan ashar sudah selesai dikumandangkan tapi aku masih saja bertahan di rumah nenekku yang sedang kedatangan saudara jauhku.

sebenarnya alasan aku masih di rumah nenekku karna ada bagas di depan rumah. sedang berkumpul dengan orang-orang yang sibuk akan motor-motor yang entah punya siapa. di depan rumah nenekku memang ditinggali oleh keluarga yang menjadikan garasi mobilnya sebagai bengkel kecil-kecilan.

bagas dengan kaos merah yang agak redup dan rokok di sela-sela jarinya, sedang duduk di atas salah satu motor yang sedang tidak di perbaiki dengan sebelah kakinya yang di taruh di atas jok motor.

"hayo! liat siapa?" saudara ku yang seumuran denganku mengagetkanku yang lagi mengintip bagas dari jendela kamar nenekku. "yang baju merah yaaa??"

kenapa ari–saudaraku–bisa tau bagas yang mana?

karna dari delapan anak laki-laki disana, hanya satu yang parasnya mencolok. bukan mencolok sih, tapi lebih mendingan dibanding yang lain.

"apaan sih, ri!" aku mengabaikan godaan ari dan langsung menjauh dari jendala.

belum sampai pintu kamar, ari sudah teriak, "woy! yang baju merah!"

aku langsung bergegas menuju ari yang masih berada di jendela. langsung menarik gorden yang sempat ari sibak.

"siapa, na, namanya?"

"BUUU! ARI NYA NIH NAKAL!"

aku berteriak memanggil nenek, atau sering kupanggil ibu.

ibu nggak menghampiri kami berdua di kamar, hanya saja berteriak dari arah dapur. "ARIIII!"

haha sukurin!

aku menjauh dari ari dan bergegas menghampiri ibu di dapur yang sedang meminum kopinya.

"ari nggak ngapa-ngapain, mbah. itu tadi ari manggilin cowok yang make baju merah, soalnya–empph."

aku lantas menutup mulutnya dan mengambil kunci motorku yang ada di atas kulkas. "bu, saya pulang dulu, keburu maghrib! assalamualaikum!"

"ih naufa kok pulang? nggak kenalan dulu sama yang baju merah?"

"banyak omong kamu, ri!"

setelahnya aku mencium punggung tangan ibu dan om-tante ku. sementara ari ku tepis tangannya yang tersodor dihadapanku lalu ku injak kakinya.

ari tertawa, dibanding meringis. dan tanpa aku sadari, ari mengikutiku sampai di depan rumah nenekku. memperhatikan aku yang sedang grogi karna beberapa anak laki-laki yang sedang berkutik pada mesin-mesin, menoleh ke arahku. begitu juga bagas.

sesudah menyalakan mesin motor, aku menatap sinis ari yang habis berdeham menggoda ku.

"dah! assalamualaikum!" ujarku cepat. membuat ari tertawa pelan sambil berteriak,

"JANGAN NYESEL NGGAK KENALAN!"

selain temanku, kania, yang bangke banget, ternyata saudaraku lebih bangke!

••••••


19 maret 2017

bagasWhere stories live. Discover now