NATA POV
Sudah hampir satu bulan, aku berada disekolah ini. Dikelas 12 IPA 2 yang didalamnya berisi banyak karakter manusia yang berbeda-beda.
Setiap hari, ku lalui sama seperti hari-hariku disekolah yang dulu. Bedanya, aku menambahkan aktivitasku disekolah ini. Aktivitas apa? Tentu kalian mungkin akan berpikir jika aktivitas itu adalah kegiatan ekskul. Tapi, kalian salah besar. Aktivitas yang ku maksud adalah mendekati Dara, bagaimanapun caranya. Entah dengan mengajaknya kekantin, mengajaknya berbicara, belajar bersama, sampai mengajaknya jalan-jalan telah aku lakukan.Mengajaknya kekantin, ceklis.
Mengajaknya berbicara, ceklis.
Mengajaknya belajar bersama, ceklis.
Mengajaknya jalan-jalan, ceklis.
Tapi, mendapatkan hatinya? Haha, tentu belum bisa. Dia masih sama seperti saat aku bertemu dengannya pertama kali. Masih Dara yang cuek, dingin, dan penyendiri. Kadang, aku harus memiliki banyak akal untuk bisa mengajaknya jalan atau hanya sekedar makan dikantin. Aku juga pernah pura-pura sakit perut akibat tidak sarapan pagi sampai-sampai membuatku harus memasang wajah memelas kepadanya, dan pura-pura jatuh hanya agar dia mau makan bersamaku.Seperti hari ini, aku duduk dihadapan Dara, sambil menatapnya penuh harap. Tentu saja penuh harap, sejak aku menginjakkan kakiku tadi pagi dikelas ini, yang ku lakukan hanya membujuknya agar mau jalan denganku sepulang sekolah. Untung saja tugasku sudah ku kerjakan tadi malam, jadi aku tak perlu khawatir dan mengerjakan tugas dengan tergesa-gesa disekolah seperti teman-teman dikelasku saat ini. "Dar, ayolah jalan sama gue pulang sekolah nanti. Gue janji deh lo nggak bakalan nyesel kalo ikut gue. Ya ya yaaa?." pintaku pada Dara, sambil memasang tampang memelas. "Lo ajak yang lain aja kan bisa, gue lagi males kemana-mana hari ini." jawab Dara sambil memainkan ponselnya. Aku bingung harus melakukan apalagi agar dia mau jalan denganku sore ini. Sepertinya, aku harus memutar otakku agar ide-ide bagus muncul dalam otakku.
Bel tanda masuk mulai berbunyi, aku mulai berbalik menghadap ketempat seharusnya. Tak lama setelah bel berbunyi, Pak Yanto guru Seni Budaya masuk kekelas. Pelajaran pertama memang diisi dengan pelajaran Seni Budaya. Inilah yang ku sukai pada hari sabtu, selain pelajarannya pada hari itu sangat-sangat santai, guru pengajarnya juga tak kalah santai dan seru.
"Anak-anak, hari ini kita akan membagi kelompok. Pada pelajaran yang lalu, kita sudah belajar tentang Musik. Jadi, pada minggu ini, saya ingin kalian melakukan penampilan berdasarkan kelompok yang sudah saya bagikan." kata Pa Yanto. Murid dikelas ini langsung ribut saat mendengar perkataan Pa Yanto. Ada yang setuju, ada juga yang tidak. "Kelompoknya berapa orang pa?." tanya Alvin. "Satu kelompok terdiri dari 2 orang. Lagu yang dinyanyikan bebas. Dan penampilan kalian, akan diadakan dilapangan sekolah kita. Jadi satu sekolah akan menonton kalian."
"Lalu pa, penilaiannya gimana? Pake juri gitu nggak kaya di Indonesian Idol gitu?." tanya Roni. "Iya, penilaiannya pake juri, dan jurinya adalah saya, Pa Seno, dan Bu Dewi, tapi ada juga berdasarkan vote ya. Jadi, kalian bisa promosi gitu, biar orang-orang satu sekolah dukung kalian." seluruh murid dikelas ini hanya mengangguk tanda mereka paham dengan ucapan Pa Yanto. "Berarti nanti juri-jurinya pada bilang 'aku sih yes' trus 'aku sih no' kaya anang gitu?." tanya Deni dengan polosnya. Si Deni ini memang suka ngelawak, tapi terkadang lawakannya juga garing."Yasudah, sekarang saya akan membacakan pembagian kelompoknya. Kalian ini ternyata banyak tanya juga ya." kata Pa Yanto sambil terkekeh geli.
"Ana dan Rio kelompok 1, Shelly dan Dena kelompok 2, Melia dan Resi kelompok 3, Icha dan Alvin kelompok 4..."
Pa Yanto terus membacakan sampai kelompok ke 14. Aku masih menunggu, dengan siapa aku harus berkelompok. Aku harap-harap cemas, aku berharap agar satu kelompok dengan Dara. Lumayan, kan juga bisa sekalian modus, hehe."Helda dan Risa kelompok 15, dan yang terakhir Dara dan Nata kelompok 16 ya."
Aku bersorak girang dalam hati. 'Terimakasih ya Allah' gumamku. Aku bahagia bisa satu kelompok dengan Dara. Tentu saja, aku bisa menjalankan aksi modusku untuk mendekatinya. Dan tentu saja, aku juga harus memiliki banyak ide untuk bisa menjalankan misiku.
"Jangan lupa, minggu depan kalian harus tampil. Ingat ya, ini dimasukin kenilai raport, jadi kalian harus tampil semaksimal mungkin. Semoga berhasil ya anak-anak. Kalo begitu, saya pamit dulu. Saya masih ada kerjaan diruang guru yang harus saya kerjakan. Jangan ribut ya." Pa Yanto meninggalkan kelas kami, dan seketika kelas menjadi sangat ramai."Dar, kita nyanyi lagu apa?." tanyaku kepada Dara. "Serah lo dah. Gue males mikir." jawab Dara, sambil memasangkan earphone birunya ditelinga. "Gue serius ini. Kasih saran kek." kataku seraya melepaskan earphone yang baru saja ia pasang. Dara menatapku tajam ketika aku melepaskan earphone ditelinganya, lalu ia meletakkan ponsel serta earphone diatas mejanya. "Lo bisa main gitar nggak?." tanya Dara. "Ya bisalah, kenapa emang?." "yaudah, kita duet aja, tapi lo sambil main gitar. Lagunya lo sendiri aja yang milih, gue males." akhirnya, Dara menentukan apa yang harus kami berdua lakukan. Setelah mendapat jawaban dari Dara, aku berbalik kedepan dan mencari-cari lagu apa yang cocok untuk kami nyanyikan.
*****
Bel istirahat telah berbunyi, aku berlari kekantin agar mendapatkan tempat duduk favoritku. Kali ini, aku tidak mengajak Dara. Aku ingin melakukan sesuatu sepulang sekolah, jadi aku harus menahannya sampai pulang sekolah.
Samar-samar, dari kejauhan ku lihat Dara menuju kantin. Aku memperhatikannya dari kejauhan.
Ia memesan semangkuk bakso dan jus jeruk. Setelah memesan makanan, matanya mencari-cari tempat duduk yang masih kosong. Aku melambaikan tanganku kepadanya, menyuruhnya agar duduk disebelahku. Tetapi, ia malah menjauh dan mencari tempat duduk yang lain.Ku lihat, Dara duduk sendirian dikursi paling pojok. Aku masih memperhatikannya dari kejauhan. Tiba-tiba saja, ada seorang laki-laki menghampirinya. Mereka mengobrol dan setelah itu, laki-laki tadi duduk dikursi kosong tepat didepan Dara. Aku kesal melihatnya, sangat kesal. Dara tertawa saat laki-laki itu berbicara padanya. Walaupun tawanya masih samar-samar terlihat, tapi aku yakin ia tertawa bersama laki-laki itu.
Aku tak tahan melihatnya, lalu aku memutuskan untuk kembali kekelas.******
Waktu menunjukkan pukul 15:00, waktunya untuk pulang. Setelah bel berbunyi, tanpa berpamitan pada teman-teman dikelas, aku menarik Dara dan membawanya menuju parkiran mobil, dimana mobilku diparkirkan. "Apaan sih lo narik-narik gue gini. Sakit tau nggak!." bentak Dara sembari melepaskan cengkraman tanganku. "Nggak usah banyak nanya, ikut aja." tanpa persetujuannya, aku menariknya menuju mobilku. Ia ku paksa memasuki mobilku, awalnya ia memang tidak mau, tapi aku punya banyak cara untuk membuatnya masuk kedalam mobil.
Dijalan, ia hanya diam. Begitu pula denganku. Aku hanya diam sambil sesekali melihat Dara yang menatap ramainya jalanan. "Astaga, gue lupa ngabarin nyokap kalo gue balik sama lo. Bisa-bisa nyokap gue marah-marah sama gue kalo tau gue pulang telat!." teriak Dara histeris. "Tenang aja, gue udah nelpon nyokap lo buat minta izin ngajak lo jalan-jalan." jawabku dengan santai. "Kok bisa? Lo tau nomer nyokap gue dari mana? Nggak mungkin lah nyokap gue langsung ngebolehin jalan sama lo, kalo nyokap gue aja belum terlalu kenal sama lo." kata Dara. "Jelas bisa lah, gue kan hebat. Lo nggak perlu tau gimana caranya. Yang jelas, hari ini lo harus ikutin gue." putusku, membuat Dara putus asa.
Kini, aku dan Dara sampai disebuah Taman milik keluargaku. Karena ibuku sangat menyukai bunga, ayah membuatkan taman bunga ini untuk ibu. Dan kebetulan, aku mendapat info dari Icha, bahwa Dara sangat menyukai bunga. Jadi, aku sengaja membawanya ketempat ini.
Kami mulai berjalan memasuki taman bunga itu. Aku menarik Dara ketempat dimana banyak terdapat bunga mawar, lalu aku juga membawanya ketempat yang terdapat bunga peony. Aku tahu, jika Dara menyukai bunga peony dan bunga mawar, jadi aku sengaja menyiapkan ini semua agar aku bisa melihatnya bahagia.
"Lo suka bunga peony ya Dar?." tanyaku st Dara melihat-lihat bunga peony. "Iya, gue suka." jawabnya singkat.
Aku bingung harus berbicara apalagi. Dara nampak terlihat bahagia ketika melihat bunga-bunga tersebut. Samar-samar aku juga melihat ia tersenyum kecil. 'Akhirnya aku bisa melihatnya tersenyum' batinku.Maaf ya kali ini ceritanya nggak asik,atau bahkan gaje.
Maafkan kalo ada typo atau apalahJangan lupa vomments ya guyss
Thanks.18 Desember 2016
23:00 wita.-Dedes
KAMU SEDANG MEMBACA
A-Dara
Teen FictionAdara, seorang gadis remaja yang selalu baik kepada semua orang, ceria setiap harinya, dan memiliki wajah yang cantik. Tetapi, semua itu berubah semenjak ia kehilangan cinta pertamanya, menjadi gadis yang cuek, dingin, dan suka menyendiri. Apalagi b...