Cuaca dingin begitu menusuk hingga ke tulang, tetapi seorang pemuda bermata musang tak mempedulikan akan hal tersebut, ia kini tengah berada di pemakaman, lebih tepatnya ia sedang berada di makam sang Ayah. Yunho menarik nafas beratnya sebelum ia meletakan bunga pada nisan tersebut.
"Aku datang lagi Appa. Apa kabarmu?" Monolog Yunho.
"Jujur aku sangat merindukanmu. Aku belum sempat membalaskan dendamku pada wanita itu Appa. Maaf jika aku masih seperti ini, aku tahu pasti Appa sangat kecewa. Maafkan Yunho."
Hanya berbicara seorang diri yang selalu Yunho katakan jika berkunjung ke makam tersebut, setelah hatinya tenang seperti biasanya Yunho akan lekas pergi. Bagaimana pun Yunho tak akan melupakan semua perbuatan yang pernah di lakukan ibu tirinya tersebut.
.
Yunho berlari menuju kamar sang ayah, ia sangat yakin ayahnya akan senang akan prestasinya, bahkan Yunho membawa piala yang ia menangkan. Yunho sungguh terkejut saat ia mendapati Ayahnya dengan wajah pucat meminta pertolongan kepada istrinya, tetapi wanita itu hanya terdiam dan tersenyum bahkan ia tak takut atau cemas ketika suaminya sekarat.
"Appppaaaaaaaaaaaaaaaaaa." Teriak Yunho menghampiri Appanya, wanita itu terkejut akan kehadiran Yunho. Yunho histeris melihat kondisi sang Ayah. Tuhan pun mengambil nyawa sang Ayah, mulai saat itulah Yunho ingin sekali melenyapkan wanita tersebut, tetapi sayang, ia masih begitu lemah tidak mampu melakukan apapun.
.
Di lain tempat, wanita cantik di usianya yang sudah terbilang tua sedang fokus pada beberapa berkas, sesekali ia memijit pakal hidungnya. Ada kemarahan di wajahnya, bahkan setelah melihat semua berkas tersebut wanita itu berteriak dan membuang kasar apapun yang ada pada meja kerjanya.
"Sial! Kenapa harus seperti ini? bodoh!" umpatnya. Ia segera mengambil ponselnya dan nampak menghubungi seseorang disana.
"Ajhusi! Kenapa kau lakukan ini semua? Kau sendiri tahu bukan, anak kandung Appa itu aku! Bukan Oppa! Mengapa seluruh harta ini di serahkan padanya. Ah dan lagi kenapa kau masih sangat yakin anak itu masih hidup! Ini tidak adil!"
"Seharusnya kau sadar Yoo jin-ah, Semua harta itu memang milik Hyun Joong. Bukannya aku sudah sering mengatakannya, bahwa kedua orangtuamu hanya membesarkan Hyun Joong di mansion tersebut, bahkan kedua orang tua Hyun joong membiarkan hartanya di gunakan orangtuamu dan dirimu. Bukannya seharusnya kita berterima kasih? Dengan ini kita menikmati hidup nyaman." Ujar seseorang di sebrang sana.
"Tidak! Aku tahu kau berbohongkan? Aku akan pastikan Ajhusi tidak akan dapat melakukan ini semua. Lagipula Oppa tidak berguna saat ini!"
Yoo jin nampak begitu sangat kesal dengan tindakan yang Pamannya lakukan. Ini untuk kesekian kalinya sang paman mengganggu kehidupannya, bahkan sebelum ini sang Paman pernah mencoba menghalangi dirinya untuk membunuh janin dalam kandungannya, Yoo jin tahu ia hamil karena ulahnya, sang kekasih memang berniat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, tetapi Yoo jin menolak, dengan alasan yang tidak jelas, akhirnya Yoo jin melahirkan anak tersebut, ia tak pernah mau melihat anak itu, bahkan Yoo jin tak pedulikan saat anak tersebut di bawa oleh kekasihnya.
Sungguh membingungkan memang apa yang kau inginkan, terkadang nafsu dan kekerakahan lebih mendominan dan membutakan mata hati kita.
.
.
Salju menyelimuti kota Seoul, Jaejoong berdiri di sebuah persimpangan jalan, bahkan sesekali ia melirik siapa pun yang melewati jalanan tersebut, sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Telinganya memerah karena dingin, ia terus mengusap kedua telapak tangannya bahkan ia semakin menaikan syal merah yang melingkar pada lehernya. Ia tak berniat pergi dari tempat tersebut, apakah seseorang itu begitu ia ingin temui?
Cukup lama Jaejoong berdiri, kemudian ia tersenyum di balik Syal miliknya saat melihat seseorang tengah berjalan menujunya. Kalian tau siapa yang Jaejoong tunggu? Yunho, itulah yang Jaejoong tunggu sedari tadi.
Melihat keberadaan Jaejoong, Yunho segera mempercepat jalannya dan menghampiri Jaejoong dengan wajah riangnya.
"Jaejoong-ah?" ujar Yunho, Jaejoong hanya berdeham dan kembali pada wajah datarnya saat berhadapan dengan Yunho. Setelahnya Jaejoong memberikannya paper bag yang berisikan jaket milik Yunho yang sempat di pinjamkan pada Jaejoong.
"Terima kasih pinjamannya." Ujar Jaejoong, Yunho hanya mampu menatap frustasi akan sikap Jaejoong padanya. Setelah mengucapkan terima kasih, Jaejoong membalikan tubuhnya untuk segera pergi, Jaejoong melangkah perlahan, ia berharap Yunho kembali memanggilnya tetapi tidak, hingga Jaejoong semakin jauh suara bass milik Yunho pun tidak terdengar menyebutkan nama Jaejoong, Jaejoong melirik sekilas, dapat ia lihat Yunho masih berada di sana.
"Apakah kau sudah menyerah Yun?" Gumam Jaejoong di balik syal merahnya, Jaejoong kembali melanjutkan perjalanannya, sementara Yunho masih tetap menatap Jaejoong yang semakin tidak nampak, hari ini ia akan mengikuti apa mau Jaejoong, Yunho tak akan mengganggunya lagi, Yunho tahu benar siapa dirinya. Hanya orang hina yang selalu mengotori tangannya dengan darah dan nyawa orang lain hanya demi uang. Yunho sangat sadar akan hal itu.
.
Jaejoong berjalan menelusuri kota Seoul yang begitu dingin menuju rumahnya, sepertinya malam ini bar akan tutup pasca kejadian beberapa waktu lalu. Apa yang harus Jaejoong kerjakan untuk menghasilkan uang? ia tidak bisa terus menunggu bar tersebut kembali beroperasi, jika boleh jujur Jaejoong pun lelah harus bekerja di tempat terkutuk seprti itu, tetapi apa boleh buat? Ia bukan orang berpendidikan, bahkan ia tak memiliki ijazah, dapat membaca, menulis, atau berhitung pun sudah bersyukur. Jaejoong berpikir, sampai kapan nasibnya akan berubah? Haruskah terus seperti ini? Hidup dalam kekurangan dan penuh dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND✔
FanfictionKetika Cinta itu hadir dan membutakan mata hati seseorang, tak peduli siapa yang ia cintai dan tak peduli pula siapa yang ia hadapi. Yunjae/Yaoi