I

11.2K 881 30
                                    

Kim’s Mansion, Seoul.
Sesosok wanita paruh baya meringkuk di tempat tidur besar yang begitu mewah, rambutnya begitu berantakan, bahkan tubuhnya begitu kurus layaknya tulang berbalut dengan kulit, matanya membengkak, tetapi tak dapat di temui air mata dari mata indahnya, ku rasa air mata itu sudah kering karena ia terus saja mengeluarkannya.
“Dia belum juga mau makan hari ini?” Tanya seorang wanita yang menatap sosok yang meringkuk tersebut di pintu kamar tersebut.
“Belum Nyonya Yoo. Nyonya Hwang menolak makan, jika kami memaksanya ia akan mengamuk.” Yoo jin pun melirik maid tersebut sekilas dan mengangguk paham.
“Baiklah, biarkan saja ia seperti itu.” Yoo jin melangkahkan kakinya keluar, tetapi langkahnya terhenti saat Hwang bo mulai membuka suaranya.
“Jangan bunuh anakku! Kau pembunuh! Kau pembunuh suamiku!” teriak Hwang bo, Yoo jin hanya mampu mengepalkan tangannya.
“Tolong berikan obat padanya agar dia tenang, aku akan melihat kondisi Oppa.” Sang Maid pun mengangguk paham, Yoo jin keluar tanpa mempedulikan teriakan Hwang bo yang meneriakinya pembunuh. Setelah dari tempat Hwang bo, Yoo jin menuju kamar yang tidak jauh dari kamar yang sebelumnya ia kunjungi. Ia memasuki kamar tersebut sendiri, kamar yang begitu hening, sang pemilik kamar tersebut masih setia menutup matanya, sudah hampir 20 tahun sosok pria tersebut tertidur dengan begitu pulasnya, sepertinya ia enggan untuk bangun.
Yoo jin menatap pria pria tersebut, ia hanya terkekeh kecil melihat kondisi pria tersebut seperti mayat hidup, ia hanya tertidur tanpa berniat untuk bangun.
“Bagaimana kabarmu Oppa? Aku tidak menyangka kau mampu bertahan sampai saat ini, jika saja kau itu tidak berguna untukku, aku langsung menyuruh mereka mengirimmu ke surga. Kau tau? Istrimu mengira kau sudah mati, dan kau tahu? Anakmu kini entah dimana, jika saja istri bodohmu itu tidak membawanya pergi, aku pastikan ia telah mati Oppa.” Yoo Jin masih menatap Hyun Joong yang tertidur tersebut.
Appa dan Umma terlalu membanggakanmu, padahal kau itu hanya anak angkat bukan? mengapa kau yang berhak atas semua ini? ini tidak adil Oppa, Aku akan terus mencari anakmu, dan akan aku pastikan ia akan mati sebelum ajhusi menemukannya.” Yoo jin tersenyum, ia pun segera meninggalkan ruangan tersebut, tanpa Yoo jin ketahui, Hyun Joong pun mengeluarkan air mata dari matanya yang masih setia terpejam.
.
.
Semua seakan tertutup oleh nafsu.
Nafsu akan keserakahan.
Nafsu cinta, bahkan nafsu memiliki.
.
.
Yunho memberikan sebuah Pistol berjenis SIGP250 kepada kerabatnya, Yunho sudah berhenti untuk menggunakan senjata tersebut, kalian tahu apa alasannya? Ia tak ingin Jaejoong menatapnya semakin hina.
“Aku pakai dulu milikmu ini.”
“Pakai saja, aku sudah menjauh dari benda tersebut.” Seunghyun hanya mampu tertawa dan menepuk bahu Yunho yang duduk tepat di sampingnya.
“Kau takut si Bartender cantik itu semakin membencimu?” Yunho hanya mampu mendengus geli mendengar ucapan Seunghyun yang benar.
“Dia begitu mempesona.” Ucap Yunho, Seunghyun pun tertawa mendengarnya, ternyata beginilah temannya jika jatuh cinta? Sedari usia mereka 16 tahun, Seunghyun tak pernah melihat Yunho seperti ini, ia lebih mudah tersenyum, sangat berbeda.
“Kau akan gunakan untuk apa pistol tersebut? Mendapat tawaran untuk melenyapkan seseorang lagi?” tanya Yunho, Seunghyun pun mengangguk.
“Tetapi kurasa ini cukup sulit. Tidak ada photo, aku hanya mendapat ciri saja.” Yunho menyeritkan dahinya heran.
“Kenapa seperti itu?”
“Dia adalah anak orang kaya yang hilang kira-kira 20 tahun lalu. Menurut mereka dia hilang di sini, ia mempunyai tanda lahir di punggungnya.”
“Lalu kau mau memeriksa seluruh punggung orang? Ahahaha.”
“Ash. Jika bayarannya tidak besar aku tak akan menerimanya.”
“Lalu bagaimana setelah bertemu?”
“Aku harus segera menghabisinya.”
“Kenapa?” Tanya Yunho. Seunghyun pun tersenyum meledek Yunho.
“Kau lupakan pekerjaan kita Yun, kita hanya bekerja tanpa mencari tahu alasan mereka.” Yunho pun tersenyum. Begitukah pekerjaannya selama ini? berapa banyak nyawa tak berdosa hilang di tangannya.
“Sebaiknya aku pulang, terimakasih telah meberikanku ini, ahaha ini barang yang bagus Yun. Ah semoga kau berhasil merebut hati si bartender cantik itu sebelum di dahului para lelaki hidung belang.” Yunho pun mengangguk, Seunghyun pergi meninggalkan Yunho yang masih terdiam.
.
“Hiks Apppaaaaaaaaa! Appa tidak boleh mati, hiks jangan tinggalkan Yunho.”
“Bawa anak itu pergi ke panti yang sangat jauh. Ia tidak kita butuhkan.” Yunho mendengar ucapan wanita yang tak lain Umma tirinya, Yunho tahu kematian Appanya akibat wanita tersebut. Yunho mengepalkan kuat tangannya dan berdiri menatap tajam wanita tersebut.
“Kau pembunuh! Appa mati karena mu!” Wanita itu menatap penuh amarah terhadap Yunho.
“Bicara apa kau! Cepat bawa ia pergi!”
“Baik Nyonya.” Yunho pun di bawa paksa oleh beberapa orang berjas hitam, ia tak mampu melawan karena usianya yang begitu muda saat itu. Yunho di buat pingsan, bahkan saat ia tersadar ia telah berada di tempat yang tak sama sekali ia ketahui.
.
1 minggu setelah berada di sana, Yunho memutuskan untuk pergi. Ia berhasil. Yunho tak menemukan tempat yang layak bahkan ia harus menjadi pengemis untuk dirinya bertahan hidup. Hingga suatu malam Yunho bertemu dengan Pria bernama Jung Woosung, Yunho menatap dengan mata kepalanya sendiri Woosung membunuh seseorang, tubuhnya bergetar karena takut, bahkan ketakutannya membuat Woosung tahu akan keberadaan Yunho. Woosung menghampiri Yunho, tetapi Yunho mencoba berani, bahkan saat Woosung mengarahkan pistolnya kepada Yunho.
“A-ajhusi! Bu-buat aku sepertimu. Jebal!” Woosung terdiam, bagaimana mungkin anak seusia 7 tahunan tersebut meminta untuk menjadi sepertinya?
.
Yunho mengusap kasar wajahnya, jika bukan karena dendam, ia tak mungkin menjadi seperti ini, bahkan sampai saat ini ia belum dapat membunuh wanita yang membuatnya hancur. Yunho sangat tahu, semua kekayaan itu miliknya, tak mungkin wanita itu mendapatkan semua harta tanpa adanya kebohongan yang ia buat. Yunho tak pedulikan akan harta itu, untuk saat ini, kapan waktunya ia membunuh wanita tersebut.
Yunho menatap jam dinding, sudah waktunya Jaejoong bekerja, ia harus kesana melihat namja cantik kesayangannya tersebut. Mungkin ia berhenti menjadi seorang pembunuh demi Jaejoong, tetapi maaf, Yunho tak bisa berhenti untuk tidak membalaskan dendamnya kepada Ibu tirinya.
.
Suara music keras, bahkan gerakan meliuk seirama dengan music yang terdengar, gemerlap lampu menambah indah suasana Bar tersebut. Beberapa wanita malam sudah beraksi untuk menggoda para lelaki hidung belang yang siap membayar tubuh mereka. Mata Yunho hanya fokus pada sosok kesayangannya yang tersenyum meracik minuman untuk para ‘tamu’ tempat laknat ini.
“Jae, mau menemaniku malam ini? aku akan memberikanmu uang yang sangat banyak.” Ujar lelaki tersebut, Jaejoong hanya memutar bola matanya karena malas melihat lelaki tua yang kini menawar dirinya.

BLIND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang