Vidi, Dira, Nasya dan Rey asik mengunyah kentang goreng yang mereka beli di kantin. Ini sudah jam pulang sekolah, namun keempatnya masih asik menempati meja keramatnya di kantin Global Internasional School. Mereka duduk melingkar, mengitari meja bundar yang terisi penuh oleh berbagai macam cemilan.
"Eh, Sya, Vid. Tadi gue ngobrol banyak sama Vanessa. Ternyata lo berdua dulu tetanggaan ya sama dia? Wah! Jahat lo Vid gak bilang bilang. Kalo tau lo dulu tetanggaan sama bidadari macem dia, rumah lo udah gue hak milikin kali tuh." Cerocos Rey dengan mulut yang masih penuh dengan kentang goreng.
"Hah, serius? Kok lo berdua gak keliatan kayak saling kenal sama dia gitu sih." Timpal Dira.
Vidi dan Nasya saling melirik. Mereka berdua hanya tersenyum kecil membalas gosipan Rey.
"Gue cuma ... canggung ketemu temen lama." Ucap Nasya, tidak sepenuhnya bohong. Karena, dia pun sangat tidak siap harus bertemu dengan Vanessa kembali.
Di sisi lain, Vidi melirik perempuan itu dengan tatapan tajam. Penekanan dalam kata 'teman' itu benar benar menohoknya.
"Terus lo tau gak sih, Vid! Vanessa bilang ke gue kalo ternyata dia pernah 'nyaris' jadian sama lo! Sumpah demi apapun, gue bangga punya sahabat yang bisa naklukin bidadari kayak dia!" Pekik Rey.
Semua orang dimeja itu tertawa, tak terkecuali Nasya. Ia bahkan baru mengetahui jika mereka berdua nyaris jadian. Ya, walaupun ia tidak mempercayai berita itu seratus persen.
"DEMI APA VID?!" Kali ini justru Dira yang menjerit.
Vidi tersenyum malas. "Lo berdua tuh ya, mulutnya udah kayak ibu ibu arisan. Gosip sana gosip sini. Mana temen sendiri lagi yang digosipin." Balas Vidi yang sudah mulai jengah dengan omongan Rey.
"Iya iya, maaf kakak Vidi. Tapi, seriusan lo 'nyaris' jadian sama dia? Wah! Kok gak cerita cerita sih? Parah lo mah!"
Lagi dan lagi, Rey benar benar memojokkan Vidi.
"Gak penting. Udah lama juga, jaman kelas 8."
Tepat setelah Vidi berkata seperti itu, mereka berempat terdiam, menikmati kentang goreng yang tiada habisnya. Sampai akhirnya, Dira yang memang memiliki kepekaan yang sangat tinggi menyadari sesuatu.
Drrttt... Drrttt...
Handphone Nasya yang tergeletak di atas meja bergetar, menandakan ada sebuah pesan LINE yang masuk.
Shadira : Lo gak papa?
Nasya melirik Dira sesaat, sebelum membalas pesan dari perempuan itu.
Nasya : Hah, kenapa, Dir?
Belum ada satu menit, pesan balasannya kembali muncul.
Shadira : Something goes wrong, iya kan?
Nasya : Gue baik baik aja dan akan selalu baik baik aja kok
Baru saja Dira ingin mengetik pesan balasan untuk Nasya, Rey sudah merebut handphone keduanya.
"Lo berdua asik sendiri ih, gue dikacangin." Gerutu Rey seperti anak kecil.
"Lah kan ada Vidi." Ucap Dira sambil melirik Vidi yang asik membaca buku biologi.
"Gue? Ngobrol sama Vidi? Enggak deh, makasih. Bisa mati kebosenan gue ngomong sama manekin kayak dia."
"Wah, Vid, parah tuh. Hajar bos hajar." Timpal Nasya. Ia berusaha bertingkah sesantai mungkin, karena ia sadar sejak tadi dirinya sudah diperhatikan oleh Vidi.
"Temen macem apa lo Sya. Jahat sumpah. Sakit nih hati gue. Hiks." Rey mengelus elus dadanya, berlagak seperti orang sakit hati. Orang orang yang masih berada di area kantin pun menatapnya dengan tatapan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Planes
Teen Fiction"Vid, are we friends? Or are we more?" Vidi menarik nafas dalam dalam saat sebuah serangan yang dilontarkan Nasya secara tiba tiba mendarat tepat dihatinya. Kalimat itu benar benar menohoknya. "Gue gak pernah tau sebenernya kita berdua itu 'apa'. Ta...