Gue duduk di balkon depan kelas X IPA 3. Gue lebih suka memperhatikan dari atas daripada harus panas-panasan di lapangan.
"Gue mau ke kantin sama Heejin, ikut gak?" Shuhua menepuk punggung gue.
"Eh? Enggak, gue disini aja."
Heejin dan Shuhua langsung pergi ke kantin setelah nawarin gue.
Gue kembali melihat ke lapangan. Lapangan penuh dengan anak-anak kelas 10 sampai 12 yang lagi tanding futsal atau sekedar supporter. Gue juga bisa melihat anak-anak OSIS yang ribut dengan urusannya sendiri-sendiri. Ada yang bagian dokumentasi, ada yang jadi MC, ada yang sekedar mengawasi, dan masih banyak lainnya.
"Ngelamun mulu dipinggir balkon, neng?"
Gue melihat kesamping gue. Seperti dugaan, Chenle yang barusan ngomong sama gue. "Apasih? Berisik."
"Ngeliat siapa sih?"
"Nothing."
"Bohong."
Gue mendengus jengkel. Setelah itu, gue langsung pergi ke kelas.
"Renjun sama Siyeon mau anniv yang ke- 1 bulan," kata Shuhua.Gue tersenyum miris. "Gak kerasa."
"Gue pikir lo bakal nyayat tangan pake pisau karena frustasi. Hahaha." Heejin memang nyebelin. Otak sinetron pula.
"Kayaknya, kalau bukan karena 'temen cowok' yang waktu itu tiba-tiba bawa Tasya kabur. Mungkin, Tasya udah ketabrak mobil karena dia gak liat-liat waktu nyebrang," kata Shuhua.
Oh itu. Ya, mungkin Shuhua benar? Haha.
Waktu itu, Haechan ternyata lagi main ke rumah gue. Dia mengantar mama nya yang katanya mau ketemu mama gue. Maklum sih, mama kita adalah teman SMA. Terus, waktu Haechan nyariin gue, mama bilang gue belum pulang. Karena Haechan bosen dan gatau obrolan mama-mama, jadi dia ijin sama mama buat menjemput gue ke sekolah.
"Siapa sih, Sya? Lo gak ceritain ke gue sampe sekarang," Heejin pura-pura ngambek.
"Gausah cemberut. Jelek banget muka lo. Namanya Haechan, dia temen gue waktu TK, terus kita ketemu lagi pas SMP. Mama kita temenan sejak SMA."
Heejin sama Shuhua langsung paham. Mereka membentuk mulutnya jadi 'O' tanpa suara.
"Liat futsal kuy? Bosen gue.."
"Lo mah mau liat si Chenle aja!"
Shuhua cuma senyum.
Gue gak nyangka kalau Shuhua bakal kesemsem sama Chenle. Haha.
"Kuy lahhh. Sekalian kalau lo mau lirik-lirik Renjun."
Gue berdiri. Sedetik setelahnya, gue langsung menendang sepatu Heejin yang dia lepas, keluar kelas. "Lirik-lirik apaan?! Makan tuh lirik-lirik!"
Gue bisa denger Heejin ngucapin sumpah-serapah yang entah dia dapet darimana. Dan, gue memilih lari bareng Shuhua.
"Wah! Payah kipernya!""Iya, Hua! Masa bolanya malah dibiarin?"
"Tau tuh! Ih, nyebelin."
Gue ketawa ngeliat Shuhua sama Heejin yang antusias banget. Gue sih memilih diam aja sambil memperhatikan sekitar.
Gue berfikir, ternyata udah enam bulan gue sekolah disini. Enam bulan gue jadi anak SMA. Juga, enam bulan ini gue menghadapi banyak hal.
Oh iya, gimana kabar Jeno ya? Dia jadi jarang ngasih kabar ke gue semenjak akhir bulan November. Jujur aja, gue kadang masih kangen gitu sama moment-moment gue sama dia. Cinta monyet dasar.
"Sya! Itu Renjun sama Siyeon!" Heejin menunjuk ke salah satu sisi lapangan.
Gue mengikuti arah jari Heejin. Bisa gue liat, Renjun lagi berdiri dan Siyeon berdiri di sampingnya. Siyeon kelihatan cantik, apalagi pakai kostum modern dance nya.
Gue bisa liat Renjun keliatan marahin Siyeon. Tapi, mereka senyum setelahnya. How so lovely.
"Anjirlah, so sweet amat si Renjun," kata Heejin.
"They deserve to be happy. Mereka keliatan seneng," gue menimpali.
Gue diam lagi. Ngeliat Renjun sama Siyeon, gue jadi teringat sama dulu waktu awal-awal.
Dulu gue paling anti sama Renjun. Gue gak mau dianter atau dijemput sama dia, gue yang gak enakan kalau dia anter gue pulang, dia yang gak suka kalau gue pulang sama Jeno, sampai akhirnya gue malah suka sama Renjun.
Lucu sih. Gue pikir dari semua perhatian itu, Renjun juga suka sama gue. Nyatanya, dia malah anggep gue cuma tanggung jawabnya aja.
Tanggung jawab-zone. Sounds funny.
"Ngelamun, Sya? Cembokor nih? Iya, gue tau rasanya kok," Shuhua mengagetkan gue. Dia tiba-tiba menepuk-nepuk punggung gue.
"Emang gue siapanya? Apa hak gue cemburu sih?"
"Iya ya, lo siapanya? Yaudah sih, ntar juga palingan Renjun Siyeon putus. Pacaran belum tentu nikah." Heejin nyaut.
Gue tersenyum.
Yaudah sih. Mungkin emang gue cuma ditakdirkan sebagai fans Renjun, bukan pacarnya atau pendamping hidupnya.
Tapi, gue udah bersyukur kok. Cuma bisa mandangin dia dari jauh dan mengaguminya dalam diam udah sangat cukup buat gue.
Asal dia bahagia, gue juga harus bahagia kan? Itu fungsi dari seorang fans.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness ✔ Renjun
Historia Corta❝ Sometimes, I feel my heartbeat beating too fast when I see him in front of me. So, what happen with me? ❞ +lowercase Started : 16.11.18 Finished : 16.12.31 #30 in short story [2016.12.20]