Sudah sepuluh menit berlalu, Yoona dan Seung-hyun tetap berdiri didepan pintu rumah keluarga Im. Mendengarkan suara barang-barang yang pecah akibat dilempar seseorang didalam sana. Juga suara tangisan yang Yoona yakin itu adalah adik kecilnya.
Ingin sekali Yoona masuk dan menyelamatkan adiknya, agar Yeonhan tidak melihat ayah dan ibunya yang sedang bertengkar. Yoona merasa sangat kecewa pada orangtuanya yang tidak berpikir panjang melakukan hal ini didepan Yeonhan.
Ingin masuk namun kakinya terasa terpaku dengan lantai rumahnya. Seung-hyun mencoba meyakinkan Yoona dengan menggenggam erat tangannya. Membimbing Yoona untuk memasuki rumahnya.
Hal pertama yang mereka lihat adalah barang-barang rumah yang berserakan. Bahkan guci limited edition kesayangan ibunya yang didapat dari pelosok Afrika sudah pecah berkeping-keping. Yang paling menyakitkan ialah koleksi piala yang Yoona dan kakaknya peroleh dari hasil prestasi disekolah yang telah patah. Lalu pandangan Yoona jatuh pada ayah dan ibu yang sedang duduk saling berjauhan dan membelakangi. Dengan kondisi rumah yang bahkan tidak layak lagi disebut rumah.
Yeonhan terlihat bersembunyi dibalik pintu. Ia menyembunyikan kepalanya diantara lutut sambil menangis. Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun yang sudah mempunyai pengalaman seperti ini. Yoona tak kuasa menitikkan air matanya melihat kekacauan ini. Benar-benar Yoona merasa geram pada orangtuanya.
Saat Yoona menatap Seung-hyun dengan air matanya yang terus mengalir. Seung-hyun mengangguk pelan, memberi interupsi pada Yoona agar membawa adiknya keluar. Dan Yoona menurut lalu pergi dari sana.
Ayah dan ibu juga telah menyadari akan kedatangan Yoona bersama dengan seorang laki-laki. Choi Seung-hyun, berambut coklat, memakai anting dan berandalan. Membuat ayah Yoona semakin naik pitam. Tentu saja karena menyadari Yoona semalam tidak pulang dan dengan tiba-tiba ia pulang membawa seorang pria berandalan.
"Memangnya siapa kau?! Berani-beraninya membawa putriku pergi dan tidak pulang kerumah!"
Ayah Yoona kemudian melempari Seung-hyun dengan garpu yang ada disebelahnya. Hingga membuat Seung-hyun terluka sayat dipipinya. Darah segar pun mulai mengalir pasti.
"Maafkan aku Paman! Jika memang semua ini terjadi karena aku membawa Putri Paman untuk tidak pulang semalam."
Seung-hyun mulai berbicara, ia hanya sedikit merasa gugup.
"Berani-beraninya kau! Aku sudah pernah memperingatkanmu bukan?! Walaupun tidak secara langsung seharusnya jika kau pandai kau bisa membaca tatapan mataku saat itu!"
Teriak ayah Yoona kembali, dirinya memang sedang dalam keadaan yang sangat marah besar. Bahkan urat-urat diwajahnya terlihat jelas ketika ia berteriak. Ia masih dalam suasana memikirkan kasus putranya, dan ayah mempunyai pelampiasan baru ketika Yoona tidak pulang kerumah dan tiba-tiba pulang bersama laki-laki yang pernah Yoona ajak pulang, tentu saja lelaki yang sama dengan berpenampilan urakan.
"Namun aku yakin, ada suatu hal yang membuat semua ini menjadi lebih besar. Semalaman Yoona menangis karena ia ingin sekali merayakan hari ulang tahun bersama keluarganya. Namun ia sangat kecewa karena ayahnya tidak pulang. Bahkan sekedar menelpon dan memberikannya ucapan selamat."
Ayah dan ibu mulai menoleh kearah Seung-hyun. Dengan berani Seung-hyun menatap mata ayah maupun ibu Yoona bergantian. Terlihat sekali ayah Yoona mulai menyadari kesalahannya. Sedangkan ibu Yoona hanya meremas bajunya yang semakin kusut dan terus menangis tanpa suara.
"Jika terjadi sesuatu, aku harap bicarakan bersama Yoona. Dia sudah besar dan pemikirannya sangat dewasa. Bahkan ia merasa tidak berguna jika tidak dianggap saat ayah dan ibunya bertengkar. Dia sedih hanya bisa menjadi pendengar dan bukan penengah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wind Blows 🔹 t.o.p • yoona • gd
FanficPergi namun tidak untuk kembali. Start : 10. 12. 2016 By : ohnanattty