Prolog

16.6K 1K 17
                                    

Seoul, 4 february 1990

Hujan deras membasahi kota Seoul, tak banyak orang yang lalu lalang di karenakan hari sudah sangat malam, dingin pun sangat menusuk tubuh siapa saja yang berada di luar rumah mereka, tetapi sepertinya itu tidak di alami wanita muda yang tengah membawa bayi mungil yang tengah menangis, wanita itu berjalan tak tentu arah, ia pun menangis.
"A-andwe, jangan bunuh anakku, hiks, andwe." Hanya itu yang dapat wanita itu ucapkan, matanya hanya terpancar tatapan kosong, wanita cantik itu terus berjalan tak tentu arah hingga ia berada di tempat yang begitu ramai oleh pekerja malam, bahkan beberapa wanita malam menatap bingung Hwang bo, si wanita yang membawa bayi tersebut. Hwang Bo semakin memeluk erat bayinya menahan takut melewati wanita-wanita tersebut.
"Jangan bunuh anakku, jangan." Gumamnya, salah satu wanita malam yang melihat Hwang bo pun mendekatinya.
"Hei, kau sedang apa malam-malam di tempat seperti ini?" Tanya wanita tersebut, tetapi Hwang bo hanya menatap takut wanita tersebut dan tetap bergumam hal yang sama. Mendengar yang di gumamkan Hwang bo, wanita itu pun menyeritkan dahinya dengan penuh heran.
"Hei, tenanglah, tidak ada yang mau membunuh bayimu!"  Ujar wanita tersebut, Hwang bo kini menatap wanita tersebut dengan penuh harap.
"Tenanglah, tidak ada yang dapat membunuh bayimu." Hwang bo pun terdiam sejenak, ia menyerahkan bayi yang begitu cantik kepada wanita tersebut, wanita itu menerimanya dan menatap heran Hwang bo.
"Mi-mianhae hiks, mianhae."
"Ji hyo-ah! Sedang apa kau, siapa wanita ini?" Tanya salah seorang wanita yang menghampiri Hwang bo dan wanita malam tersebut.
"Entahlah, sepertinya ia ketakutan-"
"Itu dia nona muda! Cepat tangkap!" Hwang bo terlihat nampak ketakutan, ia pun kembali berlari tak tentu arah meninggalkan bayinya kepada wanita malam tersebut, beberapa orang berjas hitam rapi mengejar Hwang bo dan menangkapnya, Ji hyo hanya dapat melihat karena ia tak mampu menolong, Hwang bo di bawa mereka dengan mobil hitam mewah, mobil itu tak terlihat beberapa saat setelahnya karena lajunya yang begitu cepat.

Ji hyo menatap bayi cantik yang tertidur tersebut, ia menarik nafas beratnya.
"Kau akan aman di sini sayang, aku ummamu saat ini, arra." Ji hyo kembali ke tempatnya, bayi itu di sambut baik oleh beberapa pelacur, bayi yang begitu cantik dan menggemaskan.
"Siapa nama anak ini Ji hyo-ah?" Tanya salah satu di antara mereka. Ji hyo terdiam sejenak dan tersenyum kemudian.
"Jae Joong."
.
.
.
.
20 tahun pun berlalu
.
.
.
"Jaejoong-ah! Sudah berulang kali umma katakan bukan? Jangan pernah ke tempat umma bekerja, kau tahu bukan mereka menginginkanmu menjadi pekerjanya?" Kesal Ji hyo, Jaejoong hanya menatap Ji hyo malas.
"Lalu mau sampai kapan umma menjual tubuh umma?" Ji hyo terdiam, Jaejoong pun berdiri dan menatap Ji hyo.
"Sampai kapan? Apa salahnya aku bekerja seperti umma? Bahkan aku bisa lebih mendapatkan uang lebih banyak, apakah umma takut akan penghasilanku akan lebih dari um-"

PLAK!

Ji hyo menampar keras wajah Jaejoong, air matanya sudah tidak dapat terbendung, ia menangis.
"Apakah kau malu hah? Malu?! Aku memang pelacur, wanita murahan, tapi apa kau tau aku lakukan ini semua untuk bertahan hidup, untukmu pula-"
"Dan kau memberiku makan dari hasil uang harammu! Ya?!" Ji hyo menarik nafas dalamnya menahan sakit akan penghinaan oleh anaknya.
"Ya! Aku akan lakukan apapun demi kau hidup, dan aku tak peduli berapa banyak yang menghinaku, aku tak peduli. Aku tidak mau kau seperti ku, itu saja!" Jaejoong pun terdiam, air matanya mencelos. Apakah ia salah? Ji hyo pun meninggalkan Jaejoong masuk kedalam kamarnya, Jaejoong mengusap kasar wajahnya dan berteriak kesal. Apa yang harus ia lakukan?

"Jae, kau tau? Kau benar-benar menggoda, apa kau tidak ingin dapatkan uang lebih? Aku sangat yakin mereka akan mau membayar berapapun untuk tubuhmu ini." Jaejoong hanya diam saat tubuh mulusnya di sentuh oleh pria tua bangka, tetapi tak lama seorang pria menepisnya.
"Sekali lagi kau menyentuh tubuh namja ini, akan ku patahkan seluruh tulangmu." Ancam pria tersebut, Jaejoong pun menatap kesal pria itu.
"Bisakah jangan menggangguku?" Kesal Jaejoong.
"Bisakah kau tidak murahan seperti ummamu? Kau mau berapa, akan aku berikan, asal kau tidak semudah itu di sentuh."

Plak

Jaejoong menampar pria tersebut.
"Kau fikir kau kaya hah? Nyawamu pun tak akan bisa membeliku Yunho-ah!"

.
.

Yunho hanya mampu menatap Jaejoong dari kejauhan, ia pun bernafas lega ketika Jaejoong sudah aman sampai rumahnya, itulah yang Yunho lakukan setiap harinya, mengantar Jaejoong diam-diam dari bar menuju rumahnya, ia tak ingin Jaejoong terluka atau menemui orang jahat dalam perjalanan. Tsk. Orang jahat. Terkadang Yunho geli mendengar itu, bukannya ia sendiri pun orang jahat?
Ini kah Cinta? Sungguh membutakan.

Lanjut?

Tapi ga janji post cepet😂🔫
Modem ggi masih rusak, ini aja ngetik di hepong

BLIND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang