Besoknya gue masuk sekolah dengan sehat. Gak sehat juga, karena sebenarnya gue agak pusing. Tapi, yaudahlah. Daripada nanti Renjun ngomelin gue kayak kemarin?
Hari berikutnya gue melaksanakan rutinitas gue seperti biasa. Tanpa Jeno. Tanpa mikir Renjun.
Mungkin Jeno sakit hati karena gue tolak? Ah, gatau juga. Dia jarang ngehubungin gue lagi. Beberapa kali sih kita chattingan, tapi dalam frekuensi yang gak teratur seperti dulu.
Kalau Renjun? Mungkin gue yang menjauh. Hehe. Ya gimana ya? Dia suka Siyeon, bukan gue. Terus, kalo gue mau move susah juga. Ya lo tiap hari ketemu gimana move nya nyet?
Kadang gue menyesal gitu. Kenapa waktu itu gue gak nerima Jeno aja dan mencoba buat suka sama Jeno lagi seperti dulu. Tapi, kalau gue nerima Jeno kasian Jeno juga. Jadinya, dia terus yang ngasih perhatian ke gue tapi, gue nya ngasih perhatian ke yang lain.
Memaksakan.
"Gue udah dijemput nih, duluan ya?" Heejin pamit ke gue. Dia langganan jemput kalo emang lagi ekskul.
Gue mengangguk sebagai jawaban. "Hua, lo naik bus kan?"
"Iya, tapi tungguin temen gue bentar."
Gue mengangguk. Shuhua kelihatan lagi nyariin orang yang dia tunggu. Gue sih memilih buat membuka aplikasi di hp.
"Nah, itu Siyeon! Yuk!" Shuhua menepuk pundak gue.
Tunggu.
Siapa tadi?
Siyeon?
Siyeon anak X IPA 8?
Yang ditaksir Renjun?
Tolong. Gue gak siap ketemu dia.
"Hua, lama ya? Sorry, abisnya tadi pembimbing dance nya ada nambahin beberapa gerakan," kata Siyeon sambil senyum.
Iya. Dia anak modern dance.
Keren kan?
Udah cantik, anak dance pula. Gue seperti potato disini.
"Gapapa, ada Tasya juga kok."
Siyeon ngalihin pandangannya ke gue. "Halo, lo Tasya ya pasti? Sorry ya gue ngebuat lo menunggu," kata dia sambil senyum.
Oke. Paket komplit! Dia juga ramah.
Selama ini gue tau dia karena dia emang famous sejak MPLS. Dulu, dia dideketin sama Kak Mark. Tapi ya gitu, gak jadi jadi.
"Gapapa kok. Yaudah, pulang yuk?"
Siyeon sama Shuhua ngangguk. Kita bertiga langsung jalan ke gerbang sekolah yang mungkin bentar lagi ditutup. Udah jam setengah enam sore soalnya.
"Siyeon!"
Gue, Shuhua, sama Siyeon langsung balik badan begitu mendengar ada yang manggil.
Iya, gue tau kalo yang dipanggil cuma Siyeon. Tapi, itu kan gerak reflek.
"Siyeon!"
Ternyata Renjun yang manggil. Dia agak lari gitu dari podium. Hmm, terlihat tampan seperti biasa. Hehe.
"Eh, Renjun? Kenapa?" Siyeon mengisyaratkan ke gue sama Shuhua buat nunggu sebentar.
"Ehm, itu... happy birthday!" Kata Renjun. Keliatan banget gugupnya.
Hmm, gue mencium bau-bau gak enak nih. Bukan! Bukan bau bangkai apalagi bau ketek! Maksud gue, bau mencurigakan gitu dari Renjun.
"Eh? Lo tau ultah gue? Haha makasih!"
Renjun senyum ke Siyeon. Alig! Yang disenyumin Siyeon, gue yang baper.
"Ehm, gini, lo kan ulang tahun.."
"Iya? Terus?"
"Gue gapunya kado spesial buat lo."
"Ya gapapa dong, Njun. Diucapin aja gue udah seneng banget???"
"Tapi gue punya ini." Renjun ngambil sesuatu di kantongnya.
Gue penasaran. Yang diambil apa ya?
"Ini, lo mau gak jadi pacar gue?" Ternyata kalung yang waktu itu dia beli bareng gue.
Gue rasanya kaku. Ini kalo gue ikut manekin celeng bisa gak gerak sama nafas beneran nih gue.
Ya Gusti! Itu Siyeon ditembak Renjun!
DITEMBAK RENJUN NYET!
Di depan gue pula!
Shuhua langsung megang pundak gue.
Gue menarik nafas pelan. Oke. Tenang, Sya.
HALAH! TENANG GUNDULMU!
Gue langsung jalan cepat ke halte depan sekolah. Bodo amat sama Siyeon atau Shuhua yang neriakin nama gue.
Brak!!!
"Eh.. maaf, gu-"
"Loh? Anas?"
Gue melirik sekilas orang yang barusan gue tabrak.
Yang manggil gue dengan sebutan 'Anas' itu cuma satu.
Dan itu........
"Haechan?! Ngapain disini?"
"Muka lo kenapa? Kok kayak nahan kentut?"
Ah si tai kambing. Orang mau nangis dibilang mau kentut!
"Sya, mau kemana?" Siyeon neriakin gue.
Gue langsung gandeng Haechan. "Chan? Lo bawa motor kan? Tolong, anter gue pulang. Sekarang!"
"Hah? Apaan?"
"Chan!"
"Iya iya ih gausah nangis"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness ✔ Renjun
Historia Corta❝ Sometimes, I feel my heartbeat beating too fast when I see him in front of me. So, what happen with me? ❞ +lowercase Started : 16.11.18 Finished : 16.12.31 #30 in short story [2016.12.20]