Keluarga Kecil

1.1K 87 2
                                    

"Aku..." Ucap Naomi menggantungkan kalimatnya yang membuat Ve cemas menunggu jawaban perasaannya. Aom tersenyum melihat kegelisahan Ve yang sudah berkeringat menatap Naomi.

"Kamu kenapa, Ve?" Tanya Naomi merasakan tangan Ve yang sedang digenggamnya berkeringat.

"Mi.." Ucap Ve menatap malas ke arah Naomi. "Lah.. Ya kamu kenapa sampe keringetan gini" ucap Naomi mengangkat genggaman tangan mereka.

"Huh.. Kamu ini, Mi. Aku kan sudah mengungkapkan perasaanku di depan kakakku. Aku... Aku takut akan jawabanmu" ucap Ve menunduk malu.

"Hahahahahaha seorang Jessica Veranda takut menunggu jawabanku?" Ucap Naomi menggelengkan kepalanya tidak percaya. Aom juga ikut tertawa.

Karena bagi mereka, Ve merupakan wanita dingin, jutek, angkuh, tidak takut apapun, dapat cemas karena menunggu jawaban seorang Shinta Naomi.

"Ada apa ini?" Ucap Batz yang baru saja datang bersama Nae. Nae mencium punggung tangan Aom sebagai tanda hormat.

"Hai, Nae.." Ucap Aom. "Hai, kak. Ada apa ini?" Ucap Nae duduk di samping Batz.

"Lagi sidang" ucap Aom dan mendapat tatapan tajam dari Aom. "Maksudnya?" Tanya Batz dengan perasaan menyelidik.

"Ve baru nembak Naomi dan sekarang lagi nunggu jawaban Naomi. Dan kamu lihat dong ekspresi Ve. Dia cemas, ketakutan sampe keringetan" ucap Aom tertawa. BatzNae juga tertawa melihat eksprrsi Ve yang malu.

"Hahahaha seorang Jessica Veranda bisa malu juga ternyata. Eh.. Kok kamu manis banget sih malu-malu gitu?" Ucap Nae menggoda Ve. "Ekhem.." Ucap Batz dan membuat Nae mengalihkan pandangannya dari Ve.

"Eh.. Ga gitu, Batz. Ga kok. Lagian kan aku udah punya kamu. Aku ga mungkin nyari yang lain. Apalagi adik kamu sendiri. Hehehe" ucap Nae menggenggam tangan Batz.

"Hmm.." Jawab Batz membalas genggaman Nae. "Jadi gimana, Mi?" Tanya Aom menatap Naomi.

"Aku juga mencintai Ve, kak" jawab Naomi menatap Aom. Ve menghela napas lega. Perasaannya terbalaskan dan ia tersenyum menatap Naomi.

"Yaudah.. Jadiaaann" ucap Batz yang hendak berdiri namun terhenti karena ucapan Aom.

"Ga bisa, Batz" ucap Aom menghela napasnya. "Loh kenapa? Negara kita kan bebas" jawab Batz kembali duduk di samping Nae.

"Bukan karena itu. Tapi karena Ve pacarnya Marcel" jawab Aom menatap Batz.

"Muke gileeeee.. Sok cakep lo, Ve! Cewe cowo diembat. Tapi kalo kamu gamau sama Naomi, aku mau kok. Naomi cantik gini lo sia-siain" ucap Batz menatap Naomi yang sedang malu menundukkan wajahnya.

"Batz.. Mending kamu natap selain Naomi deh" ucap Aom. Batz menatap Ve yang sudah menatap tajam penuh cemburu begitu juga saat ia menatap Nae yang sudah siap memangsanya

"Mapaassss.. Becanda, Ve.. Nae.." Ucap Batz takut dan Aom tertawa melihat kelakuan dua adiknya.

"Sudah.. Sudah.. Jadi kamu gimana, Mi?" Tanya Aom menatap Naomi. "Aku gatau, kak, apa yang akan terjadi setelah hari ini. Tapi aku hanya ingin menikah dengan Ve" ucap Naomi menatap Ve.

Ve yang mendengar ucapan Naomi merasa sangat bahagia dan menarik Naomi ke dalam pelukannya.

"Ekhem.." Aom membuat Ve melepaskan pelukannya dan tersenyum malu kepada kakak-kakaknya.

"Kalian sudah besar, kakak yakin kalian tau apa tanggung jawab kalian. Kakak membebaskan kalian bukan berarti kakak tidak mengawasi. Ini juga berlaku untuk kalian, BatzNae. Kakak tidak melarang hubungan kalian dan mimpi-mimpi kalian tapi tetap harus ingat ada tanggung jawab di tiap pilihan. Jaga nafsu kalian, mimpi kalian terlalu besar untuk hancur karena nafsu. Jangan sampai menyesal telah merusak mimpi kita" ucap Aom memberi nasehat kepada kedua adiknya. Inilah peran Aom yang menjadi orang tua adik-adiknya. Membebaskan tapi mengawasi.

"Iya, kak. Makasih banyak ya, kak. Kami sangat membutuhkan, kakak. Selalu tegur kami bila bersalah. Hanya kakak yang kami punya" ucap Batz duduk di samping Aom dan menggenggam tangan Aom.

Ve juga melakukan hal yang sama. Ve melepaskan genggamannya pada Naomi dan duduk di samping Aom dan ikut menggenggam tangan kedua kakaknya.

"Iya, kak. Makasih banyak sudah menjadi orang tua, kakak dan sahabat bagi kami. Terus bimbing kami ya, kak. Kami menyayangimu" ucap Ve dan memeluk kedua kakaknya.

Naomi dan Nae terharu melihat keakraban orang yang mereka cintai. Mereka saling menatap dan tersenyum bahagia telah menjadi bagian dari keluarga kecil ini.

"Buat kamu, Ve. Jangan sok kecakepan. Kalo ga ada rasa sama Marcel. Putusin. Ya jangan buru-buru sih. Ga enak juga. Nti aku bantu lah. Kasian tuh Naomi harus liat kamu berduaan sama Marcel" ucap Batz mengelus rambut Ve.

"Ga akan, kak, aku duaan sama Marcel. Iya, aku tau. Makasi ya, kak. Mi.. Tunggu aku ya. Maaf untuk saat ini" ucap Ve yang dijawab anggukan oleh Naomi.

"Terus pasangan kakak mana?" Tanya Batz menggoda Aom. Aom melepas genggaman adik-adiknya dengan malas.

"Ga ada jatah makan malam" ucap Aom menatap kedua adiknya. "Yah.. Kak.. Yang bener ajaa. Kamu sih, kak" ucap Ve mengeluh karena ia sudah lapar.

"Kak.. Masa setega itusih?" Ucap Batz memelas melihat Aom lalu mereka tertawa bersama.

Malam itu, Nae memesan makan malam sederhana untuk mereka berlima. Mereka makan melingkar dengan urutan Aom, Ve, Naomi, Nae, Batz.

Makan malam itu dipenuhi perbincangan dari yang serius hingga tidak penting dan juga dipenuhi canda tawa. Keluarga kecil ini begitu bahagia malam ini.

Meski tidak ada hubungan khusus, mereka sudah saling mengetahui perasaan masing-masing dan akan menjaga rasa tersebut.

Aom bahagia melihat kedua adiknya bahagia meski kadang ia diledeki karena belum memiliki pasangan.

Meski sebenarnya mereka tau mengapa Aom belum memiliki pasangan tapi mereka melakukan itu juga hanya sebatas bercanda dan menghidupkan suasana.

You're The Straw To My BerryWhere stories live. Discover now