DARA POV
Aku menjalani hari-hariku seperti biasa, melakukan kegiatan yang sama setiap hari. Tapi, kini aku merasa ada yang berbeda.
Hampir setiap hari, ada seseorang yang selalu menggangguku, mengikutiku.
Ia selalu berusaha mendekatiku, entah hanya untuk mengajak makan dikantin atau mengajakku jalan-jalan.
Terkadang, aku risih dengan sikapnya. Tetapi, dalam lubuk hatiku ini sebenarnya aku merasa sangat-sangat merindukannya. Bukan merindukan Nata, tapi Niko.
Tingkah laku Nata hampir mirip dengan Niko, hanya saja berbeda pada wajah dan Nata lebih keras kepala.
Aku berusaha sebisa mungkin untuk menghindarinya, aku takut harus berhadapan dengannya. Aku takut, jika terus berada didekatnya, aku takut karena Nata sangat mirip dengan Niko.
Melihat Nata, terkadang aku teringat pada Niko. Teringat banyaknya kenangan kami, teringat saat ia menyatakan perasaannya, teringat bagaimana ia mengalami kecelakaan karena marah padaku. Aku sangat merindukannya.
Aku rindu Niko menggangguku, aku rindu Niko memainkan gitar saat diruang musik bersamaku, aku rindu Niko menelponku setiap malam, aku rindu Niko memelukku saat aku menangis, aku rindu semua tentang Niko.
Tapi, aku bisa apa? Hanya bisa merenungi apa yang telah aku sia-siakan.
Seperti hari ini, ia duduk dihadapanku, sambil menatap penuh harap. Aku tidak memperdulikannya, tapi ia tetap saja menatapku seperti itu.
"Dar, ayolah jalan sama gue pulang sekolah nanti. Gue janji deh lo nggak bakalan nyesel kalo ikut gue. Ya ya yaaa?." pintanya padaku, sambil memasang tampang memelas.
"Lo ajak yang lain aja kan bisa, gue lagi males kemana-mana hari ini."
Bel tanda masuk mulai berbunyi, ia berbalik menghadap ketempat seharusnya. Tak lama setelah bel berbunyi, Pak Yanto guru Seni Budaya masuk kekelas.
Pelajaran pertama memang diisi dengan pelajaran Seni Budaya. Dulu, aku dan Niko sangat bersemangat jika belajar tentang Seni. Dulu, Niko adalah orang yang paling semangat mengajakku berkelompok jika Pa Yanto memberi tugas kelompok.
Tapi, kini Niko telah tiada. Rasa kehilangan itu, masih ada sampai sekarang.
Entah sampai kapan aku harus merasa seperti ini. Jauh dari orang-orang dekatku, jauh dari keramaian, dan jauh dari cinta."Anak-anak, hari ini kita akan membagi kelompok. Pada pelajaran yang lalu, kita sudah belajar tentang Musik. Jadi, pada minggu ini, saya ingin kalian melakukan penampilan berdasarkan kelompok yang sudah saya bagikan." kata Pa Yanto. Murid dikelas ini langsung ribut saat mendengar perkataan Pa Yanto.
"Kelompoknya berapa orang pa?." tanya Alvin. "Satu kelompok terdiri dari 2 orang. Lagu yang dinyanyikan bebas. Dan penampilan kalian, akan diadakan dilapangan sekolah kita. Jadi satu sekolah akan menonton kalian."
"Lalu pa, penilaiannya gimana? Pake juri gitu nggak kaya di Indonesian Idol gitu?." tanya Roni. "Iya, penilaiannya pake juri, dan jurinya adalah saya, Pa Seno, dan Bu Dewi, tapi ada juga berdasarkan vote ya. Jadi, kalian bisa promosi gitu, biar orang-orang satu sekolah dukung kalian." seluruh murid dikelas ini hanya mengangguk tanda mereka paham dengan ucapan Pa Yanto.
"Berarti nanti juri-jurinya pada bilang 'aku sih yes' trus 'aku sih no' kaya anang gitu?." tanya Deni dengan polosnya. Si Deni ini memang suka ngelawak, tapi terkadang lawakannya juga garing.
"Yasudah, sekarang saya akan membacakan pembagian kelompoknya. Kalian ini ternyata banyak tanya juga ya." kata Pa Yanto sambil terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
A-Dara
Teen FictionAdara, seorang gadis remaja yang selalu baik kepada semua orang, ceria setiap harinya, dan memiliki wajah yang cantik. Tetapi, semua itu berubah semenjak ia kehilangan cinta pertamanya, menjadi gadis yang cuek, dingin, dan suka menyendiri. Apalagi b...