6. Kedatangan (mantan) sahabat.

41 4 0
                                    

DARA POV

Entah kenapa, aku sangat malas untuk berangkat sekolah hari ini. Mungkin karena efek kurang tidur tadi malam.

"Daraaaaa bangun. Udah pagi, kamu nggak mau berangkat sekolah?." teriak mama dari luar yang membuatku segera bangun.

"Iya maa, ini Dara bangun." aku melangkah gontai menuju kamar mandi.

Selesai mandi, aku memakai seragam sekolahku sambil memoles sedikit bedak dan menyisir rambut panjangku. Setelah melakukan beberapa ritual 'anak perempuan' aku pergi kebawah menuruni beberapa anak tangga menuju ruang makan.

Disana, sudah ada Papa dan Mama.
"Ra, mama sama papa mau berangkat ke Surabaya hari ini, kamu jangan nakal ya." kata mama sambil memakan sarapan yang disiapkan bibi.

"Iya ma." jawabku singkat. Sebenarnya aku sangat tidak tertarik dengan pembicaraan mama kali ini. Karena menurutku, mereka berdua sudah sering atau bahkan terlalu sering meninggalkanku untuk bisnis mereka.
Setelah menyelesaikan sarapanku, aku segera berangkat kesekolah.

******


Kini, aku sudah sampai didepan gerbang sekolah. Beberapa murid terlihat masih berjalan santai memasuki lingkungan sekolah.
Ada yang sambil memasang headset, menggosip, bahkan sambil membaca buku.


Aku terus berjalan menuju kelasku. Tiba-tiba saja, didepan koridor kelas 10, sebuah tangan menyentuh bahuku.
Aku menoleh, dan melihat siapa pelakunya.
"Eh cewe centil!." teriak orang itu didepanku saat aku berbalik. Siapa lagi jika bukan Kak Citra?.


"Ada apa kak?." tanyaku dengan santai.


"Urusan lo sama gue belum selesai! Lo udah ngerebut Nata dari gue. Lo harus gue kasih pelajaran!." bentaknya kepadaku.


Aku hanya bisa diam, jika aku melawan mungkin keadaannya akan jauh lebih buruk daripada sekarang.


Semua orang disini mulai berkumpul dan melihat kejadian itu seperti aksi atau tontonan yang bagus untuk ditonton.


"Guys! Pegangin dia!." perintahnya kepada anak buahnya, sama seperti kejadian waktu itu.


"Apa salah gue sih kak? Kok lo ngelakuin ini? Bukannya udah jelas kalo Nata itu bukan siapa-siapa gue, dan dia juga bukan siapa-siapa lo kan? Jadi santai aja dong." tanpa sadar aku mengeluarkan kata-kata itu, membuat kak Citra semakin marah.

Kini, aku sudah dipegangi oleh anak buahnya, membuatku tak bisa melakukan perlawanan. Ingin sekali aku menangis, tapi aku menahannya. Jika aku menangis sekarang, mungkin dia akan semakin menganggapku perempuan yang lemah.


"Udah gue bilang, kalo lo nyakitin cewe gue lagi, gue nggak akan tinggal diam. Lo akan menyesal Citra." tiba-tiba suara yang sangat ku kenal muncul dan melepaskanku dari kak Citra dan gengnya.


Kak Citra sangat terkejut dengan kedatangan Nata.


A-DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang