CHAPTER 10

692 82 4
                                    

Sudah lama sekali mereka tidak berkumpul bersama dirumah Taeyeon. Membuat kamar Taeyeon menjadi berantakan dan mengacak-acak alat make up nya. Jika mereka bosan maka Yoona akan mengajak teman-temannya ini pergi ke dapur untuk membuat satu masakan, misalnya saja kue.

Yoona yang hebat dalam hal masak memasak sementara Seohyun dan Taeyeon yang hobi makan. Sesekali mereka akan membantu Yoona, walaupun hanya sebatas mengaduk adonan saja. Jika mereka membantu yang lainnya, Yoona tidak yakin masakannya akan layak untuk dimakan.

Seohyun dan Taeyeon juga sadar jika mereka tidak bisa memasak, karena tahu sendiri, mereka bahkan tidak mengikuti kelas memasak. Jika ada kelas make up mungkin mereka akan menjadi orang pertama yang mendaftar.

"Kurang ajar sekali Kwon Jiyong! Kenapa dirinya memberikan penolakan seperti ini?! Bahkan dengan terang-terangan dia mengatakan jika sudah mempunyai gadis yang ia sukai!"

Yoona terus mengumpat karena tidak terima sahabatnya tersakiti. Yoona jadi tidak selera memakan kue yang baru saja ia buat. Sementara Taeyeon yang baru saja menerima penolakan itu tetap makan dengan lahap.

"Sudahlah Im Yoona! Kau membuat telingaku sakit!" Taeyeon ingin sekali mengubur dalam-dalam rasa sakitnya ini. Ia pun makan dengan lahap kue terenak yang pernah ia makan ini. Ia sangat menyukai masakan sahabatnya melebihi masakan ibunya.

"Benar sekali, aku juga tidak percaya pada bualan Seungri. Dia terus mendekatiku dan merayuku, namun wajahnya yang sangat tampan itu membuatku tidak bisa menolaknya." Seohyun apalagi, pesona Seungri memang sangat sulit untuk dikalahkan.

"Tetapi Yoona, aku merasa akhir-akhir ini kau menjadi sering sensitif semenjak menjadi kekasih Seung-hyun." Sambung Seohyun yang dibalas anggukan mantap dan setuju dari Taeyeon.

"Kau ini bicara apa? Aku sensitif itu meniru ayahku, tidak ada hubungannya dengan Seung-hyun. Saat ini pembicaraan kita sedang pada Taeyeon dan bukan aku." Yoona kemudian menyentuh pipinya yang mulai panas. Ia harap teman-temannya ini tidak menyadari bahwa Yoona tengah malu.

"Tenang saja Im Yoona! Aku akan mencari pria lain. Aku bukan seorang yang suka terlarut dalam kesedihan. Apalagi patah hati. Itu bukan gayaku!"

Sambung Taeyeon lalu memeluk erat kedua sahabatnya.

"Lega mendengarmu mengatakan hal ini." Balas Yoona sambil memeluk kedua sahabatnya lebih erat.

***

"Kau yang membuatnya sendiri?" Tanya Seung-hyun sambil memakan bekal yang dibawa Yoona.

"Kau tidak percaya jika aku yang membuatnya?" Ucap Yoona sambil manyun.

"Tanganmu memang ajaib." Seung-hyun kemudian menempelkan tangan Yoona pada pipinya. Hangat yang diberikan tangan Yoona membuat Seung-hyun tak kunjung melepaskan tangan Yoona.

"Suatu saat nanti, aku ingin kau menyentuh pipiku dengan kedua tangan hangatmu ini dengan lebih lama."

Sambung Seung-hyun dan melepaskan tangan Im Yoona.

"Apa kau akan selalu memberiku kebahagiaan?"

"Tentu saja, sampai aku mati."

Balas Seung-hyun menatap Yoona dengan mata yang penuh keyakinan. Karena hatinya juga sudah mengatakan yakin.

***

Matahari sudah lelah menampakkan cahayanya, langit telah berubah menjadi gelap.

Begitupula dengan Yoona, selesai ia membereskan alat tulis, ia segera bergegas untuk pulang.

Hari ini adalah jadwalnya mengikuti kegiatan organisasi siswa. Maka dari itu ia harus pulang terlambat, mengingat dirinya adalah sekretaris pada kegiatan organisasi siswa, tentu ia harus hadir.

The Wind Blows 🔹 t.o.p • yoona • gdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang