"Kau bodoh ya?" ejek siswi perempuan seraya tertawa.
"Teman-teman lihat anak ini! Uh! aneh 'kan?" Ia menunjuk gadis kecil bermata ungu dihadapannnya.
Gadis kecil itu menunduk dalam.
"Dia berkata padaku, bahwa dia seorang penyihir lho! Hahaha, benar-benar gadis gila dengan soflens ungu! Kau pikir aku percaya padamu?" ujar gadis itu panjang lebar.
"Si ... apa?" tanya gadis kecil dengan suara kecil.
"Apa?" sahut siswi perempuan itu.
Gadis kecil itu mengangkat kepalanya, menatap lurus siswi perempuan itu. "Siapa namamu?"
"Ah, aku? Vannessa Larathia," jawab siswi itu.
Gadis kecil yang baru saja mengenakan seragam sekolah hari ini itu, tersenyum kecil. "Namaku Ravindra Veronsia," ujarnya.
Gadis itu bangkit. Vannessa sontak mundur beberapa langkah karena kaget.
Ravindra menatap Vannessa dalam. "Sampai bertemu nanti Vannessa Larathia yang tidak percaya penyihir."
Kemudian, Ravindra pergi, meninggalkan Vannessa yang mematung di kantin sekolah kebingungan.
-o0o-
Vannessa berguling diatas kasurmya, benaknya masih melayang pada peristiwa tadi di kantin sekolah.
"Cih. Anak baru itu, ingin membodohi aku apa?! Terus dia mau menakutiku?! Dia pikir aku sebodoh apa?!" umpatnya.
Namun, pada kenyataannya, Vannessa tidak tenang sendari tadi. Dia berpikir betapa seramnya tatapan gadis yang ia hina di depan banyak orang tadi.
hihihi
suara tawa perempuan mengelitik pendengaran Vannessa. Ia bangkit dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari kearah sumber suara.
"Hallo, Vannesa, hihihi." Tampaklah seorang gadis berpakaian serba ungu berdiri di hadpaannya.
"Siapa kamu?! Bagaimana kamu ..."
Gadis itu menggerakan sebuah tongkat dalam genggamanya. Setelahnya kantuk segera menyerang Vannessa.
"bisa di kamarku..."
Bruk! Vannesa jatuh ke lantai, semuanya menggelap.
-o0o-
"Nona.. Nona!"
Vannessa membuka matanya perlahan. Pandangannya samar-samar perlahan menangkap sosok banyangan aneh di hadapannya.
"Nona tidak apa-apa?" tanya sesosok mahluk kecil bersayap yang ada di negri sihir, buku dongeng.
Vannesa menjerit kaget. "KAMU APA?!"
Sosok itu tersenyum. Ia terbang mengitari tubuh Vannesa yang gemetar ketakutan. Tangan mungilnya mengelus kepala Vannesa lembut.
"Kamu manusia ya? Ada kontrak dengan seorang penyihir?" tanya mahluk itu yang malah membuat Vannessa semakin takut dan bingung.
Mahluk itu terbang lagi, kali ini ia berhenti tepat dihadapan Vannessa. Kemudian gemerlap cahaya biru berpendar ke udara. Bersinar terang, sampai membuat Vannesa menutup matanya.
"Hai manusia! Perkenalkan namaku Darcia. Aku tidak mengikat kontrak denganmu kok. Aku hanya memperkenalkan nama seperti manusia pada umumnya," ujar seorang gadis serba biru yang berasal dari mahluk kecil yang dinamai peri.
Vannessa mengerjapkan matanya beberapa kali. "Aku Vannesa Lara--"
Jari telunjuk gadis itu menghentikan mulut Vannessa yang bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Waktu Cipta Cerita
Historia CortaCerita yang dibuat untuk menepis Sang Waktu . . P.s: Ini kumpulan cerpen dengan genre yang sangat random.