About You::02

174 11 5
                                    

"Kamu tidak pernah tahu. Jika suatu pertemuan itu adalah takdir yang tidak bisa diubah."

Aku terus mengumpat sebal. Seberapa cepat aku berlari, gerbang sekolah malah terasa semakin jauh. Ini semua gara-gara kakakku. Coba saja, dia tidurnya tidak seperti kebo. Pasti aku tidak akan terlambat seperti ini.

"Pak, jangan ditutup." Jantungku menderu-deru. Napasku patah-patah.

Pak satpam menatapku dengan sebal. Tetapi tetap membukakan gerbang sekolah yang baru beberapa detik lalu tertutup.

"Telat bangun lagi, ya, Nak Tata?" Pak satpam itu berujar pelan, ketika aku masih mengatur napas.

Aku hanya menggeleng singkat ke arah pak satpam paruh baya itu. Lantas berlari lebih kencang lagi menuju kelasku 'tercinta' yang letakknya di lantai paling atas. Untuk sekali ini, aku menyesali kenapa kelasku letaknya sangat jauh.

Brukk...

"Aduh," rintihku pelan ketika lututku mencium lantai yang dingin. Bibirku tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata umpatan.

"Lo nggak kenapa-napa?"

Suara itu mengalun dengan indah di telingaku. Spontan membuat bibirku berhenti mengoceh. Rasanya suara itu tidak asing. Mataku mengerjap-ngerjap pelan sebelum menoleh ke arah sumber suara.

Demi siomay buatan Pak Jojon yang enaknya selangit. Ya ampun, jantungku berdetak tidak karu-karuan saat menyadari siapa yang aku tabrak tadi. Lututku rasanya semakin lemas.

Cowok putih tinggi itu Azka. Aku ulangi lagi sekali lagi, itu Azka. Cowok paling ganteng yang pernah aku lihat secara langsung sedang berdiri di hadapanku. Tapi dibanding Lee Min Ho memang kalah sih.

"Lo nggak apa-apa?" Sekali lagi, dia bertanya. Membuyarkan lamunanku yang tidak akan ada habisnya jika Kak Azka tidak bertanya lagi.

Lantas aku menggeleng kikuk. Mencoba untuk bangkit setelah beberapa detik terdiam. Mataku menatap iris mata Kak Azka dengan lekat-lekat. Kembali mengagumi wajah tampan Kak Azka.

"Nggak apa-apa, Kak. Cuma sakit dikit." Aku menyengir lebar. Menunjukkan gigi-gigiku.

Dia hanya mengangguk-angguk saja. "Kalau gitu, gue duluan ya. Gue minta maaf karena gue lagi buru-buru, jadi nabrak lo." Kak Azka melewatiku begitu saja, membuatku mendesah kecewa.

"Nama lo siapa?" Pertanyaan itu membuatku menoleh ke arah asal suara. Menatap Kak Azka yang sedang berdiri beberapa meter dariku.

Lantas aku berbicara dengan suara yang sedikit dikeraskan. "Talitha. Orang-orang sering manggil gue Tata."

Kak Azka tersenyum singkat. Sejenak aku merasakan tubuhku seperti melayang-layang di udara. "Kalau gitu, gue duluan, Tata."

Laki-laki putih itu berjalan kembali berlawanan arah dari tempat yang aku tuju. Sedangkan aku masih tertegun menatap punggungnya yang semakin lama semakin mengecil. Hanya menyisakan aroma khasnya yang aku sukai di udara, dan kenangan yang melekat di otakku.

::::

"Kenapa lo telat?" Pertanyaan itu membuatku menoleh. Sesosok laki-laki di sampingku tidak pernah bosan menanyaiku pertanyaan itu jika aku terlambat datang ke sekolah.

About You [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang