"Jadi gimana Ve jawabannya" ucap Marcel menatap Ve. Semua yang ada di meja juga menatap Ve. Tetapi Ve menatap mata Naomi yang sedang menatapnya sambil tersenyum.
Ve menghela napasnya dan mengangguk. Sedangkan di bawah meja, Ve mengeratkan genggamannya pada tangan Naomi.
"Makasih ya, Ve. Nanti pulang bareng aku ya" ucap Marcel tersenyum bahagia. "Maaf, Cel. Ga bisa. Aku udah ada janji sama Naomi. Lain kali aja ya" ucap Ve mengelus punggung tangan Naomi.
Naomi menyesap minumannya karena bingung. Seingatnya, ia tidak punya janji dengan Ve tapi kenapa Ve berbicara seperti itu.
Di dalam kelas usai bel masuk berbunyi.
"Mi.. Kamu kenapa ga terima Yona?" Tanya Ve yang saat ini menggenggam tangan Naomi di atas pahanya.
"Aku hetero, Ve" jawab Naomi dan tersenyum manis ke arah Ve.
Deg!
"Ve.. Kamu kenapa?" Naomi melepas genggaman mereka dan mengelus pipu Ve yang terasa dingin.
"Ka..kamu h..hetero?" Tanya Ve tidak percaya. Ia kaget. Sangat kaget.
Terus apa maksud kedekatan mereka? Apakah hanya sebatas sahabat? Adakah sahabat yang rela datang dari liburannya di daerah lain hanya karena tahu sahabatnya demam?
Adakah sahabat yang rela pagi-pagi bangun demi membantu sahabatnya mengurus diri untuk sekolah karena kaki terkilir?
Adakah sahabat yang sedang pulkam akan datang menemui sahabatnya yang marah karena tidak memberinya kabar?
Adakah?
Naomi melakukan itu semua untuk Ve. Bagaimana bisa Ve merasa kalau Naomi tidak mempunyai perasaan lebih terhadapnya?
Semua sikap, perlakuan dan ucapan Naomi sangat lebih dari sahabat. Namun, Naomi hanya menganggapnya sebatas sahabat?
Really?? Dimana salahnya kebaperan Ve? Wajarkan kalau Ve merasa Naomi memiliki rasa yang sama terhadapnya? Ya, Ve mencintai Naomi. Tapi apakah benar Naomi hanya menganggap Ve sahabatnya?
Ve hanya berpikir kalau mereka berpacaran dengan lelaki hanya untuk menutupi kemesraan mereka. Tapi... Itu..."Ve!!" Teriak Naomi karena Ve hanya diam dan melamun daritadi. Naomi sudah memanggilnya lebih dari lima kali namun Ve benar-benar tidak mendengarnya.
"Eh.. I.. Iya, Mi" ucap Ve tergagap karena masih banyak pertanyaan di hati Ve tentangnya bersama Naomi.
"Kamu kenapa? Ngelamunin apa?" Tanya Naomi mengusap pipi kiri Ve. "A..aku.." Ve bingung harus berbicara apa. Tidak mungkin ia mengatakan apa yang ia pikirkan. Setidaknya, tidak untuk saat ini.
"Iya. Aku hetero. Tapi kalo dengan kamu, aku bisa pertimbangin kok" ucap Naomi mengecup pipi kanan Ve dan berjalan meninggalkan Ve yang masih terdiam karena ucapan Naomi.
Sudah cukup jauh Naomi berjalan, Ve baru sadar dan segera bangkit untuk menyusulnya.
Setelah berada di samping Naomi, Ve merangkul pinggang Naomi. Naomi mengelus tangan Ve dan tersenyum tanpa menatap Ve.
Sesampainya di halte.
"Emang kita ada janji mau kemana, Ve?" Tanya Naomi mengelus tangan Ve di pinggangnya."Aku juga gatau. Aku cuma mau berduaan sama kamu" ucap Ve menatap wajah samping Naomi.
"Ke bukit aja yuk" ajak Naomi dan langsung di jawab anggukan oleh Ve.
Mereka menaiki sekali angkutan umum, lalu berjalan dengan sedikit menanjak. Banyak pepohonan rendah di pinggir jalan setapak yang mereka lalui. Mereka sering kesini saat hanya ingin berdua. Menikmati alam sekitar.
Sesampainya di bukit, Naomi duduk di depan Ve dengan menyandarkan punggungnya pada tubuh Ve dan kepalanya pada pundak kiri Ve. Sementara Ve memeluk Naomi dari belakang dengan erat.