Setelah bel pulang berbunyi seluruh siswa dan siswi bersorak gembira, ada yang reflek berdiri dan memukul bangku lalu berteriak ‘Yesss!!’ saat mendengar suara bel, ada yang sudah siap dengan tas mereka dan langsung pamit pada guru yang masih di kelas, ada yang terang-terangan ber-high five dengan temannya, ada juga yang diam-diam bersyukur karena bel sudah berbunyi. Dominan yang melakukan itu adalah para lelaki pembuat onar di sekolah. Mereka tidak peduli lagi pada guru yang masih di depan kelas yang mereka pikirkan hanya pulang dan makan.
Arela bergegas merapikan bukunya. Ia tidak seperti teman-temanya yang terang-terangan bersyukur di depan guru karena bel berbunyi. Arela hanya bersyukur di dalam hatinya dan menghembuskan nafas lega.
Kali ini Arela merapikan bukunya lebih cepat, ia memiliki beberapa tugas yang harus diselesaikan karena sudah deadline dan ditambah ekstra paskibra yang harus ia hadiri.
Pertama-tama Arela akan pergi ke warnet untuk print out tugas makalahnya dan fotocopy buku lks. Lalu sampai di rumah mengganti seragamnya dan makan, lalu tidur siang sebentar. Setelah itu ia harus menyelesaikan tugas makalah yang lainya dan yang terakhir Arela harus prepare dan berangkat ekstra.
Arela hanya memerlukan waktu 15 menit untuk sampai di sekolah. Tepat pukul 4 ia sampai di sekolah dan untungnya latihan belum dimulai.
Di tengah lapangan sudah ada beberapa kakak-kakak dari TNI yang hadir. Dengan seragam warna hijau bercorak membuat mereka paling terlihat mencolok dari teman-teman paskibra lainnya.
Karena Arela lupa membawa air mineral jadi ia berniat untuk membeli sebentar, namun belum ia sempat mengambil uangnya suara Bagas sudah berkomandan seperti toa di sekolah.
“Siap gerakk!!!”
Semua pasukan paskibra langsung lari ketengah lapangan dan membentuk barisan tiga berbanjar.
“Gerakan mohon di percepat.” Bagas bersuara mengingatkan pasukannya. “Baris sesuai ketinggian.”
Arela memiliki tinggi yang standar jadi ia mendapat baris agak di tengah, tidak terlalu di depan ataupun terlalu ke belakang. Arela sempat bertukar posisi dengan teman sebelahnya dengan alasan ia lebih pendek, namun sebenarnya itu hanya sebuah kebohongan Arela hanya menghindar dari Bagas. Kalau boleh jujur sebenarnya Arela takut melihat wajah Bagas, walaupun ia tampan.
“Lencang kanan gerak!”
Dengan serempak mereka mengikuti aba-aba yang di berikan Bagas. Geser terus menggeser sedikit demi sedikit mereka meluruskan barisannya. Awalnya Arela yang berbaris di bagian sebelah kanannya Bagas menjadi tepat di depan Bagas karena pelurusan barisan yang mereka lakukan. Kalau sudah seperti ini Arela tidak bisa bertukan posisi lagi.
"Sialll andaikan aja tadi gue gak tukaran sama intan, pasti gue gak bakal baris di depannya kak Bagas. Anjir bego banget." Arela mengumpat dalam hati.
Setelah merasa bahwa barisannya sudah lurus Bagas kembali memberikan aba-aba. “Tegap gerak!”
“Istirahat ditempat gerak!"
Setelah itu Bagas berbalik dan berjalan menuju sang pembina dan kakak-kakak TNI.
➰➰➰
Kakak-kakak dari TNI menjelaskan games jenis apa yang akan mereka laksanakan. Mereka juga menyebutkan peraturan-peraturan yang berlaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andaikan
Fiksi RemajaArela sudah sangat kebiasaan mengatakan andaikan di setiap kejadian yang ia lalui, sampai pada akhirnya seorang laki-laki membantu Arela menghilangkan kebiasaannya itu Hidupku dipenuhi kata 'Andaikan' andaikan kata 'Andaikan' bisa hilang dari hidupk...