Seorang gadis berpakaian rapi sedang berdesak-desakan untuk mencari namanya di atas papan. Ia meringis beberapa kali, saat tubuh kecilnya sedikit terhempas diantara lautan manusia.
"Nah!" serunya saat berhasil menyentuh papan tulis nama itu setelah sekian lama.
"Erlin Novidya," gumamnya saat melihat namanya ada di paling atas tabel siswa yang lolos ujian matematika.
Erlin turun sedikit bergerak ke nomor dua.
"Candra Wijaya," gumamnya sebelum dia benar-benar terhempas ke luar lautan manusia itu dengan kasar.
Erlin menutup matanya, bersiap untuk jatuh menyentuh tanah dengan malu. Namun, setelah beberapa detik, dia tak merasakan sakit. Erlin pun membuka matanya dan terbalak melihat siapa yang menangkapnya.
"EEH." Erlin menjerit dan segera bangkit dari kedua tangan Candra yang menangkapnya.
Candra menatap Erlin garang. "Lu ngapain jatoh di depan gue? Apa mentang-mentang udah ngalahin gue diujian mat?"
Erlin mengangkat kepala untuk bisa bertatapan mata dengan Candra. "Makasih ya udah nangkep gue. Kalo iya kenapa?"
Padahal itu nggak sengaja sih, batin Erlin terkikik.
"Sok pinter. Padahal di rumah kerjaannya baca novel doang," ujar Candra meremehkan.
"Emangnya elo cuma main game 'kan?" balas Erlin tak mau kalah.
Candra mengepalkan tangannya dan berbalik ingin pergi, namun kalimat Erlin berikutnya membuatnya berhenti.
"Eist. Jangan kabur, ada hukumanya lho. Ingat 'kan?"
Candra menghela napas dan kembali menghadap Erlin. "Apa?"
"Gue minta nomor lu."
Candra pun mematung sesaat mendengarnya. "Apa?!"
Erlin mengangguk yakin. "Iya nih tulis." Ia menyodorkan ponselnya ke Candra.
Candra menghela napas dan segera membiarkan jarinya menari di atas keyboard ponsel Erlin.
"Oke makasih." Setelahnya Erlin segera berlalu pergi untuk menetralkan detak jantungnya.
Sementara Candra tak berhenti mengulum senyum yang bahagia.
-o0o-
Malam itu, Erlin mencoba menghubungi Candra dengan nomor yang ia dapatkan. Erlin tersenyum saat mulai mengetik nama laki-laki saingannya itu diatas keyboard.
Candra? -Erlin
Candra yang tengah membolak-balik buku Fisika itu langsung membalas Erlin dengan senyuman yang lebar.
Besok ujian fisika. Kalau lu kalah, lu harus jalan sama gue. -Candra
Erlin yang membaca itu sontak langsung membuka buku fisikanya dan mulai belajar sampai larut malam.
-o0o-
"Anak-anak nilai ujian sudah bapak tempelkan dipapan pengumuman," ujar guru Fisika setelah bel pulang sekolah berbunyi.
Sontak murid 11 A.1 itu segera berhamburan keluar untuk melihat nilai itu. Tak terkecuali Erlin dan Candra.
Erlin dengan tubuh kecil kembali berusaha melihat papan itu dengan penuh perjuangan. Tak lama tubuhnya terdorong ke depan.
"Dasar kecil." Candra mengatakan itu seraya membantu Erlin masuk menerobos kerumunan.
Mereka bedua tiba bersama. Keduanya menelan ludah takut. Keduanya sama-sama tersenyum saat mengetahui hasilnya.
1. Candra Wijaya 100
2. Erlin Novidya 98"Oke. Lu jalan sama gue sabtu ini," ujar Candra dengan nada yang lebih lembut dari biasanya.
Mereka berdua keluar dari kerumunan itu bersama, setelahnya Erlin membuka percakapan mereka dengan, "Besok ujian Biologi. Kalau gue menang, lo traktir gue nonton."
Candra tersemyum. "Oke. Lo akan kalah lagi."
"Tidak akan semudah itu," ujar Erlin seraya menyilangkan kedua tangannya diatas dada.
Esoknya Erlin memenangkan ujian biologi.
-o0o-
Sabtu ya. Gue jemput jam tujuh. Kita nonton gue yang bayar. Dadan yang cakep. Awas lu kalah cakep sama gue. Nanti hukumannya lu harus jadi pacar gue. -Candra
Erlin tertawa membaca pesan itu, begitu juga Candra saat mengirimnya.
Oke -Erlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Waktu Cipta Cerita
Historia CortaCerita yang dibuat untuk menepis Sang Waktu . . P.s: Ini kumpulan cerpen dengan genre yang sangat random.