About You::03

136 11 0
                                    

"Jangan pernah berkata, kamu cinta aku, kalau itu hanya main-main saja."

Lorong loker terlihat sangat sepi pagi ini. Hanya ada beberapa orang yang terlihat bercengkrama. Mungkin aku yang datang terlalu pagi karena faktor kerajinan. Ya, mungkin begitu. Tapi kalau dipikir-pikir, seorang Tata tidak mungkin rajin.

Mataku menyipit heran saat menemukan bunga mawar yang tergeletak begitu saja di lokerku saat aku membuka tutup loker. Ini salah masuk atau bagaimana? Sejenak, aku hirup dalam-dalam bau mawar itu. Merasakan aroma yang selalu aku dambakan.

Aku sangat suka bunga mawar, hanya orang-orang tertentu yang tahu. Saat aku mencari-cari surat yang terselip, tersembul kertas kecil yang terselip di bunga.

Kertas kecil berwarna pink muda dengan tulisan indah di dalamnya. Aku tertegun. Aku tidak pernah mendapat sesuatu yang seperti ini. Mungkin ini benar-benar salah masuk. Tapi saat membaca kata-kata di dalamnya, salah masuk loker adalah hal yang tidak mungkin.

Aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.

Aku tidak berani berkata, karena aku yakin hatimu bukan untukku.

Aku hanya seorang lelaki yang mencintaimu diam-diam.

For Tata

Aku meneguk air ludahku dengan susah payah. Mataku rabun atau tulisan ini benar-benar ditujukan kepadaku?

"Ta." Panggilan itu membuatku buru-buru menyelipkan surat ke saku seragam. Menoleh dengan kikuk seraya menutup loker.

"Eh. Apa, Kak?"

Terlihat Kak Azka yang berdiri di seberangku dengan tasnya yang tersampir di bahu. Rambut hitam legamnya tersisir dengan rapi. Sejenak aku menatap dalam-dalam matanya yang terasa menenangkan.

"Hmm..." Kak Azka menggaruk tengkuknya sebentar. Menatapku lamat-lamat, terlihat bingung dengan apa yang akan diucapkannya. "Gue mau nanya, besok malem lo ada acara, nggak?"

Mataku membulat penuh. Kepalaku menggeleng tanpa aku sadari. Senyum Kak Azka spontan langsung terbentuk dengan indahnya.

"Kalau gitu, besok malem gue jemput lo. Bisa, kan?"

Aku langsung mengangguk. "Bisa kok, Kak. Jam berapa?"

"Jam tujuh. Alamat rumah lo nanti kirim ke gue. Okey?"

Kak Azka menoleh ke samping kanan, melihat temannya yang sudah menunggu sedari tadi. Setelah aku mengangguk, dia langsung berlari kecil ke arah temannya. Tidak lupa tersenyum manis.

Aku dapat merasakan jantungku berdetak tidak karuan. Pipiku terasa panas mengingat kejadian beberapa detik lalu.

::::

Aku sibuk berceloteh tanpa peduli bahkan sampai mulutku berbusa sekali pun. Citra memandangku malas, sedangkan Brianda memandangku berbinar-binar.

Ah, memang Brianda adalah sahabat yang sungguh pengertian.

"Lo ngomong kata-kata 'Kak Azka ganteng banget' gue hitung udah lebih dari sepuluh kali. Nggak cape, apa?" Citra mulai protes setelah menggigit pisang gorengnya.

"Ih, lo mah. Masa lo nggak lihat sih, dia itu ganteng banget. Astaga. Bener nggak, Bri?" Aku balas protes.

Brianda buru-buru mengangguk dengan semangat. "Tapi--- jujur ya, bagi gue masih gantengan Aldric." Lalu Brianda nyengir lebar.

About You [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang