Hatiku mungkin sudah merelakanmu, namun air mataku tak bisa kering untukmu.
Angin selalu menyadarkanku dari tangisanku. Aku percaya itu adalah kau. Kau mengirimkan angin padaku dan memintanya untuk mengusap air mataku.
Kenapa tak kau lakukan sendiri? Mengusapnya dengan tanganmu sendiri? Apa kau tidak mau jika aku menangisimu?
"Ibu! Angin telah menerbangkan balonku!"
Rengek seorang anak kecil berusia sekitar tiga tahun yang sedang berlari kearah ibunya.
"Angin sedang ingin bermain denganmu sayang."
Ucap si ibu lembut sambil mengusap pelan pundak putranya, membersihkan daun kering yang menempel disana.
"Tidak mau! angin selalu menggangguku, kemarin mengambil topiku dan sekarang balonku."
Anak itu pun semakin merengek pada ibunya. Dan si ibu mencoba menghibur putra kecilnya.
"Ibu suka dengan angin, sangat menyejukkan."
"Tapi aku tidak suka ibu!" Anak kecil itupun terus merengek pada ibunya. Ia sangat sedih balonnya telah hilang.
"Oh Ayah!" Teriak anak itu lalu berlari kearah seseorang yang ia panggil ayah. Ia memeluk erat ayahnya itu.
"Hey jagoan kecil! Apa sudah lama menunggu ayahmu ini?"
Tanya sang ayah sambil mengusap puncak kepala putranya dengan lembut. Dan mengangkatnya ke gendongan.
"Tidak! Aku menunggu ayah sambil bermain balon, tetapi balonku diambil angin, ibu bilang angin sedang ingin bermain denganku. Tapi..... Bukankah angin sedang menggodaku ayah?"
Mendengar ucapan polos sang anak membuat sang ayah tertawa pelan.
"Benar apa kata ibu, angin memang sedang ingin bermain denganmu saja. Lihat daun dan bunga yang berada ditaman ini! Mereka bergerak dan menari bersama, kau tau itu karena apa?"
Anak itu menggelengkan kepalanya dan nampak berpikir.
"Karena mereka bersuka cita menyambut kedatangan angin. Mereka juga sedang bermain dengan angin"
"Apa ayah juga menyukai angin sama seperti ibu?"
Si ayah pun memandang istrinya yang juga sedang memandangnya dari kejauhan. Istrinya itu tersenyum tulus sambil melambaikan tangannya.
"Tentu saja, lihat ibu! Dia juga sedang menyambut angin." Ucap si ayah.
"Benar, rambut ibu dan gaunnya sedang menari bersama angin. Itu tandanya ibu juga sedang bermain bersama angin kan ayah?"
Anak itu memandang ibunya, ibunya yang sangat cantik. Rambutnya yang panjang dan diurai berterbangan mengikuti arah angin. Begitupula dengan gaunnya.
"Anak pintar, ibu sangat cantik bukan?" Tanya si ayah.
"Ibuku sudah pasti sangat cantik." Jawab si anak yang masih terus memperhatikan ibunya.
"Ayo kita lomba berlari! Siapa cepat dia sampai, boleh memeluk ibu."
Si ayah pun menurunkan putranya dari gendongan.
Dan anak itu segera mengangguk dan terlihat sangat bersemangat untuk berlomba melawan ayahnya, agar bisa memeluk ibunya yang sangat cantik itu.
"Satu... Dua... Tiga!"
Melihat suami dan anaknya berlari kearahnya membuat sang ibu berkaca-kaca. Walaupun ia tidak tahu apa yang sedang dilakukan kedua orang yang sangat ia cintai itu. Semua karena ia sungguh-sungguh sangat bahagia.
Tuhan mengambil seseorang yang sangat ia cintai dan butuhkan. Namun Tuhan maha adil kepada setiap umatnya. Tuhan mengirimkan dua orang sekaligus di hidupnya, dua orang yang sangat ia cintai dan sangat berharga dalam hidupnya.
~~NEXT~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind Blows 🔹 t.o.p • yoona • gd
FanfictionPergi namun tidak untuk kembali. Start : 10. 12. 2016 By : ohnanattty