Arela duduk termenung di dalam kelasnya bersama teman-temanya. Saat ini hujan berlangsung sangat deras Arela sudah sangat kelaparan namun ia terpaksa mendekam di dalam kelasnya menahan rasa laparnya.
"Gue laper banget, kantin yuk." ajak Arela pada teman-temannya.
"Ogah gue udah makan."
"Mager, hujan sih."
"Duit gue sudah habis."
"Dasar cabe gak setia kawan, yaudah gue kantin sendiri, bye!"
Arela memutuskan untuk pergi ke kantin sendiri daripada ia menahan lapar di dalam kelas. Dan sekarang Arela harus menyebrang untuk sampai di kantin, karena kantin dan gedung sekolah terpisahkan oleh taman-taman sekolah.
Arela masih mempertimbangkan apakah ia akan menyebrang sekarang atau menunggu bantuan datang.
"Jalan gak ya? Kantinkan lumayan jauh, nantik kalau bajunya basah terus di marah guru gimana? Andaik... "
"Anj*r gak bisa kontrol banget nih mulut" Arela menggerutu sambil menepuk-nepuk bibirnya yang hampir saja keceplosan mengatakan Andaikan.
"Ehh... Tunggu!"
Tiba-tiba Arela memanggil seorang siswa yang membawa payung yang ia tidak tau namanya, namun yang dipanggil tidak berhenti karena merasa tidak ada yang memanggil dirinya.
Terpaksa Arela sedikit menarik baju siswa tersebut agar sang empu mau berhenti. "Apaan sih lo?!"
Siswa yang bajunya di tarik oleh Arela marah karena merasa terganggu.
"Ehh.. Itu anu.. Gue mau minta tolong" Arela seketika mendadak merasa takut karena siswa tersebut menatap Arela dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
"Gak" Siswa tersebut menjawab lalu berjalan meninggalkan Arela.
"Ehh tunggu" Arela berjalan dan berdiri di depan siswa tersebut untuk menghalangi jalannya.
"Gue cuma mau nebeng ke kantin doang, boleh ya? Please..." Arela memohon sambil mencangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Gak"
"Please.. Boleh ya? Lagian lo mau ke kantin jugakan?"
Siswa itu tidak menjawab dan memilih pergi meninggalkan Arela yang menurutnya aneh namun Arela tidak membiarkan siswa tersebut pergi, Arela terus menghalangi jalan siswa tersebut.
"Please boleh ya? Gue udah laper banget nih?"
Siswa tersebut tidak menjawab dan tidak juga pergi, ia hanya memperhatikan sekitarnya, ia menunggu Arela berhenti bicara lalu barulah ia pergi.
Namun Arela terdiam tidak bersuara lagi, itu membuat siswa tersebut memandang ke arah Arela.
Siswa tersebut mendapati Arela sedang menatap dada sebelah kanannya dengan serius, siswa tersebut mengikuti arah pandang Arela dan menautkan alisnya karena bingung.
"Apa yang diliatin cobak?" Siswa tersebut mengguma dalam hatinya.
"Ehh... Liatin apaan lo?! Gak sopan banget liatin dada cowok kayak gitu, nafsu lo liat dada gue?!" tegur siswa tersebut.
"Punya mulut itu di jaga ya biar ngomongnya gak sembarangan! bila perlu lo sekolahin aja itu mulut biar tau tata krama. Gue cuma mau liat name tag baju lo itu, Bagas" Emosi Arela terpancing gara-gara ia dikatai nafsu melihat dada siswa tersebut yang baru Arela ketahui bernama Bagas A.
"Oh iya satu lagi, sorry gue gak mungkin nafsu sama cowok lempe kayak lo, gak ada ototnya sama sekali. Lo itu tipe cowok body nutrijell" Lanjut Arela.
Bagas, siswa tersebut terkejut dengan jawaban Arela. Saat Arela hendak berbalik badan meninggalkannya, Bagas menahan Arela karena tidak terima dengan perkataan Arela tadi.
"Denger ya cewek aneh yang seharusnya jaga mulut itu lo, bukan gue!"
Bagas menatap tajam ke arah Arela, namun seakan tidak takut dengan Bagas yang wajahnya sudah memerah karena menahan amarah sedari tadi, Arela juga ikut menatap Bagas dengan tatapan seolah ia menantang Bagas balik.
Namun cepat-cepat Bagas mengalihkan pandangannya dari Arela, bukan karena ia takut hanya karena menatap Arela namun ia sudah malas berurusan dengan Arela, Bagas juga takut ia akan kehilangan kontrolnya atas dirinya karena amarahnya dan yang paling ia takuti jika kehilangan kontrol dirinya adalah memukul Arela
Namun sebelum ia pergi, Bagas menyempatkan dirinya melihat name tag Arela karena ia belum tau nama cewek aneh yang membuat amarahnya semakin meningkat.
Arela sadar kemana arah pandang mata Bagas.
"Eh sialan lo cowok mesum mata keranjang, ngapain lo liat-liat dada gue?!" Cepat-cepat Arela menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
Bagas terkejut dengan reaksi Arela, niat Bagas hanya melihat name tag Arela, tidak ada niatan lainnya.
"Jangan salah paham, gue cuma mau tau nama lo lewat name tag baju lo" Bagas mencoba meng-klasifikasi agar Arela tidak salah paham dan menduga yang aneh-aneh.
"Elahh omdo lo, banyak ngeles dasar cowok mesum bilang aja kalau lo nafsu liat dada gue"
Bagas berjalan mendekati Arela dan membuat Arela berjalan mundur secara perlahan hingga punggung Arela menabrak tembok di belakangnya dan Arela tidak bisa menghindar lagi.
Sekarang barulah Arela merasa takut sampai tangannya gemetar melihat wajah Bagas yang terlihat seram karena marah.
Bagas menaruh tangan kanan dan tangan kirinya di sebelah kepala Arela.
"Denger baik-baik cewek aneh, pertama lo harus jaga mulut lo ini biar gak ngomong sembarangan. Kedua gue gak mesun ataupun mata keranjang seperti yang lo bilang tadi, niat gue murni cuma mau tau nama cewek yang sudah bikin mood gue tambah hancur hari ini, Arela Nath. Ketiga gue bisa buktiin kalau body gue gak kayak nutrijell"
Bughhh... Arela refleks memejamkan matanya karena tiba-tiba Bagas menghantam tembok yang berada tepat di sebelah kanan kepala Arela dengan tangannya.
Setelah itu Bagas pergi meninggalkan Arela. Arela masih merasa jantungnya berdetak kencang dan tangannya yang gemetar karena ketakutan.
***
Yeahhhhh akhirnya selesai juga😂😊 sebenarnya part ini harusnya sudah di publis kemaren sebelum tahun baru tapi karena kemarin waktu aku slesai nulis terus aku save. Nanti malemnya pas aku mau publis ehh tulisannya ilang setengah😱, jadi aku harus nulis ulang malemnya😅😊.
Syedihhh banget akuu😂, sudah tahun baruan di rumah aja, sepi (curcol deh gue😣), waktu mau up story wp tulisan nya ilang setengahh😰😰😰. Lengkap sudah penderitaan acuu 😆😅.
Thank youuu 😍😍😘
Kebanyakan emot gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andaikan
Teen FictionArela sudah sangat kebiasaan mengatakan andaikan di setiap kejadian yang ia lalui, sampai pada akhirnya seorang laki-laki membantu Arela menghilangkan kebiasaannya itu Hidupku dipenuhi kata 'Andaikan' andaikan kata 'Andaikan' bisa hilang dari hidupk...