Jaejoong harus segera kembali pulang, ini sudah kedua kalinya ia tak pulang dan tak ada kabar sama sekali kepada Ji hyo.
"Tak apa tak aku antar hn?" Tanya Yunho kepada Jaejoong, Jaejoong mengangguk dan tersenyum.
"Aku ini sudah besar Yun, tak perlu mengkhawatirkanku seperti itu."
"Baiklah, kirim aku pesan jika sudah sampai."
"Ya, aku pulang." Ujar Jaejoong dan segera pergi meninggalkan kediaman rumah Yunho. Yunho pun menatap Seunghyun yang kini duduk dengan tatapan tajam kepadanya, karena Seunghyun yang mengatakan ada hal penting yang harus di bicarakan, Yunho harus merelakan Jaejoong pulang tanpa pengawasannya.
"Apa yang ingin kau katakan?" Tanya Yunho.
"Jaejoong." Ujar Seunghyun, jantung Yunho berdegup dengan sangat cepat, apakah Seunghyun telah tahu semuanya?
"Kau pasti telah tahu bahwa Jaejoong itu sasaranku, tak usah kau berbohong karena kau pasti tahu bagaimana Jaejoong tanpa busana bukan?" Yunho hanya terdiam, dugaannya benar bahwa Seunghyun tahu akan hal ini.
"Mengapa kau sembunyikan hal ini? Kau tahu itu sasaranku, dan kau tahu pekerjaan kita bukan? Semenjak kau bertemunya kau banyak berubah Yun! Tsk!" Seunghyun menatap Yunho yang terus membungkam mulutnya.
"Faktanya Jaejoong harus mati." Ujar Seunghyun, Yunho pun mengepalkan kuat tangannya.
"Berani kau menyentuh Jaejoong, kau akan menyesali perbuatanmu!" Marah Jaejoong, Seunghyun pun terkekeh mendengarnya.
"Karena cinta kau tidak bisa melihat kenyataan Yun! Kau tahu ini pekerjaanku! Nasibku bergantung pada nyawa kekasihmu itu!" Emosi telah menguasai Seunghyun atau pun Yunho.
"Bagaimana jika kau di posisi ku HAH?!" Kali ini Seunghyun terdiam.
"Aku tahu ini berat untukmu, tapi asal kau tahu, aku takut akan kehilangannya, kami baru sebentar bahagia."
"Lalu kau tidak memikirkanku?! Yoo jin pasti menghabisi ku!"
"Yoo jin tak ak-.." Yoo jin? Tubuh Yunho bergetar, apakah Yoo jin yang Seunghyun maksud sama dengan yang ia pikirkan? Yunho berharap tidak.
"Yoo jin?" Tanya Yunho memastikan, Seunghyun mengangguk, ia heran akan perubahan sikap Yunho.
"Ahaha tidak mungkin, pasti orang yang berbeda, dan mereka memiliki nama yang sama." Ujar Yunho kembali dan membuat Seunghyun heran.
"Ada apa? Kau mengenalnya?"
"Tidak, pasti itu bukan Yoo jin ummaku. Dia pasti orang lain, ahaha umma tak mungkin berniat jahat." Seunghyun diam terpaku, baru kali ini Yunho membahas Ummanya, tetapi benar ucapan Yunho, tidak mungkin, di dunia ini banyak sekali nama yang sama.
Haruskah Seunghyun mengalah? Dan membiarkan Jaejoong tetap hidup? Lalu bagaimana Seunghyun hidup tenang?
Yunho melihat sikap diam Seunghyun, ia tahu Seunghyun pun dalam kondisi bingung.
"Ada aku, mereka tak akan melukaimu, aku akan menjaminnya."
"Tsk! Kalau bukan karena kau, aku sudah menghabisi Jaejoong saat tidur tadi!" Yunho tersenyum simpul mendengarnya.
"Terima Kasih, kau memang sahabatku." Ujar Yunho.
"Hari ini aku akan ke tempat wanita itu untuk mengundurkan diri, kau harus bersamaku. Keahlianku berkelahi sangat jauh di bandingkanmu, yah anggap saja sehari ini kau menjadi bodyguard ku, ahaha." Yunho pun mengangguk, ia pun akan memastikan bahwa wanita yang Seunghyun maksud bukanlah Ummanya.
.
.
Jaejoong sudah sampai di rumahnya, Ji hyo melihat kedatangan Jaejoong, Jaejoong hanya menunduk, ia tahu bahwa Ji hyo akan memarahinya.
"Menginap di tempat Yunho lagi?" Tanya Ji hyo tanpa menatap Jaejoong, Ji hyo memilih fokus menyiapkan makanan.
"Ya." Jawab singkat Jaejoong.
"Sudah sarapan? Sarapan dulu, Umma sudah buatkan kau makanan, kau bekerja bukan hari ini?"
"Ya." Hanya jawaban singkat lagi yang Jaejoong ucapkan, Ji hyo pun menghadap Jaejoong dan tersenyum walau Jaejoong tahu, itu senyuman di paksakan.
"Makanlah, Umma akan keluar sebentar." Jaejoong mengangguk. Ji hyo begitu baik, walau terkadang ia sering memarahi Jaejoong, tetapi Jaejoong tahu, itu semua demi kebaikannya, tetapi mengapa ia tidak bisa bersikap dan menunjukan perasaan sayangnya pula? Ji hyo memang bukanlah Ibu kandungnya, tetapi Jaejoong pun sangat menyayanginya, tak peduli siapapun Ji hyo.
Jaejoong pun teringat akan mengirimkan pesan pada Yunho jika ia telah sampai, Jaejoong segera mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan untuk kekasihnya tersebut. Jaejoong tersenyum setelah mengirimkan pesan kepada Yunho.
.
.
Jika tak menginginkan, mana mungkin aku bertahan.
Jika tak mencintaimu, mana mungkin hatiku sesakit ini.
.
.
Yunho dan Seunghyun sudah berada di kediaman Yoo jin, Yunho menatap rumah bah istana tersebut. Mereka memasuki rumah tersebut, sebelumnya mereka melalui pemeriksaan oleh beberapa orang berjas hitam, bahkan tak ada satu pun senjata yang lolos mereka bawa. Setelahnya, Seunghyun dan Yunho pun menemui Yoo jin di ruang kerjanya, Yunho tak dapat melihat wanita itu karena wanita tersebut membelakangi mereka.
"Sudah kau dapatkan anak itu?" Tanya Yoo jin.
"Maaf nyonya, sepertinya aku tidak bisa melakukannya. Anak itu sepertinya sudah tidak tinggal di sana." Dusta Seunghyun. Yoo jin segera berbalik menghadap Yunho dan Seunghyun.
"Jadi kau siap untuk mati hn?" Tubuh Yunho bergetar bahkan matanya memanas saat melihat sosok wanita di hadapannya tersebut.
.
"Umma cantik ne Appa? Uno mau bertemu ummaa appaaa."
"Suatu saat nanti kau pasti bertemu dengannya." Yunho kecil tersenyum dan memeluk potret wanita cantik tersebut.
.
Dugaannya bahkan firasat Yunho benar, yang ia takuti atas nama itu benar terjadi, Yoo jin yang selama ini di maksud Seunghyun adalah Ummanya.
"Bagaimana? Sepertinya kau membawa teman kemari karena tahu kau tak akan lolos hn?" Ujar Yoo jin kembali, Seunghyun pun tertunduk. Bagaimana ini? Ia pun tak mau mati konyol hanya karena ia tak mampu membunuh seseorang.
"Maafkan aku nyonya." Sesal Seunghyun, Yoo jin tertawa melihatnya, sementara Yunho masih terdiam akan kenyataan di hadapannya tersebut. Seunghyun mengepalkan kuat tangannya, Yoo jin hanya seorang wanita, ia tak akan kalah dari wanita itu, apalagi tak ada pengawal wanita ini di ruangan tersebut. Seunghyun segera berlari menuju Yoo jin, merasa dirinya dalam situasi tak aman Yoo jin segera mengambil pistol di laci mejanya, ia segera mengarahkan pistol tersebut ke arah Seunghyun, Seunghyun diam mematung.
"Tsk!" Decak kesal Seunghyun, wanita ini bukanlah orang yang bisa ia remehkan.
"Kau masih terlalu dini menghadapiku anak muda, jadi terimalah ajal-.."
"Ku mohon hentikan ini Umma!" Ujar Yunho, mata Yoo jin dan Seunghyun pun membulat dan melihat ke arah Yunho, apa yang baru saja Yunho katakan?
"Apa yang baru saja kau katakan anak muda? Apa kau mengigau?" Ujar Yoo jin, Yunho menatap Yoo jin penuh rindu, bisakan ia tidak bertemu dalam kondisi ini?
"Yunho jangan bicara tidak-tidak!" Maki Seunghyun, Yoo jin pun menatap horor Seunghyun, Yunho? Apa benar itu nama yang baru saja Seunghyun lontarkan?
.
"Tidak adakah niat untukmu bertemu Yunho? Dia sangat ingin bertemu denganmu Yoo jin-ah."
"Katakan saja aku tak ada waktu, itu anakmu, urusi saja. Jangan menggangguku lagi Il woo-ah. Hubungan kita telah berakhir, dan aku tidak inginkan anak itu, seharusnya kau bersyukur aku tidak jadi menggugurkan anak itu."
"Tsk! Terserahmu saja, ku harap kau tidak akan menyesal suatu hari nanti."
.
"Yunho?" Ujar Yoo jin, Yunho terus menatap Yoo jin, tangannya ingin sekali memeluk wanita tersebut, tetapi ia tidak mampu.
"Ya, Jung Yunho. Anakmu." Ucap Yunho, Seunghyun terkejut mendengarnya, begitu pun Yoo jin.
"Anakku?" Tanya Yoo jin. Yunho pun menganggukan kepalanya.
"Ahahahahahaha! Kau mengada anak muda? Aku tidak memiliki anak!" Hati Yunho terasa begitu sakit mendengarnya, ia pun tersenyum.
"Aku mengerti, mengerti mengapa kau tidak pernah mau menemuiku, ternyata Appa berbohong selama ini, kau memang tak menginginkanku." Ucap Yunho, mengapa terdengar menyakitkan untuk Yoo jin akan ucapan Yunho.
"Tak apa kau tidak mengakuiku, aku menganggap hari ini tak pernah terjadi. Biarkan temanku lepas darimu, dan jangan berniat mencari anak yang ingin kau bunuh." Yoo jin terdiam, Seunghyun pun berjalan menuju Yunho.
"Jaga dirimu baik-baik. Jangan tidur larut, appa bilang, kau sering mengalami insomnia, jangan terlalu memikirkan yang tidak penting." Yunho pun membungkukkan tubuhnya, setelah itu ia pergi di susul dengan Seunghyun, Yoo jin masih diam terpaku pada posisinya. Mengapa sangat sakit ketika Yunho berbicara seperti itu padanya? Yoo jin segera memanggil seseorang, tak lama orang tersebut pun datang.
"Cari tahu tentang anak bersama Seunghyun tadi, semuanya! Aku pun yakin bahwa ia tahu keberadaan anak Oppa. Cari tahu tanpa melukai anak itu sedikitpun!" Titah Yoo jin.
"Baik Nyonya." Pria itu segera keluar, sementara kaki Yoo jin terasa sangat lemas, ia pun terjatuh duduk di lantai, wajah dan tatapan Yunho sama sekali tidak bisa ia hilangkan dari pikirannya.
"Apa maksudmu Il woo-ah! Mengapa kau mengantarkan anak itu kepadaku!" Yoo jin pun meneteskan air matanya. Sudah 21 tahun lamanya ia tak ingin melihat anaknya, dan mengapa anak itu harus muncul dalam situasi seperti ini? Sangat menyedihkan.
.
.
Seunghyun terus melirik Yunho yang terdiam sedari tadi, apakah yang ia dengarkan semuanya tadi itu benar? Yunho anak Yoo jin? Wow berati Yunho anak orang kaya, dan mengapa ia bisa seperti ini?
"Yoo jin benar Ummamu?" Tanya Seunghyun.
"Jangan membahas itu lagi, setidaknya hari ini kau berhutang nyawa padaku." Ujar Yunho.
"Tsk! Ingat Jaejoong masih hidup berkatku pula." Yunho hanya tersenyum singkat. Ia menghelakan nafas beratnya.
"Kau sahabatku bukan? Ceritakanlah masalahmu, aku siap membantu, kita sudah bersahabat selama empat tahun, dan kau masih saja selalu diam akan masalahmu. Aku hanya tahu kau berniat menghancurkan ibu tirimu karena ia membunuh appamu, tapi aku tak pernah tahu akan kehidupanmu lagi Yun." Yunho pun terkekeh mendengar ucapan Seunghyun.
"Mengapa kau seserius ini hah? Jika dia memang Ummaku kenapa hn? Kau beruntung memiliki sahabat anak orang kaya? Ahahahaha."
"Ya kurang lebih seperti itu, ahaha."
"Tapi bukannya kau melihatnya? Dia tak mengakuiku? Ash malangnya nasibku ya." Ucap Yunho miris, Seunghyun tahu saat ini sahabatnya sedang terluka, ia pun segera menepuk bahu Yunho.
"Aku tidak peduli kau kaya atau tidak, bagiku kau sahabat terbaikku Yun." Yunho tersenyum.
"Aku tahu itu, awas kau suka padaku." Gurau Yunho, mata Seunghyun membulat bahkan ia pun terbatuk mendengar ucapan Yunho yang tidak masuk akal.
"Kau gila? Aku ini lelaki sejati, jika tidak wanita ya aku hanya menyukai lelaki manis seperti Jaejoongmu."
"Yak! Berani kau menyukai kekasihku akan ku rontokan gigimu itu!" Seunghyun hanya tertawa terbahak-bahak melihat sikap cemburu Yunho. Setidaknya Yunho sedikit melupakan masalah yang baru saja ia lalui di kediaman Yoo jin tersebut.
Bukankah itu fungsi sahabat? Ada jika kau membutuhkannya.
.
.
Jaejoong sudah berada di Toko tempatnya bekerja, ia melayani beberapa pelanggan dengan begitu baik.
"Tokoku ramai karenamu Jae, ahh senangnya." Ujar Junsu riang, Jaejoong pun tersenyum.
"Bukan karena aku, tetapi memang kue yang kau sajikan ini nikmat." Junsu pun mengangguk paham.
"Jaejoongie apa kau sudah makan nak? Aku tadi buatkan sup, Junsu mengatakan ini sangat nikmat, apa kau mau mencobanya?" Tanya Hwang bo tersenyum dan menunjukan rantang berisi makanan.
"Aku jamin kau pasti ketagihan Jae." Ujar Junsu.
"Aku akan memakannya nanti saat jam istirahat ajhuma." Ujar Jaejoong tersenyum.
"Baiklah." Hwang bo tersenyum dan kembali meletakan makanan tersebut pada meja di sana.
"Kau tau Jae, aku memiliki anak laki-laki yang sangat manis, usianya kurasa sama denganmu."
"Benarkah? Beruntungnya memiliki orangtua sepertimu, dimana dia sekarang?" Tanya Jaejoong, wajah Hwang bo pun terlihat murung, Junsu menyenggol lengan Jaejoong dengan maksud jangan membahasnya, Jaejoong pun mengangguk paham.
"Ash maaf ajhuma. Jangan kau pikirkan." Hwang bo tersenyum menatap Jaejoong.
"Dua puluh tahun yang lalu aku kehilangannya, aku memberikannya ke seorang wanita karena takut, mereka berniat membunuh anakku."
"Ah begitu, kasihan sekali. Tapi tenanglah, aku yakin anak itu tumbuh menjadi orang yang begitu tampan, ahaha." Ujar Jaejoong riang, Hwang bo pun terkekeh melihat sikap Jaejoong.
"Aku tidak menjaminnya Joongie, kau tahu suamiku itu jauh dari kata tampan."
"Omoo jangan bilang kau menikah dengan orang buruk rupa?"
"Aish kau ini, suamiku sangat mengagumkan, aku rasa anakku tumbuh menjadi pria cantik sepertimu." Ujar Hwang bo.
"Aku tampan ajhuma berhentilah mengatakan aku cantik, kau seperti beruang mesum itu saja." Kesal Jaejoong.
"Ahahahahaha." Junsu tertawa mendengar obrolan Hwang bo dan Jaejoong, mendengar tawa Junsu, Jaejoong pun melirik Junsu.
"Tidak ada yang lucu Junsu-ssi." Ketus Jaejoong, Junsu terdiam dan menahan tawanya. Jaejoong menghelakan nafas beratnya. Ia merindukan Yunho, baru beberapa jam saja mereka tidak bertemu tetapi mengapa rasanya begitu lama? Hari yang Jaejoong lalui cukup membuatnya bahagia, tidak ada kehidupan gemerlap lagi, tidak ada pelecehan para pria hidung belang padanya. Jaejoong nyaris berhasil melaluinya.
.
.
Waktu berjalan begitu cepat, bahkan hari sudah malam, saatnya Junsu untuk menutup Tokonya, Jaejoong pun sudah bersiap untuk pulang, Yunho telah menunggunya di depan Toko tersebut.
Jaejoong tersenyum saat Yunho telah berdiri di hadapannya, Junsu bahkan Hwang bo tersenyum pula melihat kedua pasangan di mabuk asmara tersebut.
"Jadi ini beruang mesum yang membuat kau lesu?" Ledek Junsu, Jaejoong pun melemparkan tatapan tajam terhadap Junsu, Yunho terkekeh pelan mendengarnya.
"Annyeonghaseyo. Aku Jung Yunho." Sapa Yunho ramah.
"Aku tahu Yunho-ssi Jaejoong sering menceritakanmu. Aku Park Junsu, dan ini ajhuma ku, Kim Hwang bo." Ujar Junsu, Yunho pun membungkuk hormat terhadap Hwang bo.
"Kita pulang sekarang hn?" Tanya Yunho, Jaejoong pun mengangguk.
"Junsu-ah, ajhuma aku pulang dulu."
"Ya, sebentar lagi Suamiku pun akan datang, hati-hati Jae." Jaejoong tersenyum dan mengangguk. Yunho pun menggenggam tangan Jaejoong dan berjalan. Jaejoong tersenyum, ia menyandarkan kepalanya kepada lengan Yunho, mereka berjalan santai menelusuri jalanan di kota Seoul dengan hiasan lampu yang begitu indah.
"Kau banyak ceritakan tentangku kepada temanmu itu hn?" Tanya Yunho.
"Jangan terlalu percaya diri, Junsu hanya mengarang."
"Ah, sangat mengecewakan. Ku kira kau mengatakan bahwa memiliki kekasih yang tampan dan gagah."
"Aku lebih tampan darimu." Ujar Jaejoong.
"Jangan berbohong." Ujar Yunho, Jaejoong pun mengerucutkan bibirnya.
"Aku merindukanmu Yun." Manja Jaejoong. Yunho terkekeh dan memeluk Jaejoong dengan begitu eratnya.
"Aku pun sangat merindukanmu Jae."
Terasa hangat walaupun udara dingin jika kau bersama dengan seseorang yang begitu menyayangimu. Genggaman erat bahkan pelukan hangat yang Yunho berikan kepada Jaejoong tersalurkan dengan sangat baik, Yunho sangat mencintai Jaejoong, bahkan ia akan menjaganya, tak peduli apapun yang ada di hadapannya saat ini. Kenyataan begitu menyakitkan ketika ia tahu, bahwa Ibunyalah yang menginginkan nyawa kekasihnya tersebut.
.
.
Waktu terus berjalan, tiga hari telah dilalui dengan kondisi aman, Seunghyun atau pun Yunho merasa lega akan hal ini, ia memang tidak tahu apa yang Yoo jin rencanakan, tetapi setidaknya Seunghyun ataupun Jaejoong aman.Hari ini Yunho mengajak Jaejoong ke makan Il woo. Yunho tersenyum dan menggenggam erat tangan Jaejoong di hadapan makan Ayahnya tersebut.
"Jung Il woo? Siapa dia Yun?" Tanya Jaejoong.
"Appaku Jae."
"Appa? Bukannya kau anak Woosung?" Yunho tersenyum dan menatap Jaejoong.
"Ini Appa kandungku, dan Woosung adalah orang tua angkatku Jae." Jaejoong mengangguk paham.
"Appa, kenalkan, dia Jaejoong, kekasih Yunho, bagaimana? Cantik bukan?" Ujar Yunho, Jaejoong segera mencubit keras lengan Yunho sehingga Yunho mengaduh kesakitan.
"Lihatlah Appa dia begitu menyeramkan." Adu Yunho.
"Berhenti mengadu Jung!" Kesal Jaejoong, Yunho tersenyum, ia kembali menggenggam tangan Jaejoong dan mengecup tangan tersebut dengan lembut.
"Tetapi, aku sangat mencintainya Appa, dia segalanya bagiku, aku tidak mungkin hidup tanpanya, aku sangat menyayanginya." Ujar Yunho, Jaejoong terdiam menatap Yunho, ia melihat ketulusan di mata Yunho.
"Tidak akan ada seorang pun yang mampu melukainya, tidak seorang pun." Jaejoong tersenyum lembut. Yunho mencintainya, dan itu faktanya, begitu pun sebaliknya. Tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi cinta Yunho terhadap Jaejoong.
.
.
Di lain tempat, tepatnya di kediaman Yoo jin, Yoo jin bergetar mendengar apa yang di katakan anak buah suruhannya tersebut.
"A-anak itu pembunuh bayaran?"
"Ya nyonya. Dia anak angkat Jung Woosung yang di temukan saat usia anak itu tujuh tahun. Saat ini ia tinggal sendiri, ia pun memiliki seorang kekasih bernama Song Jaejoong, awalnya ia bekerja sebagai bartender dan nyaris menjadi pelacur, tetapi Yunho membantunya." Yoo jin memijit keningnya yang terasa pening.
"Ia sering ke makam setiap akhir pekan." Lanjut pria itu.
"Makam?"
"Ya, makam bertuliskan nama Jung Il woo. Menurut orang di sana, itu adalah makam Appa Yunho."
"Apa? Il woo sudah meninggal?"
"Ya, ia di bunuh oleh istrinya, sementara itu Yunho di usir. Ah dan lagi Nyonya, ini belum saya pastikan kebenarannya. Song Jaejoong adalah anak dari Song Ji hyo yang berprofesi sebagai pelacur, tetapi Jaejoong bukanlah anak kandung Ji hyo, dua puluh tahun lalu ada seorang wanita yang menyerahkan bayi tersebut kepada Ji hyo. Kemungkinan besar itu adalah anak Tuan Hyun joong, ingatkah nyonya bahwa kita menemukan Nyonya Hwang bo di tempat yang sama dengan kediaman Jaejoong saat ini." Yoo jin terdiam, kemungkinan besar ya, dan lagi Yunho tak ingin dirinya mencari anak tersebut, Yoo jin tersenyum mendengarnya.
"Jadi? Yunho menjalin cinta dengan anak itu?"
"Ya, nyonya."
"Cari info lengkap tentang Jaejoong, dan jika benar ia anak Oppa langsung habisi dia, dan ingat jangan libatkan Yunho, lakukan saat anak itu jauh dari Yunho. Jika terjadi sesuatu pada Yunho, aku akan menghabiskan kalian, paham?!" Pria itu pun mengangguk paham, ia segera pergi dari ruang kerja Yoo jin, Yoo jin tersenyum senang, akhirnya penantian panjangnya akan berakhir.
"Ahaha Yunho-ah, kau tau? Tanpa sadar kau membantu Umma mendapatkan mangsa. Ahahahahahaha."Yoo jin tertawa dengan senangnya, apakah ia tahu bagaimana perasaan Yunho jika tahu hal ini? Tidakkah ia pikirkan perasaan anaknya, bahkan info Jaejoong lebih menarik dari pada info Yunho. Apakah mata Yoo jin telah tertutup akan keserakahan?
Apakah harta mampu membutakan mata hati seseorang?
Bagaimana nasib Jaejoong setelah Yoo jin tahu kebenarannya?Tbc
Maaf jika banyak typo.
Terimakasih votementnya.
Love u8 Januari 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND✔
FanfictionKetika Cinta itu hadir dan membutakan mata hati seseorang, tak peduli siapa yang ia cintai dan tak peduli pula siapa yang ia hadapi. Yunjae/Yaoi