05

66 28 9
                                    

Arela menarik kursinya dan mengambil tempat yang agak jauh dari Bagas, "Sini!" kata Bagas.

"Udahh, ini udah deket." jawab Arela

"Sini deketan lagi." Ucap Bagas lagi  karena ia menganggap tempat Arela duduk masih jauh dengannya, namun menurut Arel tempatnya duduknya sudah lumayan dekat dengan Bagas.

Arela menggeser sedikit tempat duduknya mendekat ke arah Bagas.

"Lagi! itu masih jauh."

Arela menggeser lagi tempat duduknya sedikit mendekat ke arah Bagas.

"Asgata, lo takut deket-deket sama gue?" tanya Bagas

Samar-samar Arela menganggukkan kepalanya, sedangkan Bagas menghela nafas panjang. Dengan gemas Bagas menarik kursi Arela dengan tangan kirinya yang tidak terluka, Bagas menarik kursi Arela bersama dengan Arela yang duduk atasnya.

Arela sangat terkejut dengan tindakan Bagas, refleks Arela memegang kedua bahu Bagas.

"Aduh!! sakit njir." Bagas mengaduh saat Arela tidak sengaja mencengkram bahu kanannya terlalu keras.

"Ehh, lo gak apa-apa?" Arela panik karena tiba-tiba saja Bagas mengaduh kesakitan.

"Gak kok." Jawab Bagas, namun Arela melihat dari raut wajah Bagas kalau ia sedang menahan rasa sakit.

"Nih obatin." Bagas mengulurkan tangan tangannya. Arela bingung karena tiba-tiba Bagas mengulurkan tanyannya.

"Hah?"

"tangan gue obatin! lo harus tanggung jawab, lo udah bikin gue emosi terus mukul tembok."

"Lah kok gue? yang mukul tembokkan elo kok gue yang tanggung jawab?" Arela tidak terima karena Bagas menuduhnya dan menyuruh Arela bertanggung jawab atas kesalahan yang menurutnya bukan salahnya.

"Lo yang sudah bikin gue emosi, tanggung jawab lo cepet!"

Setelah beberapa saat berdebat dengan Bagas akhirnya Arela menyerah dan mau mengobati tangan Bagas karena ia kasian melihat kondisi tangan Bagas yang memar dan berdarah.

Dengan telaten Arela mengobati tangan Bagas mulai dari membersihkan lukanya dengan air, memberi obat merah sampai menutup lukanya dengan perban Arela lakukan dengan sangat hati-hati. Namun tetap saja sesekali Bagas mengaduh kesakitan.

"Pelan-pelan dong sakit tau! gak ada halus-halusnya lo jadi cewek."

"Ini udah pelan-pelan elo-nya aja yang cemen." balas Arela tak mau kalah.

Setelah menutup luka Bagas dengan perban mata Arela dengan tidak sengaja melihat Bagas yang melihat kearahnya. Arela hendak menebak-nebak kenapa Bagas menatapnya seperti itu, namun sesuatu yang berwarna merah berada di pundak Bagas mengalihkan perhatiannya.

"Bagas pundak lo kenapa? kok merah-merah kayak berdarah." Arela bertanya sambil menyentuh pundak Bagas.

Namun Arela tidak sampai menyentuh pundak Bagas karena Bagas dengan cepat berkelid dari jangkauan tangan Arela.

18 Januari 2017

***

Haiii akhirnya bisa update jugaa, sebenarnya ini udh di buat dri kmren" tpi karna baru inget 😅 skrng kalau blm update jdi bru skrng dehhh 😊😊😂😂

AndaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang