Semilir angin malam berhembus menyapas sesosok bayangan hitam yang berlari melintasi kegelapan. Matanya melirik awas ke kanan dan ke kiri.
Sosok itu berhenti, tepat di sebuah rumah mewah. Dirinya memanjat pagar dengan gesit dan mengendap-ngendap menghampiri petugas keamanan yang setengah tertidur.
"Selamat malam, Pak!" sapa suara imut kekanakan itu.
Tanpa sempar petugas keamanaan itu menoleh untuk melihat siapa yang menyapanya, sosok hitam itu menggoreskan pisau tepat di lehernya.
"Mimpi indah," bisiknya dengan kekehan kecil.
Sosok itu meninggalkan mayat petugas keamanan itu dan berjalan santai memasuki rumah. Semilir angin kembali berhembus, menyebabkan tudung hoddienya terbuka.
Menampilkan wajah cantik seorang gadis dengan seringaian yang tercetak jelas. Kemudian, tangannya terangkat perlahan dan merapikan tudungnya, seraya mengeluarkan sebuah kunci dari besi.
Memasukannya ke lubang kunci di pintu utama rumah itu dan--
Ceklek!
Pintu itu terbuka. Gadis itu merapikan hoddienya sekali lagi, menariknya hingga batas mata dan berjalam cepat menuju kamar utama rumah itu.
Krieett ...
Pintu berdecit perlahan. Tangannya menyalakan lampu, dan tampaklah seorang laki-laki yang tengah tidur lelap.
Gadis itu mendekat. Mengendap-endap tanpa suara kebelakang tempat tidur. Dan ... dia berbisik sangat merdu di telinga laki-laki itu.
"Mimpi indah, Om."
Laki-laki itu terbangun dan melompat kaget. Gadis langsung melompat dan menikam laki-laki itu. Jeritan kesakitan yang luar biasa merdu itu terdengar. Namun, tak ada yang datang menghampiri.
" ... Anissa ... ka-kamu ..."
Blash!
Pisau itu langsung tertancap tepat di jantung laki-laki itu dan ia tewas seketika.
---
"AAAAA!!" teriak Anissa ketakutan. Dirinya dihantui mimpi buruk belakangan ini. Isak tangisnya pecah begitu saja.
"Tidak! Tidak! Ini pasti mimpi!" serunya menenangkan diri.
Tok! Tok!
Ketukan pintu terdengar lagi. Seperti malam-malam sebelumnya. Tak lama lagi akan ada kabar buruk yang terucap dari bibir manis Sang Ayah.
"Nissa ... coba kamu tebak, Om Frans, Kakak Ayah meninggal karena terbunuh oleh sosok misterius tanpa jejak setitikpun," ujar Sang Ayah.
"Tidak! Nggak! Itu nggak mungkin! Ini semua hanya mimpi! Semua yang meninggal beberapa hari ini hanya mimpi! Semuanya mati hanya di mimpi!" teriak Anissa histeris.
Pintu terbuka perlahan. Menampilkan Sang Ayah yang telah berpakaian serba hitam untuk pergi berkabung karena peristiwa meninggalnya Kedua Kakaknya.
Granda dan Frans.
Granda baru saja meninggal dua hari lalu, dengan luka tusukan diseluruh tubuh, dengan kedua bola mata yang lenyap. Kabarnya Granda dibunuh oleh sosok misterius yang meninggalkan tanda "Mimpi Indah." dengan darah pada dinding kamar Granda.
Frans meninggal dini hari tadi, dengan luka tikaman di perutnya, usus yang berserakan, lambung yang menghilang. Perkiraannya Frans dibunuh oleh sosok mistserius yang sama karena di dinding kamarnya tertulis "Mimpi Indah."
Granda dan Frans adalah anak pertama dan kedua seorang pengusaya kaya yang telah meninggal 1 bulan yang lalu. Merekalah pemilik hak waris perusahaan. Namun, naasnya mereka terbunuh begitu saja. Tinggalah dia seorang diri.
"It's not dream, baby, Ayah sayang kamu Nissa, terima kasih," ujarnya sesaat sebelum Sang Ayah pergi.
---
Semilir angin malam berhembus menyapas sesosok bayangan hitam yang berlari melintasi kegelapan. Matanya melirik awas ke kanan dan ke kiri.
Sosok itu berhenti, tepat di sebuah rumah mewah. Dirinya memanjat pagar dengan gesit dan mengendap-ngendap menghampiri petugas keamanan yang setengah tertidur.
"Selamat malam, Pak!" sapa suara imut kekanakan itu.
Tanpa sempat petugas keamanaan itu menoleh untuk melihat siapa yang menyapanya, sosok hitam itu menggoreskan pisau tepat di lehernya.
"Mimpi indah," bisiknya dengan kekehan kecil.
Sosok itu meninggalkan mayat petugas keamanan itu dan berjalan santai memasuki rumah. Semilir angin kembali berhembus, menyebabkan tudung hoddienya terbuka.
Menampilkan wajah cantik seorang gadis dengan seringaian yang tercetak jelas. Kemudian, tangannya terangkat perlahan dan merapikan tudungnya, seraya mengeluarkan sebuah kunci dari besi.
Memasukannya ke lubang kunci di pintu utama rumah itu dan--
Ceklek!
Pintu itu terbuka. Gadis itu merapikan hoddienya sekali lagi, menariknya hingga batas mata dan berjalam cepat menuju kamar utama rumah itu.
Krieett ...
Pintu berdecit perlahan. Tangannya menyalakan lampu, dan tampaklah seorang laki-laki yang tengah tidur lelap.
Gadis itu mendekat. Mengendap-endap tanpa suara kebelakang tempat tidur. Dan ... dia berbisik sangat merdu di telinga laki-laki itu.
"Mimpi indah, Ayah."
"Ke ... napa?" tanya Sang Ayah.
"Ayah, pikir ... aku memihak Ayah?"
---
"AAAAA!!" teriak Anissa ketakutan. Dirinya dihantui mimpi buruk belakangan ini. Isak tangisnya pecah begitu saja.
"Tidak! Tidak! Ini pasti mimpi!" serunya menenangkan diri.
Tok! Tok!
Ketukan pintu terdengar lagi. Seperti malam-malam sebelumnya. Tak lama lagi akan ada kabar buruk yang terucap dari bibir manis Sang Ayah.
"Nissa ... Ayahmu meninggal di rumah dinasnya ...," namun kali ini bukan Ayah yang membawa kabar buruk.
Seringaian Anissa tercetak begitu saja.
"Nissa ... hak waris perusahaan jatuh ketanganmu."
-End-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Waktu Cipta Cerita
Kısa HikayeCerita yang dibuat untuk menepis Sang Waktu . . P.s: Ini kumpulan cerpen dengan genre yang sangat random.