"Vidi, ayo cepet berangkat ih. Nanti telat gue yang kena semprot Bu Ida lagi!"
Suara teriakan itu sontak membuat Vidi terbangun. Ia berlari kecil menuruni tangga, memastikan tidak ada sesuatu yang terjadi.
"Lo ngapain sih, Sya. Berisik ta—Astagfirullah, Nasya! Lo mau sekolah apa mau ngejablay?!"
Ditamparnya mulut Vidi dengan keras, membuat pria itu mengelus elus bibirnya.
"Vid, kok ngomongnya gitu, sih?!" Sahut Nasya yang kini sedang mengerucutkan bibirnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin dari atas hingga ke bawah. Hanya rok sebetis yang dibuat sedikit span, seragam yang lumayan ketat dengan dua kancing teratas yang dibiarkan terbuka, dan sepasang flat shoes hitam kesayangannya. Tidak ada yang aneh, bukan?
"Ganti, sekarang. Gak mau tau. Kalo lo gak ganti, kita gak berangkat." Ancam Vidi.
Nasya memutar bolanya matanya. Ia sudah mulai jengah dengan kelakuan Vidi yang overprotective.
"Plis deh, Vid. Gue bukan bocah pesantren umur 12 tahun yang kemana mana mesti pake gamis syar'i. Yaudah, kalo lo gak mau, gue bisa bawa mobil sendiri kok."
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit, namun kedua remaja yang tinggal dalam satu rumah ini masih saja berdebat sengit. Ya, Nasya memang tinggal satu rumah dengan Vidi. Tepatnya, ia dititipkan oleh orang tuanya kepada Tante Alia yang notabenenya adalah Mama Vidi. Orang tua Nasya yang sedang bekerja di luar negeri, membuat perempuan itu mau tidak mau tinggal bersama teman kecilnya.
"Hah, mati aja lo sono. Lo mau tiba tiba di jalan mobil lo dibegal, terus lo dibawah ke rumah kosong habis itu lo balik balik udah gak per—"
"Iya iya gue ganti!" Potong Nasya. Ia bergidik geli membayangkan ucapan Vidi barusan. Sementara itu, Vidi hanya terkekeh geli sambil menyampirkan handuk putih dibahunya. Ia berjalan santai menuju kamar mandi padahal bel masuk sekolah tinggal 5 menit lagi.
"Vidi! Kalo lo mandinya lama, rumah lo gue robohin!"
Teriakan itu membuat Vidi tersenyum tipis. "Siap Ibu Negara!" Balasnya dari dalam kamar mandi.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Planes
Teen Fiction"Vid, are we friends? Or are we more?" Vidi menarik nafas dalam dalam saat sebuah serangan yang dilontarkan Nasya secara tiba tiba mendarat tepat dihatinya. Kalimat itu benar benar menohoknya. "Gue gak pernah tau sebenernya kita berdua itu 'apa'. Ta...