CHAPTER 11

689 80 4
                                    

Yoona telah memiliki hobi baru sekarang yaitu membonceng motor Seung-hyun, karena dirinya bisa merasakan angin. Ia dapat memeluk anginnya dengan erat. Bukan hanya merasakan kesejukan diseluruh tubuhnya. Namun juga merasakan kesejukan didalam hatinya.

"Aku sangat menyukai tempat ini."

Ucap Yoona sambil merebahkan tubuhnya dan menghembuskan nafasnya lega. Didalam rumah pohon ini memang terdapat beberapa barang. Seung-hyun telah mengisinya karena kekasihnya sangat menyukai tempat ini.

Ia memberinya karpet lengkap dengan spiker aktif yang mengalunkan lagu kesukaan mereka.

"Ini adalah milikmu, kau bisa datang ketempat ini kapanpun kau mau. Dan aku berjanji akan selalu mengantar mu datang kesini."

Seung-hyun lalu merebahkan dirinya disamping Yoona. Ia menggenggam tangan kecil Im Yoona begitu erat. Terlihat Seung-hyun merogoh saku celananya, lalu ia mengambil sebuah medali emas disana. Yoona sangat terpana melihatnya, medali itu bersinar karena terpantul sinar matahari.

"Ini adalah medali terakhirku." Ternyata Seung-hyun mengeluarkan sebuah medali emas.

Kemudian Yoona dan Seung-hyun bangun, Yoona lalu mengambil medali itu dari tangan kekasihnya. Juara pertama lomba berenang. Itulah yang tertulis dalam medali emas itu.

"Kau pandai berenang ternyata?" Yoona bahkan tidak tahu jika Seung-hyun pandai berenang, karena Seung-hyun tak pernah menceritakannya jika ia menyukai olahraga air itu. "Dan... Kenapa kau mengatakan ini yang terakhir?" Sambungnya.

"Karena setelah itu, aku tidak berenang lagi." Seung-hyun merasakan perasaannya seperti dimasa lalu, mengingat penyesalannya kembali.

"Kenapa tidak berenang lagi?" Yoona semakin mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Karena aku mengalami cedera punggung hebat, dokter mengatakan aku tidak boleh berenang lagi."

Yoona menutup mulutnya saking terkejut. Seung-hyun yang selalu ceria ternyata mempunyai masalalu menyedihkan seperti ini. Yoona kemudian menyentuh bahu Seung-hyun, lalu perlahan menyenderkan kepalanya disana.

"Aku malu tidak mengetahuinya, kenapa kau lakukan itu?" Yoona telah menahan tangisnya, namun matanya semakin panas, ia tak bisa lagi menahannya.

"Ini semua murni kebodohanku, saat itu aku sedang marah pada ayah dan ibu. Aku berlari diatas gunung sendirian, aku terjatuh dan baru ditemukan dua hari berikutnya. Anehnya aku masih hidup kan?" Seung-hyun kemudian tersenyum getir mengingatnya.

Pandangannya mengarah pada bulir air mata Im Yoona yang telah lolos. Yoona selalu menangis, walaupun itu bukan kesedihannya. Kemudian ia membelai lembut rambut Im Yoona, ia tahu kekasihnya ini sedang menangis, menangis karenanya.

"Kenapa kau menangis? Kau mengasihiku?" Tanya Seung-hyun kemudian, membuat Yoona terbangun dari bahu Seung-hyun.

"Tidak tau, nafasku menjadi sesak setelah mendengarnya." Jawab Yoona ditengah isakannya.

"Jika kau tidak berhenti menangis, maka aku akan melakukannya disini."

Seung-hyun kemudian menyipitkan matanya dan menjilat bibirnya sendiri. Menggoda Yoona agar kekasihnya itu berhenti menangis.

Yoona pun tertawa melihat tingkah Seung-hyun yang selalu kekanakan. Kemudian ia mendekatkan wajahnya pada wajah Seung-hyun, menempelkan bibirnya di bibir Seung-hyun.

Perlakuan Yoona ini membuat Seung-hyun tak bisa melakukan apapun, ia tak pernah berpikir bahwa Yoona dapat melakukan ini. Otak Seung-hyun pun mulai bekerja, ia sentuh kedua pipi Yoona dengan kedua tangannya. Kemudian menggerakkan bibirnya perlahan, dan Yoona mengimbangi itu.

The Wind Blows 🔹 t.o.p • yoona • gdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang