IV

6.2K 648 31
                                    

Jaejoong tersenyum riang, bagaimana tidak, ia melewati malam yang begitu istimewa dengan seseorang yang sangat istimewa pula untuknya.
"Dari mana kau semalam?" Ujar Ji hyo melihat kedatangan Jaejoong.
"Rumah Yunho." Jawabnya singkat sesuai dengan apa yang Ji hyo tanyakan.
"Mengapa kau tidak langsung pulang? Kau tau semalaman aku mencarimu! Jangan mendekati tempat Hyuk Jae lagi, ia memang sengaja ingin menjadikanmu budaknya Jae." Jelas Ji hyo, Jaejoong pun mengangguk paham.
"Yunho sudah membayarkan seluruh hutang kita, jadi umma tenang saja, lelaki tua itu tak akan mengganggu kita lagi." Ujar Jaejoong, Ji hyo hanya mampu menghelakan nafas leganya. Jaejoong segera berlalu dari hadapan Ji hyo, tetapi langkahnya terhenti saat Ji hyo memanggilnya.
"Apa yang kau lakukan semalam dengan Yunho?" Tanya Ji hyo skakmat. Jaejoong hanya terdiam sejenak.
"Tidak ada." Jawabnya.
"Bohong! Cara jalanmu dan tanda ungu ini bukti kau dan Yunho-.. ash!" Ji hyo mengusap kasar tanda di leher Jaejoong, tetapi Jaejoong menghalanginya.
"Salahkah? Kami lakukan ini atas dasar Cinta, bukan uang." Ji hyo hanya diam terpaku, ya benar, mereka lakukan semua ini karena Cinta bukan uang, tetapi apakah Jaejoong tahu alasan Ji hyo sangat menjaganya?
Ji hyo yakin suatu saat nanti keluarga Jaejoong akan datang membawanya, lalu bagaimana anggapan mereka jika Jaejoong menjadi buruk? Bukankah wanita itu memberikan Jaejoong padanya karena percaya? Ji hyo sangat menyayangi Jaejoong, Ji hyo sudah menganggap Jaejoong anak kandungnya sendiri, ia tak ingin Jaejoong hancur, ia tak ingin Jaejoong di pandang buruk. Ji hyo tak inginkan itu semua.
"Arraseo, sebaiknya kau segera istirahat. Umma akan pergi membeli sesuatu. Tidurlah." Ucap Ji hyo. Jaejoong memandang perubahan sikap Ji hyo, ia tak mengerti apa yang ada di pikiran Ji hyo, Ji hyo selalu melarangnya melakukan segala sesuatu, dan setelah itu Ji hyo akan marah besar, tetapi mengapa saat ini ia diam, apakah ucapan Jaejoong menyinggungnya?
.
.
Seperti butiran salju yang turun menghantarkan dingin dan indahnya pemandangan akibat putih bersih dirinya.
Begitupun kehadiranku yang semata untuk membuatmu tersenyum.
.
.
Junsu merawat Hwang bo dengan begitu telatennya, ia menjaganya layaknya orangtuanya sendiri, jelas saja karena Junsu pun rindu akan sosok seorang Ibu.
"Ajhuma makanlah yang banyak, jika Ajhuma sehat, pasti dengan mudah kita temukan anak Ajhuma." Ujar Junsu tersenyum sembari menyuapi makanan kepada Hwang bo, Yoochun tersenyum dengan tingkah istri manisnya tersebut.
"Boleh kami tau nama anakmu?" Tanya Yoochun hati-hati, Hwang bo pun terdiam. Junsu melempar tatapan kepada Yoochun, begitu pun sebaliknya karena kebisuan Hwang bo.
"Sebaiknya tak usah di paksakan-.."
"Aku tak tahu nama anakku, 20 tahun lalu aku menyerahkan anakku kepada seorang wanita dan aku tak tahu dimana dia sekarang, aku sangat takut, mereka ingin membunuh anakku." Ujar Hwang bo menatap Yoochun dengan mata berkaca, Yoochun dan Junsu mengerti perasaan Hwang bo saat itu, ia tak memaksakan Hwang bo untuk bercerita lebih jauh. Mental Hwang bo memang dalam kondisi tidak baik, tetapi seluruh ingatannya masih cukup baik untuk mengingat sesuatu. Semua butuh proses, dan Yoochun yakin Hwang bo akan baik-baik saja.
.
.
Waktu berjalan dengan begitu cepat, dua minggu pun telah berlalu, hubungan Jaejoong dan Yunho berjalan dengan sangat baik, perasaan mereka pun semakin menguat setiap harinya. Yunho tak akan membiarkan seseorang menyentuh kekasihnya tersebut, Yunho begitu menyayanginya tak peduli seberapa bahaya dirinya berada di dekat Jaejoong, begitukah Cinta? Membutakan.

Yunho menunggu Jaejoong di depan gang rumah Jaejoong, mereka telah berjanji kemarin akan bertemu pukul 10 pagi. Senyum Yunho terukir ketika ia menemui sosok cantik kekasihnya yang telah berjalan ke arahnya.
"Kau menunggu lama?" Tanya Jaejoong, Yunho pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak juga, menunggu lama pun asal menunggumu aku bersedia." Gombal Yunho membuat semburat merah pada pipi Jaejoong.
"Berhenti merayu atau aku pukul dirimu!" Ujar Jaejoong, Yunho terkekeh melihat sikap Jaejoong. Ia tahu Jaejoong senang akan gomabalannya tersebut, tetapi masih seperti biasa, ia malu untuk menunjukannya.
Yunho mengambil tangan Jaejoong dan menyerahkan sebuah ponsel.
"Pakai ini agar kita mudah berkomunikasi." Mata Jaejoong membulat melihat benda yang Yunho berikan padanya.
"A-aku tidak bisa menerima ini Yun." Ujar Jaejoong dan kembali menyerahkan ponsel tersebut kepada Yunho, Yunho pun berdecak kesal dan kembali menyerahkan ponsel tersebut, sungguh malang nasib ponsel tersebut menjadi operan antara sepasang kekasih tersebut.
"Pakai saja, kau tak menghargai sekali pemberianku ini hn?" Ujar Yunho.
"Bukan seperti itu bodoh! Tapi ini barang mahal Yun, aku tak butuh. Kita seperti ini saja, bertemu langsung." Tangan kekar Yunho pun menggenggam bahu Jaejoong, ia menatap mata indah Jaejoong.
"Bukan masalah bertemu langsung atau tidaknya, dengan benda itu aku bisa setiap saat memantaumu. Terimalah." Cukup lama Jaejoong terdiam dan akhirnya ia menganggukkan kepalanya.
"Terima Kasih Yun." Ujarnya tersenyum, Yunho pun membalas senyuman tersebut, bahkan ia mengecup sekilas bibir Jaejoong tak peduli saat ini mereka sedang berada dimana. Jaejoong menatap Yunho dan menggigit bibir bawahnya usai kecupan manis tersebut.
"Ah ya, dari mana kau dapatkan uang untuk membeli ini? Jangan katakan kau kembali menghilangkan-.." ucapan Jaejoong terhenti, ia tahu akan pekerjaan Yunho sebenarnya, ia tak sengaja mendengar percakapan Yunho dan Seunghyun beberapa hari lalu.
"Tidak Jae, sudah aku katakan padamu bukan? Aku telah berhenti dari pekerjaan kotor itu. Barang itu aku dapatkan darisisa uang tabunganku." Jelas Yunho, merasa tak enak Jaejoong kembali menyerahkan ponsel tersebut kepada Yunho.
"Ambil lagi ponselnya, mengapa membuang-buang uang untuk hal yang tak berguna."
"Tsk! Kau ini benar-benar keras kepala ya. Pakai ponsel itu atau aku akan-.."
"Apa?" Tantang Jaejoong. Yunho benar-benar tak dapat berkutik ketika berhadapan dengan Jaejoong. Jaejoong menatap Yunho menunggu atas jawaban yang akan Yunho berikan, tetapi Yunho hanya tersenyum.
"Tidak, ah bukannya hari ini adalah hari pertamamu bekerja, ayo aku antarkan." Yunho mengalihkan pembicaraannya dengan Jaejoong, Jaejoong tahu akan hal ini, ia pun berdecak kesal dan memutar kedua bola matanya.
"Jung kau menyebalkan!" Kesal Jaejoong, Yunho pun terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sebaiknya kita cepat pergi, ini hari pertamamu Jae, jangan sampai terlambat." Jaejoong mengangguk paham. Yunho pun mengantarkan Jaejoong menuju tempat kerjanya di sebuah Toko Kue. Jaejoong tahu, upah yang ia dapatkan tidaklah banyak, tetapi ia yakin, pekerjaan ini aman dan tak membuat Yunho ataupun ummanya cemas.
.
Yunho dan Jaejoong sudah sampai di Park's Bakery, Yunho melihat tempat tersebut dan memperhatikannya dengan begitu teliti.
"Tidak ada pekerja lain?" Tanya Yunho melihat kondisi Toko yang terbilang sepi.
"Hanya aku, pemilik tempat ini awalnya tak mempekerjakan seseorang, tetapi aku memaksanya. Lagi pula Toko ini masih sangat baru Yun." Jelas Jaejoong, Yunho pun kembali mengangguk paham atas penjelasan Jaejoong.
"Ya paling tidak tak banyak mata lelaki mesum yang menatapmu dengan nafsu." Ujar Yunho.

BLIND✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang