Hari berganti bulan dan tahun. Tidak terasa, saat ini VeOmi sudah duduk di kelas satu SMP di salah satu SMPN terbaik di tempat mereka.
BatzNae juga bersekolah di tempat yang sama. Namun, Aom sudah duduk di kelas dua SMA di SMAN terbaik.
Selain bersekolah, Aom bekerja sebagai freelancer perancang busana. Ia menjajakan hasilnya melalui media internet.
Batz juga bekerja freelance sebagai IT dengan bayaran dollar meski hanya sedikit.
Sedangkan Ve baru akan memulai debutnya sebagai model dua hari yang akan datang, mengingat kemarin ia diberi penawaran oleh seorang fotografer yang sedang iseng berjalan di taman. Kala itu Ve dan Naomi sedang belajar bersama di taman.
Saat ini, AomBatzVe sudah memeperbaiki rumah mereka menjadi cukup sangat layak. Banyak perubahan yang mereka lakukan dengan menguras uang dari dompet AomBatz. Ve yang merasa tidak enak hati, memutuskan untuk mengambil job model untuk tambahan hidup mereka.
Hari ini adalah hari dimana kelas Ve sedang berolahraga. VeOmi terlihat sedang duduk bersantai di pinggir lapangan bersama teman-temannya yang lain.
"Ve.. Gimana sama Marcel?" Tanya Naomi yang sedang mengelap keringat di dahi Ve di sampingnya.
"Menurutmu gimana, Mi?" Tanya Ve menoleh ke arah Naomi dan sedikit menundukkan wajahnya agar seluruh keringatnya dapat terhapus oleh Naomi.
"Anaknya baek kok. Kalo kamu suka, ya kamu terima aja" ucap Naomi yang kini mulai mengelap keringat di leher Ve.
"Iya, Ve. Terima aja. Marcel kan incaran hampir semua cewe di sini" ucap teman Ve yang bernama Jeje dan berada di samping kiri Ve.
"Iya, hampir. Tapi pasti ga dengan Naomi. Jangan bilang lo juga" ucap Ve melirik ke arah temannya.
"Yee.. Gw kan udah ada Dimas. Gak mungkinlah. Naomi mah maunya lo versi cowo Ve. Iya ga, Mi?" Tanya Jeje menaikkan kedua alisnya.
"Kalo gw sama lo aja gimana, Je?" Tanya Naomi mengedipkan matanya ke arah Jeje.
"Mi.. Kamu gamau kan sabel itu jadi katana buat Jeje?" Ucap Ve datar menatap peralatan anggar yang tadi mereka mainkan.
"Mapaasssss.. Gw masih mau idup, Mi. Gw belum nikah. Lo cari kandidat laen aja" ucap Jeje bergidik ngeri melihat aura dingin Ve.
"Ve.. Ih kamu ini ngomongnya" ucap Naomi mengetukkan jari telunjuknya di bibir Ve.
Ve hanya diam dan acuh tidak menanggapi. Ia malah mengambil minuman milik Naomi dan meneguknya hingga setengah.
"Kamu lelah banget ya? Kenapa dipaksa sih?" Naomi menggenggam tangan Ve dan menaruhnya di atas paha Naomi.
"Dia lelah hati, Mi. Lo nya gak peka-peka" celetuk Jeje yang membuat Ve menoleh melihat Jeje tajam.
"Wuihhh.. Ampun, Ve'' ucap Jeje dan mengangkat kedua jarinya membentuk lambang damai.
"Hey.. Kamu kenapa?" Tanya Naomi menarik wajah Ve agar menghadapnya dan mengelus pipi kiri Ve. Ve hanya menggeleng dan menatap Naomi lembut.
"Yaudah.. Bentar lagi giliran aku. Tunggu ya" ucap Naomi berdiri dan berjalan menuju tengah aula.
Olahraga hari ini adalah bermain anggar di aula. Mereka bermain secara absen acak. Saling tanding. Sebelumnya, Ve bertanding dengan Yona, teman sekelas mereka yang menaruh hati pada Naomi dan dimenangkan oleh Ve. Sedangkan Jeje dan Naomi akan bertanding bersama.
Usai pertandingan JejeNaomi yang dimenangkan oleh Naomi, Naomi menghampiri Ve dan duduk di sampingnya.
"Maen tuh gitu, Ve. Santai. Kok lo sama Yona tadi kaya ada emosi banget sih? Cemburu?" Ucap Jeje yang sedang mengelap keringatnya sendiri.
"Je.. Mending nanti kita tanding deh" ucap Ve kesal menatap Jeje. Jeje hanya tersenyum senang menggoda Ve.
Jeje sebenarnya juga menyukai Naomi. Namun, ia tahu, sahabatnya juga menyukai Naomi. Entah apa yang membuat Ve tidak mengungkapkannya, Jeje tidak mengerti. Sedangkan Jeje hanya bisa menikmati keadaan mereka sebagai sahabat. Toh, melihat Naomi tersenyum karenanya juga sudah cukup.
"Ve..." Ucap Naomi memanggil Ve dengan lembut. Ve memalingkan wajahnya dari Jeje dan menatap lembut ke arah Naomi.
Ve tersenyum dan mulai mengelap keringat di wajah Naomi. Setelah dirasa kering, Naomi menyandarkan kepalanya di pundak Ve dengan Ve yang merangkul pinggang Naomi.
Usai olahraga, mereka ke kantin bersama dan duduk bersama Batz dan juga Rabel.
"Kak, nanti aku ke rumah Jeje ya. Ada tugas kelompok" ucap Ve menatap Batz yang sedang memakan baksonya. Batz menatap sekilas lalu mengangguk.
"Ve.. Temenmu masih single kan? Boleh dong" ucap Rabel melirik ke arah Naomi.
"Lo udah punya Newty" timpal Batz datar tanpa menatap Rabel.
"Belum ya, Batz. Masih gebetan. Bolehlah gw gebet adek lo yang itu" ucap Rabel yang kembali melirik Naomi.
"Jangan macem-macem deh, kak. Penjaganya serem. Bisa mengubah sabel menjadi katana" ucap Jeje memeluk badannya sendiri seakan orang yang sedang ketakutan.
"Cuma katana kan? Bisa diatur. Gimana, Ve?" Tanya Rabel menaikkan kedua alisnya.
Naomi yang tahu bagaimana Ve saat mendengar ada yang merayunya segera angkat bicara sebelum Ve mengeluarkan kata pedasnya.
"Aku lagi gamau pacaran, kak. Mending kak Rabel fokus sama kak Newty aja" jawab Naomi santai dan mengelus tangan Ve di bawah meja dan diatas pangkuannya. Seketika emosi Ve mereda dan ia mengeratkan genggamannya.
"Yaahhh.. Ditolak deh gw" ucap Rabel terlalu drama dan membuat Batz menjitak kepalanya. "Ga usah drama. Enek gw liatnya".
"Hai, Ve.. Hai semua" ucap Marcel mendatangi meja yang sedang ditempati Ve.
Sontak saja Ve melepaskan genggamannya pada Naomi dengan cepat.
Naomi merasa sangat sakit akan perlakuan Ve. Sebegitu tidak inginnyakah Ve mengetahui kedekatan mereka.
"Hai.." Jawab semuanya termasuk Naomi meski dengan nada datarnya.
"Gabung boleh?" Tanya Marcel menatap sekelilingnya. Ve melihat ke arah Batz. Marcel juga ikutan melihat Batz dan Batz menganggukkan kepalanya.
Ve mengelap tangannya yang basah oleh keringat ke rok dan pinggang belakang Naomi lalu ia kembali menautkan jemarinya dengan jemari Naomi dan menaruhnya di atas pangkuannya.
Naomi yang merasakan sikap manis Ve, kembali mengeratkan genggamannya dan ia melihat Ve tersenyum tanpa menatapnya.
Ve masih tersenyum dan bahkan mengusap punggung tangan Naomi di bawah meja.
Mereka tetap asik berbincang tanpa tahu apa yang sedang dilakukan oleh dua anak manusia 'sama'.