2.rasa penasaran

86 24 12
                                    

NATA POV

Hari ini adalah hari pertamaku masuk kesekolah baruku. Sebenarnya, aku terlalu malas untuk pindah kesekolah ini, karena aku sudah merasa nyaman dengan sekolah lamaku. Ini semua karena Ayahku yang ingin aku pindah kesekolah yang lebih bagus daripada sekolah lamaku.

Hari pertama masuk sekolah, aku sangat bersyukur karena masih tidak ada kegiatan yang mengharuskan diriku memutar otakku. Hei, aku bukanlah anak bodoh dan pemalas yang tidak suka belajar, hanya saja aku bosan dengan pelajaran yang harus diulang-ulang oleh guru pengajar meskipun aku sudah menguasainya.

Setelah memasuki lapangan parkir disekolah ini, aku memarkirkan mobilku dan beranjak keluar untuk menuju kelas.
Aku mencari kelas 12 IPA 2, karena kata Ayah aku dimasukkan ke kelas tersebut. Aku mulai melangkahkan kaki dikoridor sekolah yang mulai sepi, mencari kelas yang aku sebutkan tadi. Sekarang, aku tiba di depan perpustakaan, tempat ini terlihat sangat sepi dan juga angker disaat seperti ini. Aku terus berjalan dan mataku menangkap sosok gadis perempuan sedang berjalan mengendap-endap melewati perpustakaan. Aku sempat tertawa melihat tingkahnya yang lucu saat seperti itu, dengan perlahan akupun mendekatinya, dia tampak gugup saat aku mulai mendekat, dan setelah itu aku memegang bahunya. Dia tersentak, perlahan-lahan dia mulai menoleh dan terkejut begitu melihatku.

"Ngapain lo lewat sini? Bukannya bel masuk udah bunyi sejak 20 menit yang lalu? Jangan-jangan lo telat ya?" tanyaku kepada gadis yang ku lihat tadi. "Emm..anu..itu..gu gue..tadi mau keperpus. Iya, iya gue mau keperpus." jawab gadis tadi dengan raut wajah gugup. Aku tahu dia berbohong, tetapi belum sempat aku mengajukan pertanyaan lagi, gadis itu langsung berlari meninggalkanku. "Dasar cewe aneh." gumamku.

Dari kejauhan, aku melihat seseorang mengenakan pakaian PNS, sepertinya guru. Aku mulai menajamkan penglihatanku dan benar saja, itu memang guru. Aku berlari kecil menghampiri guru tersebut. "Permisi bu, saya murid baru disini. Saya mau nanya, kelas 12 IPA 2 dimana ya? Dari tadi, saya keliling  nggak nemu kelasnya bu." tanyaku kepada guru yang ku temui tadi. "Oh kebetulan saya walikelas kamu, ayo masuk bareng saya. Sekalian kita perkenalan sama anak-anak dikelas yang akan jadi teman sekelas kamu." jawabnya seraya membawaku menuju kelas.

Kini, aku berada dikelas 12 IPA 2, awalnya keadaan dikelas ini sangat ramai, tapi ketika aku dan Bu Eli (guru yang tadi aku temui, sekaligus walikelasku) masuk, mereka semua langsung terdiam.
Akhirnya, Bu Eli memulai pembicaraan.
"Anak-anak, dengarkan ibu sebentar. Kita kedatangan murid baru. Namanya Nata. Nata, silahkan perkenalkan dirimu." kata Bu Eli mempersilahkanku untuk memperkenalkan diri.
"Nama gue Adinata Aileen Caesar, kalian bisa panggil gue Nata. Makasih." 

Aku masih berdiri didepan kelas, dari depan sini, aku melihat seorang gadis menggunakan earphone biru sambil memainkan ponselnya, seakan tak peduli dengan keadaan disekitar.

Bu Eli mempersilahkanku untuk duduk dikursi yang masih kosong, dan kursi itu tepat berada didepan gadis earphone biru tadi.  Sekarang, aku baru ingat bahwa dia adalah gadis yang ku temukan didepan perpustakaan tadi.

Setelah meletakkan tas ranselku, aku berbalik melihat gadis tadi, dan melepaskan earphone dari salah satu telinganya.
"Lo udah lupa ya sama gue? Kita kan tadi pagi ketemu." Dia mengernyitkan dahi, tanda dia bingung dengan apa yang aku katakan. "Hallo? Lo nggak denger gue ngomong apa? Makanya, kalo orang ngomong dengerin, jangan pake earphone." Sekarang dia tambah bingung ketika aku menegurnya. "Lo siapa ya? Kayanya kita gak kenal deh." jawabnya, bingung. "Gue Adinata, panggil aja Nata. Lo siapa?" aku mengulurkan tangan kepadanya. "Gue Dara." jawabnya, singkat. Setelah itu, aku berbalik dan berkenalan dengan teman sebangku ku. Namanya Aldo.

Pada saat bel istirahat berbunyi, semua murid dikelas ini berlarian keluar kelas untuk beristirahat. Ada yang kekantin, ketaman, duduk didepan kelas, atau bahkan hanya duduk dikelas sambil memakan bekal yang mereka bawa dari rumah.
"Nat, lo nggak mau ikut kekantin bareng gue dan Alvin?." tawar Aldo kepadaku. "Nggak deh, nanti aja. Gue mau dikelas dulu." jawabku sambil mengeluarkan ponselku dari saku celana. "Yaudah deh, gue sama Alvin kekantin dulu ya. Bye Nat." lalu Aldo dan Alvin segera kekantin setelah mendegar jawabanku.

Aku mendengar Dara mengajak teman sebangkunya kekantin, tapi temannya menolak karena sedang asyik membaca novel. Ku lihat, Dara mulai keluar kelas sendirian. Rasa penasaran terhadapnya mulai muncul. Akupun mengikutinya pergi kekantin.

****

Dikantin, setelah memesan semangkuk bakso dan jus apel, aku kebingungan karena tempat duduk yang tersedia dikantin ini sudah terisi penuh. Dengan gencar, mataku mulai melihat-lihat siapa tahu ada kursi yang masih kosong.

Aku melihat Dara duduk sendiri sambil memakan semangkuk bakso dan teh es. Tanpa pikir panjang, aku segera menghampirinya. "Gue duduk disini ya Dar, abisnya kursi yang lain udah penuh." Dia hanya diam tanpa membalas pertanyaanku. Ku lihat, Dara sudah menyelesaikan kegiatan makannya. Lalu ia bergegas meninggalkan kantin. Tetapi, aku menahannya, dan bertanya "Lo nggak mau nungguin gue Dar?" kata ku sambil melihat kearahnya. Dia menggeleng dan pergi menuju kelas.

Aku tersenyum melihat tingkahnya, dia gadis yang cuek dan dingin. Jarang tersenyum, bahkan kepada temannya sendiri. Dia juga cantik. Baru kali ini, aku menemukan gadis yang cuek seperti Dara. Biasanya, para gadis disekolahku yang dulu, akan berebut untuk bisa makan bersamaku saat dikantin, tapi Dara? Dia bahkan tak mau melihatku sedikitpun.
'Gue harus bisa deketin dia.' batinku.


Selesai makan, aku tidak langsung kembali ke kelas. Tetapi, aku malah berkeliling disekolah baru ini, karena aku masih tidak mengetahui letak-letak ruangan yang ada disekolah ini.

Sekarang, aku tiba didepan ruangan musik. Ku lihat, pintu ruangan ini sedikit terbuka, dan terdengar suara alunan gitar serta nyanyian seorang gadis perempuan yang sangat merdu. Aku mulai tertarik dengan suara itu. Lalu, aku mulai mendekati pintu dan mengintip dicelah pintu. Ku lihat Dara sedang bermain gitar sambil menyanyikan sebuah lagu. Samar-samar ku lihat, air matanya jatuh menetes dipipinya saat ia bernyanyi.
Aku masih melihat kejadian itu lewat celah pintu, Dara menghentikan permainan musiknya, menunduk lalu menangis dalam diam. Aku tidak tahu apa yang membuatnya menangis saat didalam ruangan ini. Tetapi, rasa penasaranku terhadap dirinya kini semakin besar.
Sebelum Dara mendapatiku didepan ruangan ini, aku segera menghentikan kegiatan mengintipku dan beranjak menuju kelas.

*****

Dikelas, aku melihat teman sebangku Dara-tepatnya Icha sedang duduk sambil membaca sebuah novel. Dengan ragu-ragu, aku memperbanyak nyaliku untuk bertanya dengan Icha. Aku berbalik menghadap Icha dan bertanya tentang Dara. "Cha, gue boleh nanya sesuatu nggak?." Icha menatapku dan menjawab "nanya apaan? Cepetan, gue mau baca novel lagi nih. Ganggu aja lo." aku sedikit kikuk saat Icha memberikan respon seperti itu. Tapi aku mencoba untuk bertanya baik-baik agar Icha tidak memarahiku. "Gue mau nanya, emang si Dara itu selalu cuek, dingin, trus jutek gitu ya sama orang?." lalu Icha semakin menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan ketika mengetahui pertanyaanku itu. "Sebenarnya, gue nggak ada hak buat ngasih tau ini sama lo Nat. Tapi kalo gue liat-liat lo orangnya baik juga. Gue cuma mau nyeritain inti dari semua sikap Dara aja ya. Selebihnya, lo cari tau sendiri." jawab Icha, tampang jutek yang tadi ia keluarkan saat aku bertanya, kini mulai tak terlihat lagi. "Jadi gini, Dara itu punya sahabat cowo, yaa mereka berdua itu padahal udah sama-sama cinta, apalagi si cowo itu cinta pertamanya Dara. Beberapa bulan lalu, Niko meninggal karena kecelakaan. Dara shock banget, bahkan dia hampir jadi mayat hidup saat Niko udah nggak ada. Dulu, dia itu cewe yang ceria, baik, nggak jutek, pokoknya sifat dia sekarang sama dulu itu beda banget. Sama gue aja kadang dia lebih milih diam daripada cerita. Dia itu mau keliatan kuat didepan orang-orang, padahal gue sendiri tau, kalo dia itu dalamnya rapuh, rapuh banget. Kadang gue sedih liat temen gue kaya gitu, tapi gue bisa apa? Gue nggak bisa balikin cinta pertamanya kedunia ini, Niko udah tenang disana." jelas Icha panjang lebar. Aku mengerti sekarang, kenapa Dara begitu terlihat dingin dan cuek seperti itu. "Yaudah, makasih atas informasinya ya Cha. Lain kali kalo gue butuh bantuan lo, bisa'kan gue minta tolong?." tanyaku kepada Icha. "Iyaa, kalo gue bisa pasti gue bantuin. Yaudah deh, gue mau baca novel lagi. Lo mah ganggu gue aja." Akupun berbalik dan memainkan ponselku.


Hai guys makasih udah baca cerita aku.
Maaf kalo part ini pendek trus gak jelas.

Jangan lupa vote+comments juga yaa

Makasih semuaa

18 Desember 2016

A-DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang